03

1.5K 169 2
                                    

Keesokan harinya Jeongyeon dan Jeongjin kembali ke rumah mereka. Jeongyeon sudah dikatakan sembuh total dan Jeongjin juga memiliki kondisi yang lebih baik lagi. Jadi mereka pulang tapi sore harinya Jeongyeon memaksa Jeongjin untuk melakukan Check Up. Jeongyeon ingin mengetahui sejauh mana penyakit Appanya. Jeongyeon sudah bertekad jika ia akan membantu seluruh pengobatan Appanya. Ia juga sudah mempelajari seluruh berkas-berkas riwayat penyakit Appanya di rumah. Dokter Park Jinyoung adalah Dokter yang menangani Appanya. Sekarang Jeongyeon berada di ruangan Dokter muda itu tapi sejak tadi Jeongyeon tidak benar-benar menaruh kepercayaan pada Dokter muda itu.

"Bukankah Appa seharusnya sudah dirawat jika dalam keadaan seperti ini???" Kata Jeongyeon mulai menginterogasi.

"Tidak perlu.... Tuan Yoo masih bisa melakukan rawat jalan karena kondisinya yang cukup fit setiap harinya.... jika membiarkan pasien terlalu lama di rumah sakit pun akan membuat pasien menjadi jenuh dan itu tidak baik bagi pikirannya" kata Dokter Park menjelaskan.

"Lalu bukannya Appa juga harusnya menjalankan kemoterapi atau Radiasi untuk membunuh sel Kanker di Paru-parunya??" Kata Jeongyeon lagi mulai mengunakan bahasa-bahasa kedokteran yang sudah ia pelajari.

Dokter Park pun terdiam. Ia mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk karena menulis sesuatu. Ia menatap kearah Jeongyeon.

"Kami dalam tahap penjadwalan.... Tuan Yoo dalam waktu dekat ini akan menjalankan beberapa kemoterapi" kata Dokter Park cepat.

"Bagaimana dengan tes darah Appa dan hasil Urine??? Apa semua sudah Dokter Check?? Bagaimanapun Paru-paru sangat dekat dengan organ lainnya??" Tanya Jeongyeon lagi.

"Kami selalu melakukannya dan sampai sejauh ini kondisi organ lain Tuan Yoo masih baik-baik saja... tidak ada kejangalan" kata Dokter Park lagi sambil tersenyum kecil melihat tingkat Jeongyeon yang terlalu banyak bertanya tapi entah kenapa ia senang menjawab pertanyaan Anak kecil itu.

Jeongjin yang sejak tadi berada disamping Jeongyeon hanya menghembuskan napas kesal dan sesekali menatap kearah Dokter Park memberi kode meminta maaf karena kelakuan anaknya.

"Dokter.... bagaimana dengan Imunoterapi??? Bukankah lembaga kedokteran Amerika sudah mengesahkannya jika itu bisa dilakukan untuk penyakit Kanker juga??" Tanya Jeongyeon lagi.

"Tentu saja.... mungkin dalam waktu dekat ini saya akan mencobanya... beberapa obat memang sudah saya siapkan tapi ini juga tergantung kondisi tubuh pasien... pasien tidak dapat menerima semua obat kedalam tubuhnya..." kata Dokter Park menjelaskan.

"Yakkkk!!!! Hentikan Ocehanmu!!! Dokter Park sampai tak bisa bekerja karena menjawab pertanyaanmu yang terlalu banyak" kata Jeongjin kesal melihat kelakuan anaknya yang banyak tanya.

"Maafkan anakku Jinyoung-aa" kata Jeongjin lagi.

Dokter Park tersenyum.

"Tidak apa-apa Paman Yoo.... aku suka melihat orang banyak tanya" kata Dokter Park cepat.

"Jadi ini Anak Paman yang belajar di Jerman???" Tanya Dokter Park.

"APPPA!! Sudah kubilang sebelum aku lulus jangan pernah bilang ke orang lain selain keluarga jika aku belajar di Jerman" kata Jeongyeon kesal.

"Memangnya kenapa??? Dokter Park memang bukan orang lain.... dia adalah Dokter Appa sejak satu tahun lalu... Appa sudah menganggapnya keluaraga" kata Jeongjin tersenyum kearah Dokter Park.

Dokter Park kembali tersenyum melihat pertengkaran Ayah dan Anak itu. Mereka sangat lucu.

"Tapi bukankah kau terlalu banyak mengetahui kata-kata kedokteran itu??? Bahkan Imonuterapi belum banyak orang tahu" kata Dokter Park penasaran.

"Kamu ambil jurusan apa di Jerman??? Tanya Dokter Park lagi.

"Kedokte...."

"Bisnis" kata Jeongyeon menyelak Appanya berbicara. Jeongjin pun langsung melihat kearah Jeongyeon bingung.

"Bisnis??" Tanya Dokter Park tak percaya.

"Iyaaa.... aku ingin melanjutkan dan memperbesar bisnis Appa" kata Jeongyeon.

"Aku hanya senang membaca.... aku sering membaca buku kedokteran jadi aku banyak tahu juga tentang dunia kedoteran" kata Jeongyeon lagi asal.

"Jinjja???? Aku bahkan malas sekali membaca bukuku tapi kau mau membaca buku kedokteran" kata Dokter Park tak percaya sambil tertawa kecil.

Setelah perbincangan sebentar Jeongyeon dan Jeongjin pamit. Dalam perjalana Jeongjin terus saja terdiam. Entah kenapa ia tak suka anaknya berbohong tadi. Atau ia merasakan perasaan buruk tentang studi Jeongyeon. Jeongyeon pun sama ia tak banyak bicara setelah keluar dari ruangan Dokter Park.

Saat sampai di rumah, Jeongyeon dan Jeongjin dikaget dengan seseorang yang menunggu di depan pintu rumah. Ada seorang laki-laki dan wanita paruh baya berdiri tepat didepan pintu rumah Jeongyeon.

"Ohhh!!! Park JaeMyung.. Park Minji" kata Jeongjin cepat.

"Yoo Jeongjin.... kau baik-baik saja???" Kata laki-laki itu berjalan mendekati diriku dan Appa diikuti wanita disebelahnya tadi.

"Tentu saja aku sudah baikan" kata Jeongjin cepat.

Wanita paruh baya itu pun melihat kearah Jeongyeon dengan mata berbinar.

"Kamu pasti Jeongyeon kan???" Tanya Wanita itu pada Jeongyeon yang sejak tadi menatap mereka bingung.

"Anyonghaseyo Yoo Jeongyoen Inmida" kata Jeongyeon terbata-bata.

"Aigooo.... Aigooo.... ternyata dia memang sudah berubah semakin cantik" kata Wanita paruh baya itu pada Jeongyeon.

"Kajja kita masuk dulu... diluar sangat dingin" kata Appa Jeongyeon cepat.

Sekarang mereka sedang berbincang di ruang tamu. Mereka terlihat sangat akrab. Jeongyeon tampak sangat bingung dengan situasi ini. Dari dapur ia terus saja menatap laki-laki dan wanita paruh baya yang datang ke rumahnya itu. Ia seperti mengenal wajah mereka tapi Jeongyeon benar-benar tak yakin akan hal itu. Jeongyeon pun membuat tiga teh panas dan membawanya ke ruang tamu.

"Silahkan diminum" kata Jeongyeon sopan.

"Yeoboo... lihat dia sangatlah perhatian" kata Wanita paruh baya itu pada laki-laki disebelahnya.

Jeongyeon sekarang tahu satu fakta bahwa mereka adalah suami istri.

"Jeongyeon-aa.... duduklah sebentar" kata Jeongjin pada anaknya.

Jeongyeon pun langsung duduk disebelah Appanya.

"Mereka adalah Paman Park JaeMyung dan Bibi Park Minji" kata Jeongjin memperkenalkan meraka.

"Mereka adalah teman saat masih sekolah dulu" kata Jeongjin lagi melanjutkan.

Jeongyoen akhirnya mengingat. Dia adalah bekas atasan Appa dan dia istrinya. Jeongyeon pernah melihat mereka saat masih kecil. Wajah mereka tak banyak berubah tetap sama. Jeongyeon mengingatnya sekarang. Mereka akhirnya berbincang kecil. Jeongyeon sudah dapat menyesuaikan diri dengan Paman dan Bibi Park suasana disana terasa sangat nyaman. Hingga akhirnya Paman dan Bibi Park pamit pulang. Jeongyeon pun juga meminta maaf tidak bisa mengantar kedepan karena dirinya merasa sakit perut. Setelah menyelesaikan persoalannya di Toilet, Jeongyeon pun akhirnya berjalan ke kamarnya. Ia melewati kamar Appanya yang pintunya terbuka kecil. Jeongyeon pun masuk.

"Appa kenapa pintunya tak di tutu..." belum selesai Jeongyeon berbicara ia terhenti karena tak mendapati Appanya di kamar.

"Kemana Appa???" Tanya Jeongyeon pada dirinya sendiri.

Jeongyeon pun berjalan mengitari rumahnya. Ia melihat ternyata Appanya masih berbincang dengan Paman dan Bibi Park. Memang tidak ada habisnya jika bertemu dengan teman lama. Jeongyeon pun kembali ke kamarnya dan mengistirahatkan diri. Ia masih lelah karena kejadian dua hari ini. Jeongyeon benar-benar butuh istirahat panjang.

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang