DSC S2-07

387 20 8
                                    

Aku yakin badai apapun akan terasa seperti rintik hujan jika semuanya dihadapi berdua. Bukannya berdua jauh lebih baik dibandingkan sendiri.

..HAPPY READING..

Hari ini, mood-ku jauh lebih baik. Apalagi setelah melihat penampilan baruku. Tapi, kembali teringat dengan kejadian kemarin, aku menghela nafas seraya melihat layar ponselku yang menampilkan 105 panggilan tak terjawab dan 50 pesan dari Chanyeol.

Wow

Aku memilih mengabaikan semuanya dan berjalan keluar kamar untuk segera check out dan kembali ke apartemen.

Sesampainya di apartemen, aku melihat Chanyeol berdiri seraya bersandar di pintu unit milikku. Pakaiannya masih sama, saat aku melihatnya kemarin. Aku mencoba untuk bersikap biasa saja. Ia berdiri tegap saat menyadari keberadaanku, aku bahkan enggan untuk menoleh kearahnya. Ia ikut masuk saat aku membuka pintu apartemen. Aku langsung melenggang masuk kedalam kamar.

Sial!

Aku bahkan tidak bisa bersikap seolah-olah tidak peduli padanya. Mengapa wajahnya lucu sekali dengan ekspresi memelasnya. Aku merutukki diri sendiri karna hampir saja menatapnya lebih lama.

Sebaiknya aku mandi dan bersiap-siap ke kampus. Gumamku seraya mengingatkan diri sendiri. Setelah berkutat dengan persiapan ke kampus, aku pun siap dengan rambut yang tergerai serta celana jeans dan kaos oblong serta sling bag berwarna hitam yang isinya hanya dompet dan handphone seddangkan buku-buku keperluan kuliahku tidak dimasukkan ke dalam sling bag yang ukurannya memang kecil, melainkan hanya aku pegang begitu saja.

Aku siap!

Aroma masakan menguaar di ruangan apartemenku, aku bahkan lupa jika Chanyeol ternyata ada di apartemenku. Aku baru saja berencana mengabaikan keberadaannya namun terurungkan karna panggilan darinya.

"Rain.. makan dulu." Aku berbalik dan berjalan menuju ke arah meja makan.

Aku bisa melihat di meja terdapat sandwich serta potongan buah apel dan jus melon. Aku segera menarik kursi tepat dihadapan Chanyeol dan tanpa menunggu perintah darinya, aku segera memakan sarapan-ku. Aku bahkan tidak peduli jika sedari tadi Chanyeol menatapku, sandwich ini jauh lebih butuh pehatianku dibandingkan harus merasa terganggu karna Chanyeol.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu lis." Aku menghentikan kunyahanku namun setelahnya aku kembali mengunyah dan mengabaikan ucapannya tadi.

Setelah menyelesaikan sarapanku, yang sudah tidak seenak saat ertama kali memakannya, aku segera pergi tanpa menoleh lagi. Aku hanya butuh waktu. Itu saja.

Diperjalanan menuju kampus, aku terus saja memikirkan tentang dia. Kenapa di saat semuanya sudah perlahan normal ada saja sesuatu yang mengusik.

Aku menghela nafas panjang, hari ini cukup lancar. Aku bisa lebih fokus dengan praktik hari ini meskipun tidak semaksimal biasanya. Joya salah satu teman kelasku yang juga mengambil mata kuliah yang sama denganku beberapa kali menanyakan apa aku baik-baik saja atau tida dan selalu aku jawab baik-baik saja.

Penat sekali rasanya, tetapi penatku kian bertambah saat melihat wajah tampan Chanyeol yang sedang duduk menonton TV diruang tengah dengan penampilan yang jauh lebih segar, terlihat dari pakaiannya yang sudah berganti.
Aku berjalan melewatinya begitu saja, aku butuh mandi.

Tok tok

"Lisa, aku mau bicara. Keluarlah sebentar." Aku baru saja menyelesaikan acara Video Call kku bersama si biang gosip Ji soo. Aku menatap kearah daun pintu yang masih tertutup rapat, beranjak dan membuka pintu tersebut yang sudah berdiri pangeran tampan.

Aku berjalan melewati si pangeran dan duduk di sofa ruang santai. "Mau ngomong apa?"

"Masalah yang kemarin." Aku masih diam, memberi dia waktu untuk bicara. Setiap hubungan itu, penting yang namanya komunikasi dan mendengarkan penjelasan. Karna, banyak hubungan yang berakhir hanya karna kurang komunikasi dan tidak ingin mendengarkan penjelasan. Maka dari itu, aku mencoba untuk melakukan dua hal itu agar hubunganku tetap baik-baik saja.

Chanyeol menarik nafas pelan. "Maaf karna tidak menghubungimu kemarin."

Dia menatapku sejenak kemudian menghela nafas pelan-lagi lalu melanjutkan ucapannya.

"Aku buru-buru kemarin karna mendapat telfon dari salah satu orang kepercayaan papi untuk mengecek perkembangan proyek pembangunan apartemen di salah satu pusat di Paris."

"Aku langsung menuju ke lokasi sehingga aku lupa menghubungimu. Aku juga ingin minta maaf karna menemui Rose tanpa memberitahumu terlebih dahulu." Well, kalimat terakhir yang diucapkan Chanyeol semakin pelan namun masih terdengar olehku. Aku tau, ini selalu jadi topik yang kurang mengenakkan untuk aku dan Chanyeol.

Aku menelan salivaku kasar, berdehem sejenak sebelum membalas ucapan Chanyeol. Aku menatapnya sejenak, ia tampak gelisah.

"Untuk apa dia datang lagi?" Tanyaku berusaha tenang, meski jujur saja aku merasa sedang tidak tenang.

"Dia ingin memintaku kembali padanya. Dia merasa bahwa yang dia butuhkan hanya aku-" aku mengalihkan tatapanku yang tadinya fokus melihat wajah-nya. Sakit, mendengar kejujuran yang diucapkan oleh Chanyeol. Tapi, aku lebih memilih sakit mengetahui kenyataan dengan kejujuran dibanding harus mendengar sebuah kebohongan.

Aku merasakan tangankuku di genggam, tentu saja itu tangan Chanyeol. Ia mengelum tanganku perlahan hingga aku menjadi sedikit lebih tenang. Banyak yang telah terjadi selama 3 tahun belakangan ini. Termasuk bagaimana aku berakhir dengan Chanyeol bukan dengan 'DIA' yang namanya masih menimbulkan sedikit nyeri jika mengingatnya.

"Aku mengingatmu. Aku hanya membayangkan saat-saat bahagia kita. Aku tidak mungkin kembali ke masa lalu untuk mencari bahagia jika aku mendapatkan bahagiaku hanya dengan melihat wajahmu." Chanyeol menghela nafas pelan. Saat ia belum mendapat respon apa-apa dariku.

"Aku tau. Pembicaraan ini selalu tidak akan menyenangkan. Dia memang memintaku kembali padanya. Tetapi aku menolak, mengatakan padanya bahwa aku telah menawarkan bahagia untukmu-

"Dia menangis tentu saja tetapi aku tidak merasa bersalah. Sudah seharusnya aku menolaknya lebih awal bukan? Kita tau bahwa kita sama-sama telah melepaskan masa lalu."

Seakan tidak ingin membuatku tambah sesak dengan segala kejujurannya. Ia semakin menggenggam tanganku erat.

"Pada akhirnya ia meminta maaf karna memintaku kembali padanya, saat ia tau bahwa aku telah bersamamu. Dia minta maaf atas kejadian yang menimpamu dulu terkait kecelakaan beberapa tahun yang lalu, yang sengaja ia lakukan. Ia juga minta maaf karna berani mengusikku."

"Lisa tatap aku!" Aku menatapnya. Mataku sudah sedikit berair. Aku melihatnya tersenyum simpul seraya menatapku dalam seakan menyelami kedalaman tatapanku.

"Aku menemuinya, karna aku ingin saat kamu menerima bahagia yang aku tawarkan. Tidak ada lagi yang akan mengusik kita termasuk masa lalu. Aku hanya ingin di dunia yang kita bangun hanya ada kamu dan aku beserta kebahagiaan kita. Aku sangat mencintaimu dan aku bersyukur akan hal itu." Pecah sudah tangisku. Aku tidak bisa berkata apapun lagi. Chanyeol benar-benar telah menjadi penguasa di hatiku. Aku bahkan tidak sanggup membayangkan jikalau suatu saat Chanyeol meninggalkanku, aku tidak yakin aku akan tetap tegar seperti saat 'DIA' meninggalkanku.

Tbc..
Hola readers 😉
Aku up lagi 😂
Giliran rajin aku tub rajin banget up tapi giliran ngilang. Beuh ngilang seperti hilang ditekan bumi aja 😂
Tapi semoga saja karna kesibukan aku udah nggak sebanyak yang lalu-lalu. Aku bisa up terus ya 😄

Maka dari itu, dukungan dari kalian sanagt membantu.

#FutureCY

Dikelilingi 9 cogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang