11. Pendamping

11.5K 637 5
                                    

"Yakin mau mondok?."

Suasana di ruang keluarga sekarang cukup ramai. Karena Paman, Bibi, dan kedua anak kembarnya Kezya dan Kesya yang masih berumur 5 tahun, mereka semua datang berkunjung, kebetulan rumahnya juga ada di Malang.

"Iya Abi, InsyaAllah Sharla yakin" Ucap Sharla sambil tersenyum.

Dhani mengangguk tanda kalau dia percaya Sharla bisa betah di pondoknya.
"Tapi pesantren yang Abi pilih, mengharuskan santriwatinya bercadar nak" Ucapnya.

"Nggak apa-apa bi."

"Jadi kapan masuk si Sharla-nya bang?." Ucap Tomi-pamannya Sharla sekaligus adik dari Abinya.

"Kayaknya dua atau tiga hari lagi."

"Kamu siap pakai cadar sayang?." Ucap Liana-Bibinya.

Sharla tersenyum lalu mengangguk.

Liana mengelus puncak kepala Sharla. Kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kain berwarna hitam kini sudah ada di tangannya. Sharla tau kalau itu sebuah cadar.

"Belajar dari sekarang." Ucap Liana kemudian memasangkan cadar itu pada wajah Sharla.

Setelah cadar terpasang di wajah Sharla, perlahan Sharla membuka matanya. Dan kini yang dia rasakan seperti ada yang beda. Baru pertama kali dia memakai cadar sudah terasa nyaman, yang buat beda saat adik dak sepupunya menatapnya takut.

"Gimana?." Ucap Liana. "Nyaman kan?."

Sharla mengangguk
"Iya."

Liana tersenyum, menurutnya Sharla tetap terlihat anggun walaupun memakai cadar, dia berharap semoga Sharla bisa istiqomah memakai cadarnya.

***

Sharla menatap langit malam dari jendela kamarnya. Dia benar-benar merindukan sahabatnya. Dia kesepian disini, belum berkenalan dengan anak-anak kompleks.

Sharla kembali ke tempat tidurnya, disaat merapikan selimutnya, ponselnya berdering.

Dia segera mengambilanya, siapa tau itu adalah salah satu sahabatnya yg telpon, begitu pikirnya.

Saat melihat ke layar ponsel, disana tertera nama Lidya, dengan secepat kilat Sharla menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih berwarba putih itu di telinganya.

"Hallo assalamu'alaikum Lid"

"Wa'alaikummussalam"

"Ad apa nih, tumben jam segini telpon"

"Oohh nggak boleh ya"

"Bolehlah, tapi tumben aja"

"Hmm, aku mau bilang kalau Arga gak berhenti nyari kamu, dan katanya dia udah mutusin untuk tidak melanjutkan dengan Senja, kayaknya dia suka sama kamu Shar"

"Hah? Kok bisa sih?"

"Aku tau Senja pasti sedih denger Arga bilang kayak gitu"

"Aku mau bicara sama Senja dulu Lid, Assalamu'alaikum"

Setelah mendengar balasan salam dari Lidya, Sharla segera mencari-cari kontak seseorang, dan itu adalah Senja.

Tak lama dari itu telpon tersambung.

"Assalamu'alaikum"

Takdir Allah Untukku [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang