49

4.2K 524 191
                                    

   Hari sudah berganti, kini jarum jam menunjukkan pukul 10.00 di hari libur ini Sinb memilih untuk membersihkan rumah kecil sewaanya bersama sahabatnya.

"Tumben sekali, biasanya kau yang bertugas mengotori." ejek Yerin yang baru saja keluar dari kamar Umji.

"Itu dulu, sekarang harus ada perubahan. Oh ya, aku tak melihat Yuju, dimana dia?" Sinb melanjutkan kegiatan menyapunya.

"Menemani Umji dikamar." jawab Yerin lalu megambil kemoceng dan ikut membantu Sinb membersihkan rumah.

Tok... Tok... Tok

"Siapa yang datang kesini? Bukankah tidak ada siapapun yang mengetahui rumah kita?" Yerin mengangkat sebelah alisnya.

Sinb menggeleng. "Entahlah, biar aku saja yang membukanya."

Sinb berjalan menuju pintu yang terus mengeluarkan suara ketukan, dengan malas ia membukanya.

Cklek.

"Kalian, bagaimana bisa kalian mengetahui rumah kami." Sinb menunjuk dua laki - laki yang kini sedang tersenyum.

"Yuju, gue yang maksa." Jawab salah satu laki - laki itu yang tak lain adalah Jimin.

"Apa Umji ada didalam?" tanya pria berlesung pipit bernama Rapmon.

"Ada, Silahkan masuk." Sinb mempersilahkan mereka berdua masuk dan tak lupa ia menutup pintu kembali.

"Mwo, kalian berdua." Kaget Yerin saat melihat Sinb membawa dua laki - laki masuk bersamanya.

"Bisa aku bertemu dengan Umji?" tanya Rapmon yang langsung diangguki oleh Yerin.

"Ayok ikut aku kekamarnya." perintah Yerin, kemudian Rapmon mengikuti Yerin dari belakang begitupula Jimin.

Cklek.

Yerin membuka pintu Umji dan terlihatlah dua perempuan yang terlihat sedang bertukar cerita.

"Apa aku menganggu?" Tanya Rapmon.

Yuju dengan cepat menggeleng. "Tidak."

"Maaf, apa bisa kalian pergi. Aku ingin berbicara berdua dengan Umji?" Rapmon memandang mereka bertiga.

"Iya, lagian gue juga mau ngajak Yuju pergi." Jimin menarik Yuju dan membawanya keluar yang dibuntuti Yerin dan Sinb dari belakang.

"Umji-ya." Panggil Rapmon, ia berjalan menaiki ranjang dan duduk tepat didepan Umji.

"I--iya." jawab Umji dengan kepala mendongak dan menoleh kesamping padahal jelas - jelas Rapmon berada didepannya.

Melihat itu Rapmon tersenyum tipis dan menarik dagu Umji dengan lembut agar menghadap dirinya. "Bolehkan aku Jujur sebelum terlambat dan menyesal?"

Umji mengangguk. "Silahkan, karena aku menyukai lelaki yang berani berkata jujur."

"Kau bilang kau menyukaiku kan?" Umji dengan ragu mengangguk.

"Bolehkan aku jujur, jika aku menyukaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Rapmon dengan nada selembut mungkin.

"Aku bahagia mendengarnya, ta--tapi aku tak bisa menerimamu." jawab Umji.

"Kenapa?"

"Aku sekarang berbeda, Aku buta. Aku takut membuatmu malu karena diriku aku buta hiks..." Rapmon menarik Umji kedalam pelukannya.

"Aku tak peduli kau buta atau cacat asal kau tau aku mencintaimu apa adanya." Rapmon mengusap - usap rambut Umji.

"Tapi aku takut hiks... Aku takut aku ingin melihat lagi hiks... Kenapa aku harus buta? Kenapa? Kenapa?" Umji memukul berulang kali dada bidang Rapmon.

"Kau ingin melihat lagi?" Rapmon mencoba menenangkan Umji yang memberontak dipelukannya.

Umji mengangguk. "Aku ingin seperti dulu bisa melihat dunia dan senyumanmu, aku menyayangimu."

"Kau akan mendapatkannya nanti, tapi janji apapun yang terjadi nanti jangan pernah kau menyalahkan dirimu karena aku mencintaimu." Rapmon mengecup kening Umji sekilas.

"Aku juga mencintaimu jangan pernah tinggalkan aku berjanjilah padaku." Umji semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku tidak tau bisa menepati janjiku atau tidak tapi yang harus kau tau, aku selalu berada disisimu." Rapmon melepaskan pelukannya pada Umji.

"Kau harus menepati janjimu karena kau adalah kekasihku." protes Umji.

"Tidurlah, aku akan pergi." Rapmon membantu Umji berbaring dan menyelimutinya hingga sebatas dada.

'kenapa aku merasa ia akan pergi untuk selamanya.'

.

.

.

.

.

"Yak, kenapa kau ada disini? Sana pergi?" usir Sowon pada salah satu pelanggannya yang kini sedang menampilkan cengiran andalannya.

"Aku pelanggan disini aku bisa adukan pada bossmu jika kau mengusir salah satu pelanggannya." Seokjin terkekeh melihat Sowon yang memasang wajah kesalnya.

"Terserahmu, cepat habiskan makananmu dan pergi dari sini." Sowon meletakkan pesanan Seokjin pada meja.

Seokjin menahan tangan Sowon. "Eitss... Temani aku, tak usah takut pada bossmu karena restaurant ini salah satu milik calon mertuamu."

"Aish... Kau ini bicara apa sih." Sowon dengan malas duduk dibangku tepat dihadapan Seokjin.

"Kau sud--"

Drrt... Drrt... Drrt

"Aish, Rapmon. Kenapa dia harus menelpon sih menganggu saja." Dengan perasaan kesal Seokjin mengangkat panggilan Rapmon.

"Haloo? Kenapa kau menelponku, menganggu waktuku dengan Sowon saja."

"........."

"Aish, kau ini bicara apa? memangnya ingin pergi kemana, aku tak akan pernah mengijinkanmu pergi. Sudahlah aku matikan telponnya."

Bip.

Seokjin menyimpan kembali ponselnya.

"Kenapa kau marah - marah?" Tanya Sowon.

"Dia aneh, dibilang dia akan pergi dan aku harus memberikan surat yang sudah ia tulis nanti pada Umji jika dia sudah pergi." jawab Seokjin.

"Memangnya dia ingin pergi kemana?" Sowon meminum minuman yang dipesan Seokjin.

"Ntah--"

Drrt... Drrt... Drrt.

"Lain kali, aku akan meninggalkan ponselku. Aishh dia lagi." Seokjin kembali menggerutu saat nama 'Rapmon' terpampang dilayar ponselnya.

"Apa lagi? Aku akan mematikan sambungannya jika kau berkata aneh - aneh."

"Maaf, aku hanya ingin memberi tahu jika pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan--"








Tbc

Double update🐟

Gak bakal capek, buat ngingetin jangan lupa buat VoMent.

Panti Asuhan [BTS X GFRIEND] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang