42

4.1K 610 352
                                    

"HAH? JADI SELAMA INI LO--"

"Husst" Yuju dengan refleks meletakkan jari telunjuknya dibibir Jimin agar menghentikan teriakannya.

Jimin menyingkirkan tangan Yuju dengan perlahan. "Gue gak nyangka." ucapnya dengan lesu, entah mengapa ia merasakan hal aneh dalam hatinya yang tak bisa ia definisikan.

"Sama aku juga, aku kira cintaku cuma bertepuk sebelah tangan. Tapi nyatanya engga, dia juga punya perasaan yang sama ke aku." ucap Yuju dengan senyum manis yang menghiasi.

"Bukan gitu, maksud gue." cicit Jimin yang tak terdengar oleh Yuju.

"Oh iya, bukannya kamu katanya lagi deket sama Seulgi?" Yuju memandang Jimin yang menunduk.

"Iya dulu, sekarang enggak. Gue ditolak." jawab Jimin tanpa mendongakan kepalanya.

Yuju membelakakan matanya. "Serius? Padahal menurutku kamu ganteng."

Jimin mendongak dan tersenyum tipis. "Ganteng apa enggaknya gak mastiin kita bakal diterima sama cewek kan? Balik aja ke orangnya lagi, dia udah baik apa belum."

Yuju mengangguk. "Iya juga sih, berarti kamu dikategori belum baik dong."

"Mung--"

"Jim, maaf kalo aku motong ucapan kamu. Tiba - tiba aku dapet kabar kalo setelah jam isitirahat ini bakal jamkos karna para guru ada rapat mendadak."

Jimin mengangguk. "Iya gapapa, terus?"

"Dokyeom minta ketemuan ditaman sekolah dan sekali lagi maaf, aku harus ninggalin kamu disini sendiri."

Jimin dengan berat hati kembali mengangguk. "Iya silahkan, karena gue gak ada hak buat ngelarang lo."

"Makasih, sekali lagi maaf yaa." ucap Yuju sebelum berjalan meninggalkan Jimin sendiri dirooftop.

Jimin terus memperhatikan Yuju dari belakang. "Apa ini artinya udah gak ada kesempatan lagi buat gue Ju."

.

.

.

.

.

"Won, hubungan kita belum selesai!!" ucap Seokjin dengan nada sedikit membentak, ia melakukan itu karena sudah tak sanggup lagi dicuekki oleh Sowon yang lebih memilih menyantap makanannya.

Masa cogan kalah sama makanan, kan gak lucu. Buktinya gak bikin yang baca ketawa

"Kata siapa? kita udah putus." setelah sekian lama akhirnya Sowon membalas perkataan Seokjin.

"Kata aku, aku nolak gugatan cerai dari kamu semalam."

Sowon memutar bola matanya malas. "Gak usah ngelawak, suasananya lagi gak cocok. Garing tau gak."

Seokjin menggeleng. "Aku gak ngelawak, aku serius bilang kalo kita belum cer-- maksudku putus." Seokjin langsung meralat perkataannya saat melihat Sowon menatapnya tajam.

"Kasih aku alasan buat gak mutusin kamu." Sowon kembali menyantap makananya.

"Aku ganteng, kaya, populer, pacar-able, dan yang paling penting aku gak ada sangkut pautnya sama masalah itu."

Sowon memutar bola matanya malas. "Aku serius."

"Aku juga serius Won."

Sowon mengehela napas panjang. "Oke, dengan berat hati aku bakal ngasih kamu kesempatan. Tapi, kalo kamu bikin aku kecewa lagi. Mau gk mau aku bakal ninggalin kamu."

Seokjin tersenyum. "Makasih Won, terserah kamu mau bilang aku lebay atau alay tapi asal kamu tau aku sayang banget sama kamu."

Sepertinya akan ada jiwa bucin yang akan keluar.

"TERNYATA KALIAN BERDUA PACARAN?!"

Seokjin dan Sowon dengan kompak menoleh kesumber suara, dan terpampanglah 3 perempuan yang sudah memasang ekpreksi berbeda - beda.

"Umji Sinb Eunha." Sowon memandang sahabatnya satu - persatu.

Sinb menggelengkan kepalanya. "Aku bener - bener gak nyangka, jadi selama ini kamu bohong sama kita semua. Lucu banget, padahal dulu kamu yang buat perjanjian buat gak bohong satu sama lain."

Sowon menggelengkan kepalanya. "Gak bukan gitu, kalian salah paham. Aku bisa jelasin semuanya."

"Ternyata penyakit bohong emang udah merajalela. Gak tau kenapa tapi aku kecewa banget sama kamu." ucap Eunha yang kemudian pergi lalu disusul oleh Sinb.

"Umji." lirih Sowon melihat salah satu sahabatnya yang masih berada disini.

"Ternyata masih bertahan, moga langgeng yaa." ucap Umji, sebelum pergi berjalan meninggalkan Kantin.

Namun baru beberapa langkah, Umji harus menghentikannya saat siluet laki - laki berdimple menghalangi jalannya.

"Pulang sekolah jangan balik dulu. Gue mau traktir lo, nepatin janji gue dulu."

Umji mengangguk, kemudian kembali berjalan. Meninggalkan lelaki yang dulu pernah menjadi partnernya yang tak lain adalah Rapmon.

.

.

.

.

.

   Eunha terus berjalan dengan cepat, meninggalkan Sinb yang terus mengejarnya dibelakang. Entah mengapa akhir - akhir ini ia menjadi sensitif semenjak hubungannya dengan Jungkook kandas.

Menghela napas lelah dan hendak berputar ketika melihat lelaki yang sangat ingin dihindarinya berjalan dari arah berlawanan.

"EUNHA!!" tak menghiraukan panggilan tersebut dan lebih memilih kembali berjalan.

Grep.

Eunha dengan terpaksa berhenti saat tangannya dicekal, akhirnya dengan malas ia membalikkan badannya menghadap lelaki yang kini masih memegang tangannya.

"Gue mau ngomong."

Eunha menghela napas. "Ngomong apa?"

"Lo gak usah geer dulu, gue cuma mau ngomong tentang masalah agensi waktu itu. Jadi, lo mau ikut audisi apa kagak?"

"Jungkook, bisa kamu lepasin tangan aku dulu." Jungkook dengan cepat langsung menghempaskan tangan Eunha.

"Udah, cepet jawab. Waktu gue gak banyak." ucap Jungkook datar.

"Aku gak nyangka sih, kamu masih inget omongan kamu waktu itu."

"Gak usah buang - buang waktu lagi. Cepet jawab!" Jungkook memandang Eunha tajam.

"Aku gak ikut karena aku gak mau punya urusan yang berhubungan sama kamu lagi." Eunha berbalik dan pergi meninggalkan Jungkook.

"Sialan."



Tbc

Makasih buat 10K votenya huhu.
Bener - bener diluar ekspetasi gk nyangka bisa dapet segitu.
Dulu cerita ini ada yang baca aja udah seneng banget.

Pokokkan makasih buat kalian yang udah Vote cerita ini.
Jangan bosen - bosen sama cerita ini hehe.

Sekali lagi MAKASIH❤

Panti Asuhan [BTS X GFRIEND] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang