TAMPANG wajahnya menunjukkan mimik cemberut dengan semburat pipi yang merah merona, cewek itu terus menggerutu disepanjang lorong sekolah. Tidak peduli dengan kakak kelas maupun adik kelas yang melihatnya dengan tatapan ilfeel.
Retta terus berjalan, tidak menghiraukan tali sepatunya yang sudah lepas. Dia juga tidak peduli dengan suasana sekitar, sesekali tali sepatu terkena pijakan kakinya sendiri tanpa sengaja yang membuat tubuhnya nyaris terjatuh. Tentu saja semua yang melihatnya pasti beranggapan bahwa Retta sangatlah aneh.
Retta membuka pintu kelas dengan lebar hingga menimbulkan suara yang nyaring. Seluruh pasang mata sontak langsung memandangi Retta. Ketiga temannya, Fio, Friska, dan Karin juga turut merasakan syok lantaran mendengar dobrakan pintu kelasnya itu.
"Lo kenapa baby? Kak Riko minta putus sama lo, atau kak Angga nembak lo lagi," celetuk Friska.
"Muka lo merah banget Rett, ada apa si?" timpal Fio.
Karin sedikit mendengok, "kebanyakan makan boncabe kali," ulasnya.
Retta mendengus kesal, "lo nggak usah bahas tentang boncabe satu hari bisa nggak si? Kesel gue dengernya."
"Gue mana bisa nglakuin apa yang lo mau itu," protes Karin.
***
Tugas diberikan kepada kelas XII IPA 2 yaitu untuk mengerjakan latihan soal dibuku paket halaman tujuh puluh. Apabila jam kosong seperti ini pasti sangat dinantikan kehadirannya oleh semua siswa. Sebagian besar menyempatkan waktunya untuk bermalas-malasan. Zafi masih terpaku di bangku, sebuah pulpen masih berada digenggaman tangan.
Cowok itu lebih memilih untuk mengerjakan tugas terlebih dahulu, beberapa rumus sudah ia masukkan kedalam soal tersebut. Riko masih sibuk berkutat dengan ponselnya, sementaran Ivan dan dan Alka sibuk bermain game dipojok kelas dengan siswa lain.
"Zaf, lo mau kemana?" raung Riko yang melihat Zafi yang sudah beranjak pergi.
Zafi menoleh, "gue laporin lo semua karena asyik bermain sendiri," pekiknya asal. Tentu saja tujuan Zafi keluar dari kelas bukan untuk melakukan hal tersebut.
Cowok itu sudah tidak menampakkan badannya dibalik pintu, lantas ia menuruni tangga. Rooftop sekolah merupakan tempat favoritnya, setelah sampai ditempat itu, Zafi mengambil ponselnya. Misi untuk mengerjakan sejumlah pertanyaan dari bu Atun sudah ia kerjakan.
***
"Yaelah, Rani setiap hari ngrecokin lo mulu," protes Fio.
"Lo belum ngrasain diposisi gue Fi, ini udah kelewat batas tau nggak? Masa tadi pagi pas gue mandi handuknya diambil. Kan ngeselin." Retta mengambil duduk disamping Fio sambil melipat kedua tangannya. Pipinya merah padam.
Karin dan Friska diam-diam mengeluarkan gelak tawa dari mulutnya, Fio mengisyaratkan kepada dua sejoli itu bahwa waktunya bukan untuk menertawai Retta. Retta merupakan tipikal cewek yang mudah tersinggung dan marah. Namun, entah kenapa hubungannya dengan Riko bisa langgeng sampai sekarang.
"Emang, kembaran lo itu nglakuin hal apa lagi?" tanya Karin kemudian.
Helaan napas gusar keluar dari mulut Retta kemudian dia menatap ketiga sahabatnya satu persatu. Pupil matanya membesar.
"Kemarin kamar gue dipakai sama dia, lo udah tau, kan Fi, kalau Rani itu tidurnya kayak apa?" sorot mata Retta mengarah ke Fio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"