..HAPPY READING..
Luka itu memang meninggalkan bekas tapi kecewa meninggalkan kenangan pahit
Setelah tawanya mereda barulah aku melayangkan pukulan bertubi-tubi pada tubuh jangkungnya. Dia meringis tapi tentu saja aku terlalu baik hati untuk menghentikan aksi anarkisku.
"Udah dong lis. Ice cream nya jadi meleleh nih nanti." Aku mengangguk mengiyakan meski samar. Aku segera meraih sekantong ice cream yang berada di coffe table dan segera mengambil satu ice cream rasa cokelat. Enak.
Chanyeol melakukan hal yang sama. Kami sama-sama diam, memakan ice cream dengan khusyuk, aku sudah menghabiskan 5 bungkus ice cream sedangkan chanyeol saja baru menghabiskan satu bungkus ice creamnya. Dia menatapku tak percaya padahal ia sudah sering melihatku kalap saat memakan ice cream.
Jadilah entah bungkus keberapa yang aku makan, gigiku menjadi ngilu dan seketika aku meringis awalnya aku mengabaikannya karna menganggap hal itu hal yang wajar. Tetapi, rasa sakit lain datang membuatku meringis lebih keras. Kak chanyeol langsung mengambil ice cream ditanganku dan menangkup pipiku khawatir.
"Lo kenapa?" Aku tidak bisa menjawab rasanya ngilunya kian bertambah. Terlebih lagi mendengar decitan pintu yang terbuka menambah rasa ngilu di gigiku menjadi.
"Loh lisa kenapa chan?" Ternyata mama, aku bahkan tidak memperhatikannya karna mataku yng sudah buram karna air mata. Kulihat chanyeol menggeleng pertanda tidak tau. Mama menghampiriku, ia memegang pipi sebelah kiriku membuatku kembali meringis.
Setelah kejadian yang sedikit konyol menurutku, chanyeol mengantarkan aku dan mama ke klinik gigi. Sehingga aku jadi malu sendiri saat dokter menanyakan penyebabnya dan lebih membuatku malu saat mama nyelutuk asal, mengatakan bahwa aku sakit gigi karna patah hati dokter tampan yang kuketahui namanya dr. Eunwoo hanya tertawa kecil menampilkan matanya yang mengecil.
Mengingat kejadian itu, membuatku merasa ngeri sendiri. Kapok aku. Aku segera mengentikan aksi menjilati ice cream ku. Menatap chanyeol dan ice cream cokelat ditangnku bergantian. Akhirnya dengan berat hati aku memberikan ice cream ditangaku untuk chanyeol habiskan. Aku benar-benar trauma dengan sakit gigi.
Chanyeol menatapku geli tapi aku pura-pura tidak tau, memilih menatap lurus kearah TV led yang menampilkan tayangan dengan bahasa prancis.
"Gimana nanti? Gedung udah beres? Undangan?" Aku yang tadinya pura-pura fokus pada layar TV kini balik memandang chanyeol.
"Udah beres. Tinggal tunggu aku aja." chanyeol masih sibuk menjilati ice creamnya yang mulai mencair membuatku sedikit salah fokus, ingin segera melahap ice cream tersebut.
"Persiapan kamu udah selesai kan selain yang aku sebutin tadi. I mean semua persiapan kamu udah?"Chanyeol kini memandangku serius setelah meletakkan sampah ice creamnya diatas meja.
"Iya, tinggal nunggu waktunya aja. Semuanya udah siap. Aku jadi nggak sabar." chanyeol tersenyum hangat membuatku ikut tersenyum.
"Aku jadi ikut seneng. Nggak sabar nunggu kejutan dari kamu."
Kejutan?
Dia masih ingat ternyata, aku memilih diam dengan masih memamerkan senyumku. Kejutanku untuknya akan sangat membuatnya terkejut sekaligus bahagia tentu saja. Meskipun ia sudah pasti tau dengan kejutan yang akan aku berikan tetap saja caraku memberikannya yang tidak biasa.
***
Kemarin setelah chanyeol memaksa untuk aku memberikan kejutanku padanya detik itu juga, aku memilih untuk keluar dari kamar hotelnya dan segera berlari menuju lift dan tidak lupa mengirimkan pesan singkat untuk bersabar. Sedangkan chanyeol hanya membalas dengan emot marah, lucu sekali.
Hari ini kami sedang ada disebuah cafe yang tidak jauh dari menara eiffel. Suasanya begitu nyaman dengan furniture serba putih membuat kesan yang simple dan homey banget. Aku sedang menunggu chanyeol yang sedang ke toilet, aku juga menunda pesanan karna ingin memesan makanan bersama chanyeol.
"Udah pesan?" tanya chanyeol setelah mendudukkan bokongnya pada kuris cafe. Aku menyengir tak berdosa dengan gelengan di kepala. Dia ikut menggeleng yang menandakan bahwa ia sedikit gregetan padaku. Bodo amat.
Krriing kriingg
Saat waiters selesai mencatat pesanan kami berdua, ponselku berbunyi menampilkan nama salah sati sahabatku di masa putih abu-abu, ji soo.
Aku segera menggeser layar ponselku dan segera mengaktifkan loudspeaker ponselku karna suasana cafe sedikit berisik karna banyaknya pengunjung.
'Woyy lisa. Apa kabar lo'
Aku terkekeh mendengar teriakan yang bukan berasal dari sang penelfon tapi justru dari suara lain yang tak lain dan tak bukan adalah Jennie.
'Gue baik kok. Sekarang gue lagi sama kak chanyeol nih.'
'Nge date mulu lo berdua.'
'Eh jomblo dilarang protes.'
'Jangan gitu dong lis. Kasian temen kita yang sampai sekarang belum bisa move on.' Ejekan ji soo sukses membuatku tertawa kecil karna setelahnya aku mendengar umpatan kesal dari jennie.
'Kita ngobrol berdua aja deh lis. Si jen lagi ngambek mungkin lagi tanggal merah.'
'Jis. Lo jadi nikah sama kak kyungsoo?'
Hening beberapa saat.
'Lah. Kok lo tau sih lis. Nggak asyik lo.'
Mampus. Itu pasti suara Jennie.
'Kak chanyeol yang ngasih tau gue. Gue pas denger itu masih aja shock, masih nggak nyangka kak kyungsoo beneran serius mau nikah sama titisan mimi peri kek lo.'
'Sialan lo lis. Gini-gini dia juga beneran Cinta sama gue, ini murni nggak pake dukun. '
'Yakali lo pake dukun jis. Tapi, selamat ya ember bocor. Seneng deh gue liat sahabt gue ada pawangnya.'
'Inginku memaki. Eh udah dulu ya gue mau anterin si Jennie balik udah malem soalnya di sini.'
'Oh ok. See you'
Bipp
Aku masih tersenyum sumringah membuat chanyeol memandang aneh kearahku.
"Kamu.. Sehat?" aku mendelik kesal menatap chanyeol. Emangnya aku keliatan sakit apa?
"Sehatlah. Aku tuh cuma seneng aja abis telfonan sama si duo J." Chanyeol mengangguk paham dan kembali menyesap cafe latte nya. Karna kebetulan saat pertengahan perbincangan aku dan ji soo yadi, waiters datang membawa pesanan kami.
Pukul 16.35, menara eiffel tampak semakin Indah saja dengan background berwarna jingga menambah kesan romatis. Setelah kami ngobrol cukup lama di cafe, aku memutuskan untuk mengajak chanyeol menikmati sensasi romantis kota paris yang memang memiliki ikon yang sangat terkenal. Aku kini tengah duduk beralaskan jaket denim milik chanyeol menatap senja dari balik menara eiffel. Kami hanya diam, bukam diam canggung tapi memang sedang menikmati keterdiaman kami dengan pikiran masing-masing yang berkelana bersama senja.
Sadar merasa aneh dengan tangan kananku, aku menoleh menatap chanyeol yang masih menatap lurus kedepan selanjutnya pandanganku jatuh pada tautn tangan kami berdua yang ia letakkan diatas pahanya. Diam-diam aku menarik sudut bibirku hanya sedikit dan hampir tak terlihat, rasanya manis saja karna biasanya kami jarang bersikap romantis satu sama lain berbeda saat bersama dia dulu yang setiap saatnya di perlakukan romantis. Tapi, aku sadar itu hanyalah masa lalu dan sekarang aku merutuki diriku sendiri karna kembali mengingat orang itu disaat aku sudah bersama dengan orang yang mampu menjungkir balikkan duniaku.
Aku menggumamkan banyak kata maaf karna kembali membiarkan orang itu mengusik hatiku lagi. Tapi setelah itu aku merasakan sqpuan lembut ditangaku, jari-jari chanyeol kini mengusap punggung tanganku lembut dan juga senyum manisnya. Aku kembali terenyuh dan untuk kesekian kalinya aku jatuh, jatuh dalam pesonanya.
Tbc..
Heyy DSC is back. Semoga kalian suka ya walaupun part ini mungkin membosankan 😀
Big hug from Cogant Squad#FutureCY
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikelilingi 9 cogant
FanfictionKisahku tak akan lengkap tanpa pertemuan kita. Pertemuanku dengan 9 pria tampan yang memperlakukan aku yang bukan siapa-siapa bagaikan seorang Putri. Cinta, dendam, serta patah hati aku bersyukur melewatinya bersama kalian. Pria-pria tampanku DSC S1...