40. Akad kedua

10.8K 427 21
                                    

Aku tau aku bodoh
Aku tau aku salah menyetujui semua ini
Tapi aku yakin satu hal 'jodoh tidak akan pernah tertukar'

Sharla Az-zualikha R.


اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

___________

Langit sebentar lagi akan menumpahkan air ke bumi. Membasahi tanah, menyiram tumbuhan, membuatnya subur kembali. Itulah hujan 'Rahmat' dari Allah.

Namun Sharla berfikir bahwa kali ini, langit ikut bersedih dengan keadaan dia sekarang.

Saat ada satu orang keluarga yang mereka harapkan hadir, justru disitulah Arga melupakannya. Sungguh itu berat!

Namun, Sharla tak akan dengan semudah itu mencintai orang lain, termasuk orang yang sudah melamarnya saat ini.

Ya, orang itu adalah Rama. Sudah satu bulan Arga dirawat dan akhirnya pulang. Arga menyuruh Rama untuk melamar Sharla. Ntah apa yang ada di fikiran Arga:(

Surat perceraian sedang Arga urus. Dia meminta Agar pernikahan ini dilaksanakan secepatnya.

Setelah acara selesai, Sharla masuk ke dalam kamarnya. Dia masih dirumah Arga, karena bagaimanapun Arga masih suaminya, sebelum benar-benar bercerai.

Sharla merasakan mual. Dia berlari ke kamar mandi, setelah agak membaik dia kembali ke tempat tidur.

Dia ada di kamar yang berbeda dengan Arga, karena Arga tidak mau sekamar, atau lebih tepatnya belum bisa.

"Kamu mau apa?"

Sharla terkejut saat mendapati Arga berdiri di depan pintu dengan wajah biasa.

"Aku mau kamu ingat semuanya Ga."

Sharla menggeleng, "cuma mau istirahat aja" ucapnya.

"Oohh, baiklah. Kalau ada apa-apa, saya ada di kamar sebelah"

Sharla hanya mengangguk pelan.

***

2 minggu kemudian....

SHARLA VOP

Aku tak percaya hari ini akan tiba, hari dimana aku akan menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku cinta, bahkan mengenalnya pun tidak begitu kenal.

Arga sudah resmi bercerai denganku. Ya CERAI. Kata yang sungguh aku benci mendengarnya.

Aku tak menyalahkan Arga, apalagi menyalahkan takdir. Aku menyalahkan diriku sendiri yang menyetujui pernikahan ini.

Kini, aku sudah duduk di belakang seorang lelaki yang akan mengucapkan janji suci di depan para saksi.

Ku alihkan pandanganku kepada orang yang wajahnya tampak santai sebagai seorang saksi di sebalah sana.

Duduk dengan seorang wanita di sebelahnya. Aku tak tahu siapa dia?

Satu sentuhan lembut di pundakku membuatku mengalihakan pandangan.

Bunda. Sebuah senyuman terukir di wajahnya yang membuatku sedikit tenang.

Perutku yang belum terlalu besar membuatku terus mengusapnya pelan.

Arga. Aku yakin anak kita juga akan sedih dengan keputusan yang kamu ambil.

Lagi, perutku terasa mual, aku pamit untuk ke kamar mandi.

Di kamar mandi, aku hanya terdiam, air mataku menetes. Aku ingin semuanya berhenti sebentar saja, aku ingin mencoba menerima semua ini.

"Ya Allah.... maafkan hamba... hamba tau Engkah membenci perceraian, namun hamba tak bisa apa-apa, hamba percaya jika memang Arga adalah jodoh hamba, dia tidak akan menjadi milik orang lain"

Aku tak bisa lagi menahan air mataku. Aku menatap diriku di depan cermin.

Polesan make-up yang tadinya masih rapi, kini sedikit rusak. Dengan gaun pengantin putih, cadar putih, membuatku ingin menangis sekuat-kuatnya, karena aku tak pernah menduga semua akan seperti ini.

"Shar?"

Suara seseorang dari balik pintu membuatku keluar.

"Kak Shiffa?" Aku memeluknya, kali ini aku butuh pelukan.

"Shar. Kalau kamu nggak siap, bilang sama kita"

Aku menggeleng, "nggak kak, aku hanya perlu waktu, aku bukan nggak siap tapi belum"

Kak Shiffa mengelus pundakku, "ya sudah, akad nikahnya akan dimulai, kita ke sana sekarang"

Aku sedikit memperbaiki make-up ku yang sedikit rusak. Kemudian melangkah ke tempat semula.

Aku duduk di belakang laki-laki itu lagi. Dengan kemeja putih, dan peci putih, dengan badannya yang kekar, duduk membelakangiku.

Setelah abi mengucapkan kalimat Ijab, kini giliran lelaki itu mengucapkan kalimat qabul.

Aku menarik nafas panjang, cerita baru ku akan di mulai sekarang.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.....

"Saya terima nikah dan kawinnya, Sharla Az-zulaikha Ramdhani binti Arfian Ramdhani, dengan maskawin tersebut dibayar tunai"

Aku menatap ke arah depan disaat semua sedang mengucap kata sah dan hamdalah.

Disaat semua sedang berdo'a, aku masih melamun. Apakah aku mimpi? Apakah aku halu?

Selesai berdo'a laki-laki di depanku kini menatapku.

Air mataku menetes, aku tak sanggup untuk bergerak, aku terpaku, membeku.

Kini laki-laki itu mendekat ke arahku. Membuatku semakin tak percaya dengan semua ini.

Benarkah ini terjadi? Apakah ini mimpi? Ini benar-benar terjadi?

___♡___

Assalamu'alaikum😁

Bintang dibawah jangan diabaikan loh ya😄

Jazakumullah kahyran katsiran🍃

Takdir Allah Untukku [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang