21. Dia siapa?

10.3K 547 2
                                    

Air mata gadis itu terus mengalir, berkali-kali berteriak namun tak ada yang mendengarnya.

Di dalam bangunan kosong dengan banyak jaring laba-laba.

Tangannya terikat, hidungnya berdarah, terdapat lebam di keningnya.

Cadar tali yang dia kenakan sudah penuh dengan darah segar yang mengalir dari hidungnya.

"Bundaaaaaa" Gadis itu mencoba berteriak walau suaranya sudah hampir habis.

Samar-samar, terlihat dua orang datang ke arahnya, namun dengan keadaan orang yang satunya sudah babak belur.

"Kalian tidak akan bisa pergi dari tempat ini" Ucapnya kemudian melempar kasar tubuh laki-laki yang sudah tak berdaya itu, "Dan kamu, kamu tidak akan bahagia selama kamu mencintai laki-laki yang menjadi musuhku ini"

Laki-laki itu pergi, menyisakan seorang gadis yang sedang menangis bersama dengan seorang laki-laki yang wajahnya kini tertutup topi jaketnya.

"TOLONG!!!!!!"

***

"Dek, kamu kanapa?"

Sharla masih terus menangis dengan kalimat tolong tak henti-hentinya keluar dari mulutnya.

"Dek, Sharla"

Sharla bangun dan langsung duduk, wajahnya sudah basah dengan keringat, matanya bengkak, mulutnya bergetar.

"Kamu mimpi apa Shar?"

Sharla masih diam, nafasnya terengah-engah, kemudian dia kembali menangis.

"Dek... kenapa?," Shiffa melihat ke arah jam dinding, "Sebentar lagi subuh, kamu mandi ya?" Ucapnya sembari mengelus punggung Sharla.

Sharla mengangguk.

Dia kemudian berjalan ke arah kamar mandi dengan tatapan kosong, wajah sangat berantakan.

***

Di perjalanan menuju butik, Shiffa memperhatikan adiknya yang sedari tadi melamun.

Bahkan jika Shiffa tanya kenapa? Sharla hanya akan menjawab dengan gelengan kepala.

"Dek?"

Sharla hanya menoleh, menatap dengan tatapan lemah ke arah kakaknya.

"Kamu mimpi apa?"

Sharla hanya menggeleng, entah kenapa dia merasa sangat malas untuk mengeluarkan satu kata bahkan satu huruf dari mulutnya.

Shiffa kembali fokus menyetir, dia tak mau terlalu memaksakan adiknya untuk bercerita.

Sedangkan Sharla, dia masih sibuk dengan pikirannya.

Aku seperti pernah melihat kedua laki-laki itu, terlebih lagi yang di laki-laki yang babak belur. Tapi dimana? Siapa dia? Dan kenapa orang yang satu itu mengatakan tidak akan membiarkanku hidup bahagia selama aku mencintai musuh dia? Siapa musuhnya?.

Bulir bening menetes sedikit membasahi cadar Sharla. Entah kenapa, mimpinya itu sangat membuatnya tidak tenang.

Shiffa melihat adiknya menangis saat dia baru saja memarkirkan mobil di depan butik.

Takdir Allah Untukku [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang