DSC S2-04

630 30 4
                                    

..HAPPY READING..

Untung aku bukan ice cream yang mudah meleleh


Saat ini aku sedang berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari letak apartemenku. Aku saat ini menemani chanyeol untuk check in kamar berhubung setelah pesawat landing, ia segera menuju apartemenku dan tidak lupa membawa satu koper bersamanya sedari tadi aku bahkan tidak sadar jikalau dia membawa sebuah koper bersamanya, yang aku tau dia tuh langsung muncul tiba-tiba dihadapan aku eh bukan lebih tepatnya dibelakang aku. Aku baru sadar kalau dia bawa koper itu saat dia memintaku untuk menemaninya ke hotel.

Mengapa tidak menginap bersamaku? Heol! Aku, meskipun tinggal di negara orang tidak melupakan serta merta petuah Yang tidak membolehkan sepasang manusia beds jenis kelamin dalam satu atap yang sama karna sama saja dengan 'kumpul kebo'. Meskipun di negara maju seperti ini tidak akan mempermasalahkan hal tersebut tapi aku hanya menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

"Kamu mau ikut aku simpan barang di kamar?" aku sedari tadi memang hanya melihat lalu lalang pengunjung hotel dan membiarkan chanyeol asyik dengan pekerjaannya. Aku tentu saja tidak perlu berpikir lagi dan langsung menganggukkan kepalaku mengiyakan ajakannya untuk ikut bersamanya. Masa udah dikunjungi pujaan hati eh jalannya masih aja sendiri mirip mahluk yang namanya Zomblo hoho.

"Hotel nya lumayan ya?" pujiku saat berjalan menyusuri lobby menuju sebuah lift. Arsitekturnya sangat detail dengan aksen khas prancis benar-benar nyaman dipandang mata.

Kulihat chanyeol menoleh kebelakang yang kebetulan aku memang berjalan beberapa langkah dibelakangnya. "Sini tangan kamu." ujarnya seraya mengulurkan tangannya yang bebas.

Aku yang bingung menatap tangan chanyeol penuh tanda tanya. "Ck! Siniin tangan kamu. Nanti kamu di culik kan kasihan penculiknya kalau nyulik kamu. Nyusahin." Boleh aku tertawa? Apa dia bilang? Rugi! Enak saja wajah seperti aku ini laku dipasaran. Ck! Malah bahas masalah laku emangnya aku mau di jual gitu. Enak aja.

"Enak aja kamu, yang ada yang rugi itu kamu. Siapa lagi yang mau dengan pria dengan kadar manja luar biasa seperti kamu. Harusnya kamu bersyukur aku tuh mau jadi pacar kamu." meskipun aku sempat protes dengan pemilihan kalimat nya tadi aku tetap memberikan tanganku untuk di genggam olehnya.

"Bercanda sayang. Yakali aku biarin kamu di culik. Mendingan aku aja yang culik kamu lebih berfaedah." Aku mendesis sedikit kesal dengannya. Aku tuh tau sebenarnya dia emang mau genggam tangan aku tapi ya namanya cewek yakan suka sensi sendiri.

"Kamu marah? Maaf ya." saat ini kami tengah berada di dalam lift dengan 3 orang lainnya. Aku sebenrnya tidak marah hanya saja aku ingin di bujuk olehnya. Sekali-kali aku juga ingin mengerjainya, di apartemenku tadi dia memulainya lebih dulu maka aku juga harus membalasnya agar tidak rugi.

Aku masih diam dengan tatapan malas yang kulayangkan padanya. "Lucunya bayi besarku." Aku tuh harus kuat-kuatin niat jika ingin mengerjai chanyeol karna wajahnya itu selalu berekspresi menggemaskan sehingga aku kadang luluh sendiri. Tapi tenang aku ingin dia membujukku lebih lagi.

Ting!

Akhirnya sampai juga di lantai 15 dimana kamar chanyeol berada. Aku berjalan mendahuluinya sampai menabrak 3 orang yang sebelumnya bersama kami tadi. Aku hanya meminta maaf sekejap dan berjalan lebih dulu sedangkan chanyeol tampak sedikit berlari mengejarku.

"My Rain! Tungguin dong. Kamu tau emang kamar aku nomor berapa?" Ohbiya juga. Gini nih kalau sok-sok ngambek elah. Aku memperlambat langkahku sehingga chanyeol bisa mengimbangi langkahku. Aku tentu saja masih memasang wajah kesalku dan tanganku telah lebih dulu digenggam olehnya, pengen narik tangan tapi nyaman. Hadeh gini nih kalau udah kangen pengen deket-deket mulu mirip prangko.

Dikelilingi 9 cogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang