DSC S2-03

675 37 2
                                    

..HAPPY READING..

"Kamu Indah, terlebih lagi saat kamu berdiri di antara bunga yang bermekaran"

Aku diam sepersekian detik, aku rasanya ingin sekali meneteskan air mata bahagiaku saat ini. Aku benar-benar bahagia dan tidak menyangka bahwa dia sedang duduk di sampingku. Rasa hangat menjalar keseluruh aliran darahku terlebih lagi tangan besar yang menenggelamkan tanganku dalam genggamannya memberikan gelenyar aneh pada jantungku yang kini sedang berdetak tak beraturan.

"Kamu saking kangennya mendadak kaku gini ya?" Aku seketika sadar dari segala lamunanku. Aku mendelik kesal kearahnya. Dasar! Sempat-sempatnya dia bercanda padaku.

Aku memilih untuk melepaskan satu tanganku dalam genggamannya guna untuk memberi pukulan selamat datang untuknya. Dia mengaduh merasa sakit dengan pukulanku.

"Cih untuk apa otot-otot besarnya itu dia manjakan jika pukulan ringan seperti itu saja ia sudah mengaduh kesakitan."

"Jangan-jangan otot kamu ini isinya lemak semua ya?" Ledekku yang berhasil membuat wajahnya yang sedari tampak songong itu memberenggut lucu.

"Jahat banget sih kamu. Nanti kamu kena karma ledek orang yang lebih tua loh!" Aku sukses tertawa mendengar kalimat protes darinya.

"Susah sih pacaran sama aki-aki takut kualat." Pria dihadapanku ini sukses melotot dan jangan lupakan geraman kekesalannya. Rasanya perutku jadi keram.

"Aku jepit kamu di ketiak aku baru tau rasa. Ganteng gini malah dibilang aki-aki minta banget aku beliin kacamata minus apa?" Aku memeluknya erat. Gemas sendiri mendengar gerutuannya sekaligus aku sudah tak tahan untuk memeluk tubuh jangkungnya ini. Ha.. Rasanya nyaman.

Aku merasakan sentuhan hangat dipucuk rambutku. Seperti biasa dia selalu memperlakukanku bagai Putri.

"Aku rasanya mau gila nungguin kabar kamu. Kok tahan banget nggak recokin aku?" Aku terkekeh geli, saat seperti inilah yang aku rindukan saat bersamanya dan masalah kegalauanku, aku memang terhitung lebih sering menghubungi nya disaat aku sedang suntuk. Tapi, bukan berarti dia tidak pernah menghubungiku hanya saja dia terkadang takut menggangguku jadilah aku yang akan selalu merecoki hidupnya. Kami memang menjalin hubungan jarak jauh atau lebih kerennya LDR.

"Uhh manjanya My giant boy." Bukannya marah dia justru menyerangku dengan kecupan bertubi-tubi di pucuk rambutku membuatku merasa geli sendiri.

Setelah adegan alay-alay lewat, kini aku sedang menyiapkan sarapan untuk pria dengan sifat manja yang luar biasa. Tapi, aku rasa ini bukan lagi waktu untuk sarapan karna hampir memasuki waktu makan siang. Tidak mau melewatkan makan siangku kali ini, aku lebih memilih untuk memasak banyak hanya ada omelette, sup iga, ayam goreng kecap dan cap cay. Meskipun tinggal di luar negeri lidahku tentu saja masih lidah orang Indonesia. Setelah bergelayut selama hampir sejam di dapur. Akhirnya, makan siang kami sudah siap tersaji di Dinning table.

"My giant boy. Sayang!!"

Aku bersungut-sungut kesal bagaimana tidak? Aku sudah lelah memasak daging  dapur tapi lihatlah bayi besarku ini, dia sedang berada dalam dunia mimpi indahnya. Ck!

"Kak. Kak bangun kak."

"Eunghh"

Kesal?


Sepertinya semenjak kedatangan bayi besarku ini, aku menghabiskan banyak stock sabar. Karna kelewat gemas, aku memilih untuk menarik hidung bayi besarku ini. Aku terkekeh geli saat melihat wajahnya yang saat ini persis seperti ikan yang kekurangan air.

Dikelilingi 9 cogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang