KINI Fio terlebih dahulu sampai di parkiran. Ia menunggu Zafi sudah lebih dari lima menit. Tetapi, cowok yang dimaksud belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Fio mengecek jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 16.10.
Zafi akhirnya muncul dan segera menghampiri Fio di parkiran sekolah yang cukup terbilang luas.
"Masalah lo sama Leni udah beres," pinta Zafi.
Flashback
Ketika Fio dipojokkan oleh ketiga cewek itu, Zafi tiba-tiba datang dari arah belakang dan dengan wajahnya yang seram langsung menarik geng Leni memasuki ruangan BK untuk disidang oleh Bu Ema. Begitu alur ceritanya.
"Terus, kak Leni dapat hukuman apa? Nggak berat, kan?"
"Kenapa malah khawatir sama dia, seharusnya kamu seneng karena Leni mendapatkan hal setimpal sama perbuatan yang dilakukannya," seloroh Zafi.
"I--iya si. Tapi aku kasihan. Lagian dia nggak apa-apain aku kok. Dia cuma nyeret tangan aku aja. Kamu yang nyeret aku berkali-kali aja nggak masuk BK. Ini tidak adil."
Mendengar pernyataan itu dari Fio, Zafi hanya mendesah dan memutar bola matanya.
"Itu lain cerita kali."
"Terus mereka dihukum apa?"
"Mereka dikeluarin dari sekolah," jelas Zafi. Fio membuka mulutnya lebar tanda tidak percaya akan tuturan Zafi.
"Yang bener aja, lagian mereka cuma marahin aku. Nggak main fisik kok." Fio sekarang merasa bersalah. Ia menggigit jari-jari tangannya--gelisah.
"Itu karena aku tadi datang. Coba kalau nggak, udah abis tuh muka cantik kamu."
"Ini bukan waktunya becanda." Fio berdecak sebal.
"Ini serius, ngapain juga aku macarin kamu kalau kamu nggak cantik." Sedetik kemudian tawa Zafi renyah.
"Kamu tahu, bedanya bunga matahari sama kamu?" tanya Zafi setelah itu. Tubuhnya kini berputar seratus delapan puluh derajat condong menghadap kearah Fio.
"Ih, emang apaan?"
"Bener kamu mau tahu itu? Enggak bisa nebak sendiri?" Fio lantas menggeleng, memang cewek itu tidak tahu jawaban itu.
"Aku nggak percaya kalau kamu nggak tahu itu," cetus Zafi.
"Ih beneran, aku emang nggak tahu. Sebel ih lama-lama," pekik Fio malas.
"Masa? Kamu kan bucin," ucap Zafi terdengar seperti ledekan bagi Fio.
"Ih ZAFIII!!" Pipi Fio berubah menjadi merona, bukan salah tingkah atau malu. Cewek itu justru emosi kepada Zafi karena telah memancing amaranya.
"Bedanya kamu sama bunga matahari itu...," Zafi menjeda ucapannya. "Kalau bunga matahari itu tanaman, tapi kalau kamu itu cewek super cerewet yang aku kenal." Zafi mencubit pipi Fio yang sedikit gemuk. Fio memekik karena terkejut dan merasa sakit tentunya.
"Ih dasar nyebelin banget. Bukannya bikin aku baper, ini malah bikin darah naik tinggi," celetuk Fio emosi. Ia menggertakan gigi putihnya.
Cowok itu terkekeh ringan ketika melihat wajah Fio yang cemberut, itu sungguh kelewat menggemaskan menurut Zafi. Ingin sekali mengerjai sekali lagi rasanya. Namun, niatan itu ia urungkan takut Fio marah kepadanya. Zafi tidak mau kejadian tadi pagi dan kemarin lusa terulang lagi. Jika Fio lebih banyak diam, hal itu semakin membuat Zafi kalang kabut.
***
"Kamu emang sahabat terbaik aku Linda," kekeh Aksa kepada perempuan disambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"