38

4K 544 179
                                    

   Yuju menikmati semilir angin yang menerpa wajah dan rambut panjangnya, ia kini sedang berjalan sendirian disekitar Sungai Han. Tadinya ia berdua bersama Dokyeom namun sekarang ia harus sendiri karena Dokyeom tiba - tiba ada urusan mendadak.

Iya, setelah pertemuanya waktu itu sekarang ia sudah dekat kembali bahkan mungkin sebentar lagi akan berada ditahap pacaran. Mungkin

"Huh... Indahnya, sayangnya aku sendirian disini." Yuju mengamati sekilingnya yang terlihat tak begitu ramai. Matanya menyipit saat melihat seorang laki - laki yang tengah duduk membelakanginya dipinggir Sungai Han.

"Seperti Jimin." gumamnya kemudian melangkah mendekati orang tersebut.

Laki - laki itu menoleh kesamping saat merasa bahunya ditepuk dari belakang oleh seseorang.

"Yu--Yuju."

Yuju tersenyum. "Ternyata benar, kau Jimin."

Yuju menduduki tempat yang masih kosong disebelah Jimin, entah mengapa tiba - tiba keadaan hening diantara mereka berdua. Keduanya sibuk menikmati indahnya pemandangan Sungai Han.

"Mereka resmi pisah hari ini." ucap Jimin tiba - tiba yang sukses membuat Yuju mengalihkan pandangnya.

Yuju terdiam sesaat, ia memandang Jimin sendu saat mengerti siapa yang dimaksud Jimin. "Mungkin itu emang yang terbaik buat mereka."

"Dari dulu keluarga gue ancur, itu kenapa gue lebih milih tinggal di apartement bareng yang lain dari pada tinggal di rumah sendiri yang jelas - jelas ada adek gue yang mungkin butuhin gue."

Tanpa disadari tangan Yuju bergerak mengelus pundak Jimin. "Ceritain semuanya, tapi jangan dipaksa kalo kamu gak kuat."

"Mungkin selama ini gue pura - pura dewasa. lo tau kan, dari awal sifat gue itu berubah - ubah bahkan sekarang gue suka marah - marah gak jelas." Jimin menatap dalam mata Yuju.

Yuju yang tak kuat ditatap seperti itu oleh Jimin langsung menundukan kepalanya. "Aku paham kok."

"Gue sekarang sadar, seharusnya gue gak marah - marah ke lo atau yang lainnya cuma gara - gara gue ngerasa mereka gak ngertiin gue, padahal seharusnya gue ngerti kalo kalian semua gak tau cerita gue termasuk saudara - saudara gue sendiri."

"Kenapa gak cerita?"

"Gue gak mau mereka mikirin masalah gue padahal belum tentu mereka bakal mikirin dan peduli sama gue." Jimin tersenyum miris.

"Jangan ngomong gitu dulu, bagaimanapun mereka tetep saudara kamu yang pasti bakal peduli sama kamu." Yuju kembali menatap Jimin.

"Lo ngebela mereka Ju, karena lo gak tau rencana mereka."

Yuju mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"

Jimin menggeleng. "Gak, gue harap apapun yang bakal terjadi nanti. Lo gak berubah dan tetep percaya sama gue, dan lo juga gak bakal mandang gue beda."

"Tenang aja, aku gak bakal berubah kok." ujar Yuju kemudian tersenyum manis.

"Janji?"

Yuju mengangguk. "Janji."

.

.

.

.

.

"Bukankah ini menyenangkan, duduk berdua dengan orang yang kita cintai ditaman." Seokjin, lelaki itu meletakkan kepalanya dipundak sebelah kanan Sowon.

"Kau benar, sederhana tetapi nyaman." tangan Sowon bergerak mengusap rambut hitam Seokjin.

Seokjin mengangkat kepalanya kembali. "Sowon, maukah kau berjanji padaku. Karena aku merasa akan ada sesuatu yang akan merusak hubungan kita."

Sowon memandang Seokjin dengan pandangan bertanya. "Maksdumu?"

"Kau harus berjanji padaku, jika kau akan percaya padaku jika ada orang lain yang berkata buruk tentangku walaupun itu keluar dari mulut saudaraku." Seokjin menatap dalam mata Sowon.

"Aku berjanji akan selalu percaya padamu."

Seokjin mengangkat jari kelingkingnya. "Janji?"

Sowon mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya. "Janji."

Ting!
Ting!

Seokjin melepaskan tautan jari kelingkingnya saat ponselnya bergetar menandakan pesan masuk. Mengambilnya lalu membaca pesan tersebut.

"Sowon, maaf aku harus pergi. Kau tidak apa - apa jika aku tinggal sendiri disini?." ucap Seokjin setelah menyimpan ponselnya kembali pada saku celana.

Sowon mengangguk. "Tidak apa - apa."

"Baiklah, aku pergi." Seokjin beranjak dari kursi lalu pergi berjalan meninggalkan Sowon yang tetap duduk.

"Seokjin." panggil Sowon.

Seokjin berbalik dan menatap Sowon dengan pandangan bertanya. "Iya?"

"Hati - hati."

Seokjin tersenyum tipis. "Kau juga." jawabnya lalu kembali berjalan meninggalkan Sowon.

"Wow, ternyata kalian berdua memiliki hubungan." Sowon langsung berbalik saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya

"U--Umji."

Umji tersenyum miring kemudian duduk disebelah Sowon. "Sejak kapan kau dengannya?"

"Ke--kenapa kau bisa ada disini?" Sowon memandang was - was Umji.

"Jawabanya simple, ini taman jadi semua orang berhak datang kesini." Jawab Umji dengan pandangan lurus kedepan.

"Se--sejak kapan kau disini melihatku denganya?"

"Sejak kalian mengucapkan janji, mungkin." Umji mengendikan kedua bahunya.

"Ap--"

"Tinggalkan Seokjin." ucap Umji tiba - tiba yang sukses membuat Sowon menatap marah Umji.

"MAKSUDMU APA? DARI SEMAL--"

"AKU MENDENGARNYA, MEREKA SEMUA BOHONG PADA KITA. MEREKA MERENCANAKAN SESUATU UNTUK KITA. MEREKA BOHONG, SELAMA INI MEREKA BERPURA - PURA BAIK PADA KITA!!" teriakan Umji yang sukses membuat Sowon tak bergeming.

"Umji–ya."

"MEREKA BERPURA - PURA BAIK AGAR KITA PERCAYA PADA MEREKA, MEREKA INGIN MENGHANCURKAN KITA. DAN JUNGKOOK, IA TIDAK MEMILIKI PERASAAN APAPUN PADA EUNHA. DI--DIA SUDAH MEMILIKI KEKASIH!!" Umji menghapus air matanya yang menetes membasahi pipi chubbynya.

"Umji–ya, apa aku harus percaya padamu?"

Umji tersenyum miris. "Kau tak percaya padaku? Hebat sekali."

Sowon menunduk. "Bukan begitu, maksud--"

"Terserah jika kau tak percaya padaku." potong Umji kemudian berdiri dan berbalik.

Baru saja Umji ingin melangkahkan kakinya, namun harus terhenti kala menemukan seseorang yang sudah berlinang air mata didepannya.

"Umji, apa yang kau katakan itu benar, Jika mereka berbohong begitupula Jungkook?"

"Eun--Eunha."




Tbc

Jangan terlalu berharapa sama book ini yaa, takut hasilnya mengecewakan.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Panti Asuhan [BTS X GFRIEND] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang