49. Belum yakin!

7.2K 362 2
                                    

Mentari sudah mulai menampakkan sinarnya, langit mulai ikut bercahaya, tetapi beda dengan hati Sharla yang sekarang mendung ditutupi awan hitam.

Dia bingung harus berbuat apa? Apakah dia bisa ikhlas? Apakah dia bisa seperti istri-istri Rasulullah yang ikhlas berbagi suami? Sharla benar-benar tak yakin.

Dibalkon kamar Dia dan Arga saat ini, mengingatkan dia pada malam dimana dia diberi kejutan di restoran malam itu.

Ntah kenapa, hatinya terasa sesak mengingat semua itu. Oh sudahlah, dia tak mau mengingatnya lagi.

Sharla berjalan ke dalam kamar, membuka cadar dan mukenanya. Dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.22 Sharla bingung harus apa sekarang.

"Assalamu'alaikum" Ucap seseorang di depan kamar Sharla.

"Siapa ya? Kok bisa masuk?" Ucap Sharla dalam hati, "Wa'alaikummussalam"

Saat baru saja akan membuka pintu, pintu sudah terlebih dahulu dibuka oleh yang diluar.

"Eca... bikin kaget aja"

"Habisnya kamu lama, trs pintu depan tadi nggak dikunci, jadinya ya aku masuk, soalnya kamu kayaknya nggak denger bel ya?"

"Astaghfirullah hal adzim, apa sampai segitunya aku melamun?"
"Hehe... maaf deh maaf" Ucap Sharla dengan cengiran khasnya.

"Sama satu lagi, kalau mau buka pintu, biasakan pakai hijab sama cadar, atau minimal pakai hijab"

Sharla meraba kepalanya, dan ternyata dia lupa memakai hijabnya, untung saja Eca yang bertamu atau lebih tepatnya akan menginap.

"Arga kapan berangkat?"

Sharla diam. Mendengar nama Arga, pikirannya kembali mengingat kejadian kemarin.

"Shar?" Eca memegang bahu Sharla membuat Sharla tersadar dari lamunannya.

"Kemarin Ca"

"Kamu kenapa?" Tanya Eca menaruh punggung tangannya pada dahi, pipi, dan kemudian leher Sharla. "Sakit?"

Sharla menjauhkan wajahnya dari tangan Eca, "ya nggaklah Ca, aku baik-baik aja"

"Tapi kok pucet? Belum sarapan?"

Sharla menghela nafas pelan, "Ya belumlah, masih pagi gini"

"Ya udah. Pagi ini aku yang masak buat bumil, bumilnya diem aja disini"

"Nggak-nggak. Kamu udah repot-repot nemenin aku disini dan aku nggak mau buat kamu tambah repot harus masak" Ucap Sharla.

"Kalau kamu nggak mau, aku nggak mau makan"

"Pantesan masih jomblo, tingkahnya masih kekanak-kanakan"

"Ih apa hubungannya cobak, kan kamu aja sama tapi udah nikah. Cuma jodoh aja yang belum nongol Shar"

Mereka sama-sama tertawa pelan dengan candaan garing mereka. Dan Sharla merasa lebih baik.

***

"Dita?!" Sharla berjalan menghampiri Dita yang baru saja keluar dari supermarket.

Sharla lupa kalau kehabisan bahan masak, jadi dia mengajak Eca untuk ke supermarket, dan menggunakan mobil Eca.

Raut wajah Eca berubah saat Sharla sudah berdiri didepannya.

"Sehat terus ya, biar selalu baik-baik aja"

Dita sedikit bingung dengan ucapan Sharla. Bukan karena tak mengerti dengan yang dimaksud Sharla, namun dia masih tak percaya Sharla berkata seperti itu padanya.

Dita hanya tersenyum canggung, karena ada sahabat Sharla disana. Dita yakin, kalau Eca belum tahu.

"Eca, kamu duluan masuk aja ya. Aku mau bicara sama Dita"

Eca hanya tersenyum lalu mengangguk dan berlalu masuk ke supermarket.

"Aku udah tau semuanya Ta. Walaupun aku belum yakin"

"Maksud lo?"

"Kalau seandainya kamu beneran hamil, aku belum yakin kalau yang kamu kandung itu anak Arga, karena Arga selalu bersamaku selama dia di Malang"

Raut wajah Dita menjadi datar.
"Lo kira gue bohong?"

"Nggak gitu Ta, aku cuma belum yakin aja"

"Udah ya, gue mau pulang. Mood gue lagi jelek"

"Assalamu'alaikum" Ucap Sharla saat Dita berjalan pergi. Dita hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan langkahnya.

Sharla hanya menggelengkan kepalanya. Di kepalanya sekarang hanya ada pertanyaan 'apakah Dita beneran hamil?'

***

Sementara itu di rumah Dita. Tisna sedang mondar-mandir di teras rumahnya. Dia bingung kenapa Arga bisa melakukan ini pada Dita?

Tapi apakah Dita beneran hamil?

Tisna melihat mobil Dita memasuki gerbang rumah. Saat Dita keluar dari mobil, Tisna memperhatikannya dari jauh.

"Kenapa lo merhatiin gue kayak gitu?"

"Kamu beneran hamil?"

Dita menghempaskan plastik di tangannya. Sungguh! Dia sangat tak suka jika ada orang yang tak percaya tentang kehamilannya.

"Lo sama aja kayak istri Arga! Lo kakak gue, dan lo nggak percaya sama gue?"

Dita berlalu pergi masuk ke dalam rumah, dia masuk kekamarnya dan membanting pintu yang mengakibatkan suara yang cukup keras.

Dita duduk di tepi ranjang dan mengusap perutnya yang masih datar.

"Kamu tidak akan hidup tanpa seorang ayah sayang. Mama janji! Arga akan menjadi ayahmu"

___♡___

Assalamu'alaikum😊

Ey ey saya bingung kapan mau tamatin ceritanya😴
Tapi lanjut ada dah dulu, sampai saya mau akhiri ceritanya😄

Jangan lupa bintangnya ya😉

Jazakumullah khayran katsiran🌿💕

Takdir Allah Untukku [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang