Pagi ini, suasana sarapan di Panti Asuhan terlihat berbeda. Semuanya kembali seperti semula sebelum ketujuh cucu pemilik Panti ini datang dan mengubah suasana sarapan menjadi berisik. Kembali seperti semula dalam artian menjadi tenang dan sunyi, bahkan anak - anak yang biasanya akan berisik dengan melempar canda kepada ketujuh pria itu menjadi diam.
Yuju yang merasakan perbedaan pada anak - anak langsung menghela napas. Entah mengapa ia jadi merindukan suasana yang dulu. "Jadi, mereka bertujuh sudah benar - benar pergi dari sini?"
"Ya, aku melihatnya tadi malam saat akan mengambil minum didapur." jawab Yerin
"Bagus lah jika begitu, bukankah Panti ini terlihat lebih indah tanpa mereka." Celetuk Sinb.
"Kau benar Sinb, aku setuju dengan pendapatmu." tambah Eunha.
Yuju menghela napas lagi mendengar perkataan Sinb dan Eunha. "Tapi apakah kalian tak merasakan perbadaan yang sangat ketara disini?"
"Itumah hanya perasaanmu saja yang merindukan kehadiran mereka." dengan santainya Umji berkata seperti itu.
"Aku tak merindukanya, aku hanya rindu suasana sarapan sebelumnya." balas Yuju yang tak terima dengan perkataan Umji.
"Jika kau merindukan suasana sarapan dengannya, mengapa kau tak pergi ke apertement mereka untuk sarapan bersama." Umji dengan santai memakan roti tawarnya yang sudah ia olesi selai.
"Aku sud--"
"JANGAN MEMBUAT KERIBUTAN DISINI, APA KALIAN BERDUA TAK MELIHAT ANAK - ANAK YANG KETAKUTAN MENONTON KALIAN!" Sowon membanting pisau yang digunakan untuk mengoles selai lalu berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan.
"Ini semua salahmu." Sinb menunjuk Yuju yang terdiam.
"IYA, INI EMANG SALAHKU. SEMUA SALAHKU, KAU PUAS?!"
Dan pada akhirnya sarapan kali ini diakhiri dengan keributan diantara mereka berenam.
.
.
.
.
.
"Sinb, kau tak ingin meminta maaf pada Yuju?" Yerin memandang penuh harap pada Sinb yang kini sedang memainkan ponselnya. Sungguh dirinya tidak tahan dengan suasana yang seperti ini, bahkan mereka saja tadi pagi tidak berangkat bersama seperti biasanya.
"Untuk apa aku meminta maaf, bukankah aku tidak bersalah." ucap Sinb tanpa mengalihkan fokusnya.
"Sin, setidaknya salah satu dintara kalian harus ada yang mengalah." melas Yerin.
"Jika ada itu pasti Yuju bukan Sinb." bela Eunha yang sukses membuat Sinb tersenyum menang.
"Ternyata masih ada yang berada dipihakku." Sinb merangkul Eunha yang duduk disebelahnya.
"Aku juga berada dipihakmu." celetuk Umji, yang sukses membuat Sinb tersenyum bahagia.
"Bukankah ini waktu yang cocok untuk kita bertiga pergi ke kantin." Sinb membawa dua orang dalam rangkulannya itu pergi meninggalkan Yerin sendiri didalam kelas, karena Sowon dan Yuju sudah pergi terlebih dahulu setelah bel isitirahat berbunyi.
Yerin menghela napas pelan melihat kelakuan sahabatnya. Tangannya bergerak mengambil kotak makan berisi sandwich yang sengaja ia bawa untuk dimakan saat istirahat. Tadinya ia ingin berbagi pada sahabatnya tapi tak jadi.
Yerin mengambil satu sandwich lalu memakannya dengan lahap walau suasana kelas saat ini sangat ramai, entah mengapa hari ini mereka semua lebih memilih didalam kelas dibandingkan pergi kekantin untuk mengisi perut seperti biasanya saat istirahat.
BRAK!!
Yerin terkesiap saat mejanya tiba - tiba digebrak oleh seseorang yang sangat dikenalnya.
"Taehyung, maksud kamu apa ngebrak meja aku?"
Taehyung tersenyum remeh. "Tumben sendiri, sahabat lo mana?"
"Bukan urusan kamu." jawab Yerin.
"Ouh gue tau, apa jangan - jangan mereka pada ninggalin lo karena udah tau kalo lo itu anak pembunuh."
"Berhenti bilang aku anak pembunuh." balas Yerin.
"Loh, bukanya benerkan LO ITU ANAK PEMBUNUH." perkataan Taehyung berhasil membuat murid yang berada didalam kelas memandang kearah mereka berdua.
"ANAK PEMBUNUH KAYA LO GAK PANTES SEKOLAH DISINI!!" Lanjut Taehyung kemudian pergi meninggalkan Yerin yang kini menunduk menahan tangisnya.
.
.
.
.
.
Yuju mendudukkan dirinya di Sofa rusak yang berada di rooftop sekolah. Menurutnya rooftop adalah tempat yang cocok untuk melepas stress sesaat, dengan menikmati semilir angin yang menerapa wajah dan membuat poni pendeknya berterbangan.
Cklek.
Yuju menolehkan kepalanya saat merasa pintu rooftop dibuka oleh seseorang.
"Jimin." ucapnya yang dibalas senyuman oleh pemilik nama.
"Ternyata bener lo disini." Jimin menjatuhkan tubuhnya disebelah Yuju.
"Ada perlu apa kamu nyari aku?" tanya Yuju dengan wajah datarnya.
Jimin yang melihat wajah datar Yuju, tersenyum tipis. "Lo gak cocok masang wajah datar kayak gitu."
"Biarin." balas Yuju.
"Jadi lo udah tau yaa."
Yuju mengangkat sebelah alisnya. "Tau apa?"
"Masalah saudara gue, tapi jujur gue sama sekali gak ikut campur sama rencana yang dibuat mereka. Lo tau kan waktu itu gue sibuk sama masalah orang tua gue, dan gue gak ada waktu buat ngurusin urusan mereka." jelas Jimin.
"Terus kenapa kamu jelasin ke aku?"
"Biar lo gak salah paham." jawab Jimin.
"Tenang aja, aku juga gak mau terlalu mikirin masalah itu. Biar orang yang bersangkutan aja yang nyelesein semuanya, emang sih keliatannya aku jahat banget sebagai sahabat. Tapi sebenernya aku peduli sama mereka, dan jujur aku juga kecewa sama saudara kamu." jelas Yuju.
"Gue kira lo jadi benci sama gue."
Yuju menggeleng, tapi pandangannya kini beralih pada ponsel yang menampilkan pesan dari seseorang yang berarti dalam hidupnya. Bahkan ia terus tersenyum, hingga membuat Jimin mengerutkan keningnya.
"Siapa? Kayanya lo bahagia banget."
Yuju mendongak dan menatap Jimin. "Dokyeom."
"Lo deket banget yaa sama dia?" tanya Jimin.
Yuju tersenyum. "Aku mau bilang sesuatu sama kamu, tapi jangan bilang siapa - siapa."
"Apa?"
"Sebenernya Dokyeom itu pacarku, aku jadian sama dia tadi malam."
Dan coba tebak apa yang Jimin rasakan sekarang?
Tbc
Ternyata kemarin banyak juga yang jadi Team Sedih tak kira kalian pada Seneng eh ternyata😂
Jangan lupa VotMent kawan hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Panti Asuhan [BTS X GFRIEND] ✔
Fanfiction[ SEASON 1 ] Status : END Genre : Drama, School life, Romance (maybe), hurt (maybe), Cast = all member gfriend all member bts Cerita tentang kisah ke enam gadis panti asuhan dalam meraih mimpi dan melewati lika liku kehidupan bersama...