DSC S2-09

329 24 10
                                    

..HAPPY READING..

“Woi Litha ngapain mathih di luar thih!” Aku tersadar dari keterkejutanku.

Dasar cadel!

Aku berjalan masuk setelah menutup pintu apartemenku. Aku melihat Pria dengan badan tinggi serta bahu lebar dan kulit putih kini berada di dapurku seraya mengeluarkan sekotak susu dan beberapa cemilan. Aku melongo melihatnya.

“Woy! Hun! Lo tamu paling nggak tau diri ya. Belum dipersilahkan masuk juga tadi, terus gue juga belum suruh lo makan. Woy” bagaikan angin lalu, sehun berjalan melewatiku dengan membawa sekotak susu dan beberapa snack ditangannya menuju ruang Tv.

Melongo part two!

Aku berdecak kesal, bagaimana tidak. Si sehun dengan seenaknya masuk ke apartemenku, mengacak kulkas dan parahnya setelah mencuri seluruh makananku ia justru tidak menutup pintu kulkas.

Dasar!

Dengan langkah lebar dan kaki yang sedikit dihentakkan, aku berjalan menuju kulkas lalu menutupnya kasar. Nggak bisa nyantai lagi nih diri ini.

“SEHUN!!”

“Berithik litha!”

Sialan! Berasa rumah sendiri si sehun. Lihatlah keadaan ruang Tv yang penuh dengan remahan snack. Aku menggeleng miris. Ini berasa lagi dijajah.
Jadi, yang membuat aku melongo memang si sehun cadel si albino. Bukannya pertemuan mengharukan eh malahan di buat kesal. Lisa nggak suka.

“Hun, seharusnya nih ya. Kita tuh berpelukan ala-ala orang yang berpisah lama atau paling enggak kita nge drama alay. Nah ini, nggak ada pahit-pahitnya sama sekali.” Gerutuan yang aku lontarkan sama sekali tidak mendapat respon apapun darinya. Bagus sekali.

“Abaiakan saja diriku. Anggap aku tak ada.”

Lagi. Aku diabaikan. Lisa strong kok.

“SEHUN!” Nah, kali ini si cadel bereaksi dengan menutup kedua telinganya yang mungkin berdengung karna teriakanku. Sehun menatapku kesal dan tak lama jitakan mendarat di keningku dan itu lumayan sakit. Benar-benar nih anak satu.

“Berithik lo Litha!” Pengen banget memaki pria tampan ini. Tapi aku hanyalah remahan snack.

Aku bukannya takut, justru membalas menjitak kepala sehun dan itu bukannya lumayan keras tapi sangat keras sampai-sampai aku berpikir mungkin otaknya akan bergeser. Sehun hanya meringis seraya mengusap kepalanya yang terkena hantamanku tadi.

“Tadi chanyeol kethini?” aku hanya mengangguk saja seraya ikut menatap layar plasma di hadapanku. Hening sesaat, hingga pertanyaan yang paling aku hindari keluar juga dari mulutnya.

“Gimana hubungan lo sama suho?”

Aku bungkam, seharusnya aku sudah harus biasa saja setiap mendengar namanya disebut. Tapi lihatlah aku masih saja enggan untuk berdamai dengan masa lalu. Ini menyakitkan! Sungguh. Anggap saja aku lebay atau apapun itu, aku hanya merasa bahwa aku yang sekarang sudah jauh lebih baik, aku sudah sedikit bisa mengontrol segala gejolak emosi yang ada dalam diriku. Ini hanya masalah waktu, iya. Lagipula aku sudah ada kak chan yang selalu ada buat aku.

“Gue juga masih sakit hati. Tapi, gue bisa apa? Bukannya kita harus bersyukur, karna sebelum rasa kita begitu dalam. Tuhan nunjukin hal yang baik meskipun disertai rasa sakit. Ayolah lisa, gue aja udah mempertimbangkan seseorang untuk mengisi hati gue. Lo nggak kasihan liat chanyeol yang selama ini ada disamping lo?”

Benar. Gue jahat, gue tau itu tapi jika boleh jujur. Gue udah nggak ada rasa sama orang yang namanya masih belom bisa aku sebut, hanya saja rasa sakitnya masih melekat degan sosoknya. Sehingga, setiap seseorang menyebut namanya rasanya hatiku akan berdenyut nyeri.

Dikelilingi 9 cogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang