14. Lamaran

12.1K 581 4
                                    

Tiga tahun sudah berlalu....

Sharla sekarang sudah kuliah di Universitas Islam di Malang. Sharla dan Hawa mengambil jurusan yang sama.

"Kamu masuk duluan aja ya, aku mau ke toilet dulu" Ucap Sharla saat berjalan di koridor kampus.

Hawa mengangguk
"Jangan telat ya"

Sharla mengacungkan jempolnya kemudian berlalu ke kamar mandi.

Setengah perjalanan ke kamar mandi, Sharla tiba-tiba berhenti, dia melihat seseorang yang tidak asing menurutnya.

Sharla memutuskan untuk menghampirinya.

"Assalamu'alaikum" Ucap Sharla

"Wa'a---" Orang itu diam saat menatap Sharla dan tak lama kemudian tersadar, "Eh, Wa'alaikummussalam"

Dia Arga, sekarang dia sudah berpenampilan seperti seorang prajurit negara.

Allah hu akbar, sungguh engkaulah sebaik-baik membuat rencana, kini hamba bertemu dengan dia lagi disaat hamba sudah hampir melupakannya. Sharla bergumam dalam hati.

Sharla menghampiri Arga bukan karena dia tau itu Arga, awalnya Sharla fikir dia Nizam, ternyata salah, dia justru Arga.

"Shar-Sharla?"

Sharla menunduk, sebenarnya dia menyesal menghampirinya.

"Ini kamu Shar?"

Sharla masih diam dan menunduk.

"Shar---"

"Aku harus pergi, ada kelas" Ucap Sharla memotong perkataan Arga.

Sharla berlari dengan cepat ke kelasnya. Kenapa? Kenapa dia? Hanya itu yang terus terngiang di kepalanya.

Sesampainya di kelas, tidak ada dosen sama sekali, mungkin tidak masuk.

"Hawa"

Yang dipanggil pun menoleh dan memberhentikan bacaan Al-Qur'annya.

"Kenapa Shar?"

"Ke kantin yuk"

Hawa mengangguk lalu memasukkan Al-Qur'annya ke dalam tas.

"Yuk"

***

"Aku ga nggak bohong bang, itu Sharla" Ucap Arga sedikit kesal karena Nizam belum juga mempercayainya.

"Mungkin dia Sepupunya"

"Gak"

Arga benar-benar kesal dengan Nizam, karena belum percaya padanya.

Arga beruntung karena dia bertugas di Malang untuk sementara. Dia tinggal bersama Nizam.

Yups, sekarang Arga sudah menjadi seorang TNI. Itu memang cita-citanya dari Sekolah Dasar.

"Terus kalau itu Sharla kamu mau apa?"

***

Sharla merapikan mukenanya setelah selesai melaksanakan shalat isya.

Kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang. Rambut panjangnya dia biarkan terurai, matanya menatap kosong langit-langit kamar yang terdapat beberapa gambar kartun bercadar.

Huuhhh. Sharla menghembuskan nafas panjang. Yang tadi pagi itu sungguh tak pernah ia duga.

Dan kenapa dia tak bisa membedakan Nizam dan Arga? Bodoh sekali.

Takdir Allah Untukku [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang