Semua berjalan lebih baik selama seminggu ini. Jeongyeon selalu menjaga dan mengontrol seluruh kegiatan dan pengobatan Appanya. Jeongyeon dan Appanya juga selalu menghabiskan waktu bersama. Semua seperti tak terjadi apapun. Semua seperti baik-baik saja. Saat ini Jeongyeon dan Appanya sedang berada di Restauran Appanya. Semenjak lima tahun yang lalu, Jeongjin mencari kesibukan lain setelah pensiun. Jeongjin memang lumayan mahir dalam pembuatan Mie, Bibimbap dan masih banyak lagi. Hingga akhirnya resmi tiga tahun lalu Kedai Yoo dibuka. Kedai Yoo tak terlalu besar tapi cukup menampung hingga 70 pelanggan. Kedai Yoo menjual Mie dengan berbagai jenis, Bibimbap dengan bumbu khas dari Jeongjin sendiri dan masih banyak lagi. Kedai Yoo juga telah memperkerjakan enam pelayan dan empat koki termasuk Jeongjin sendiri. Saat ini Jeongyeon mulai bekerja membantu Appanya di Kedai. Bakat memasak Jeongjin pun juga turun pada Jeongyeon sehingga Jeongyeon juga dapat memasak Mie, Bibimbap dan yang lainnya sesuai buatan Jeongjin bahkan Jeongyeon bisa memasak lebih dari pada itu dan bukan hanya Bibimbap dan Mie saja. Masih banyak lagi makanan yang bisa dibuat Jeongyeon. Hidup sendiri selama enam tahun membuat Jeongyeon belajar banyak pelajaran kehidupan.
"Jeongyeon-aa tiga mangkok Mie" kata Jihyo salah satu pelayan di Kedai Yoo.
"Nee... tiga mangkok Mie segera" kata Jeongyeon langsung bergegas memasak dan membuat Mie tersebut.
Setelah selesai Jeongyeon langsung memberikannya pada Jihyo supaya bisa diantarkan ke pelanggan. Malam ini Kedai Yoo sedang ramai jadinya semuanya sedang sibuk termasuk Appanya juga ikut membantu memasak. Padahal semenjak Jeongyeon datang, Jeongyeon mulai melarang Appanya untuk datang ke dapur untuk memasak lagi. Tidak baik bagi paru-paru Appa ditempat yang pegap seperti dapur.
"Appa... beristirahatlah" kata Jeongyeon pada Jeongjin sambil memasak Mie.
"Bagaimana bisa Appa beristirahat melihat pelanggan yang sangat banyak?" Kata Jeongjin cepat.
"Lima mangkok Mie dan pangsit" teriak Jihyo lagi terus saja membanjir kami pesanan-pesanan Mie.
"Lima Mangkok segera" balas Jeongjin sambil tersenyum senang.
Jeongyeon pun memperhatikan Appanya. Ia terlihat sangat senang saat ini. Padahal pekerjaan Koki cukup melelahkan. Sekarang bahkan sudah ada enam koki di dapur tapi kami tetap kewalahan. Jeongyeon pun kembali memasak dengan cepat lagi. Ia tidak akan kalah dengan Appanya yang sudah menyelesaikan lima mangkok.
"Yakkk!!! Cepatlah memasak" kata Jeongjin mengejek anaknya.
Jeongyeon mengangguk dan kembali lebih gesit lagi. Ia padahal biasa cekatan jika berada di rumah sakit atau jika dalam menanggani pasien tapi sekarang ia menjadi lamban. Mungkin karena ini masih baru untuknya.
"Lima mangkok mie siap" kata Jeongjin pada Jihyo.
"Tiga mangkok mie siap" kata Jeongyeon juga.
"Tambahan dua Bibimbap ekstra pedas, enam mie dengan pangsit, dua Bibimbap dan soju, lalu tiga Bibimbap dan dua mie pangsit" kata Jihyo seketika membanjiri para koki degan pesanan lagi
Semua pun kembali lagi memasak.
"Paman Yoo.... ada Keluarga Park datang" kata Jihyo lagi pada Appa Jeongyeon.
Tanpa basa-basi Jeongjin pun keluar dan menghampiri mereka. Jeongyeon pun juga ingin keluar dan menyapa Paman dan Bibi Park tapi seketika langkahnya terhenti saat Bibi Nam salah satu koki terlama disini memanggilnya.
"Jeongyeon-aa.... Jinjja Mianhae... tadi pagi Bibi lupa membeli saus Bibimbap dan Mie... dan sekarang persedian kita mulai habis...." kata Bibi Nam pada Jeongyeon panik.
"Tapi bukankah kita masih punya banyak pesanan???" Tanya Jeongyeon cepat.
Bibi Nam mengangguk lemas.
"Bibi takut persedian kita tak cukup untuk malam ini" kata Bibi Nam lagi.
"Baiklah tidak apa-apa Bibi... aku akan pergi ke supermarket sekarang dan membelinya" kata Jeongyeon cepat. Ia membuka celemek yang dipakainya dan langsung berlari keluar melewati pintu belakang.
Jeongyeon pun berjalan menuju halte Bus. Bus pun sampai dan Jeongyeon langsung naik. Setelah sampai di supermarket, Jeongyeon langsung mengambil seluruh kebutuhannya dan memasukannya ke troli. Jeongyeon mengambil beberapa bungkus mie yang masih kering dan juga beberapa bungkus saus. Jeongyeon pun berjalan ke kasir tapi seketika langkah terhenti saat melihat seorang anak kecil berjongkok didekat salah satu rak buah terisak kecil. Jeongyeon pun melihat kesekitar. Sialnya tidak ada seorangpun di sekitarnya. Dimana orang tua anak kecil ini?? Jeongyeon pun tak punya pilihan lain berjalan menghampirinya.
"Anyong" kata Jeongyeon ragu. Anak itu mengangkat kepalanya sebentar menatap Jeongyeon seperti sekian detik lalu kembali menangis. Membuat Jeongyeon panik.
"Aigoo... Aigoo.... kau kenapa??" Tanya Jeongyeon ikut berjongkok akhirnya.
"Kau baik-baik saja?? Dimana Omma dan Appamu???" Tanya Jeongyeon lagi.
Anak itu menggelengkan kepalanya sambil menangis.
"Aigooo... Aigoo... baiklah.... baiklah.... Bibi akan membantumu mencari Omma dan Appa ya" kata Jeongyeon mengangkat anak itu dan memeluknya pelan memberi ketenangan. Anak kecil itu pun mulai berhenti menangis.
"Kajja..." ajak Jeongyeon tapi seketika langkah Jeongyeon terhenti saat melihat luka di kaki anak itu.
"Aigooo... apa kamu terjatuh tadi??" Tanya Jeongyeon kembali berjongkok.
Anak itu mengangguk kecil.
"Apa sakit???" Tanya Jeongyeon lagi.
Anak itu kembali mengangguk.
"Baiklah kalau begitu kita obati dulu kakimu lalu mencari Appa dan Omma oke??" Tanya Jeongyeon sambi tersenyum
Anak kembali mengangguk.
Mereka pun akhirnya sampai di kasir. Jeongyeon membayar semua belanjaannya. Ia juga tak lupa membeli beberapa obat untuk anak kecil yang luka itu. Mulai dari perban, alkohol dan obat lainnya.
Setelah selesai Jeongyeon menghampiri Anak kecil itu yang sedang duduk sambil bersenadung kecil. Jeongyeon kembali berjongkok dan mulai mengobati lukanya. Lukanya sebenarnya tak telalu parah hanya saja Jeongyeon takut akan mudah terinfeksi jika tak diobati segera.
"Ini akan sedikit sakit jadi makan ini" kata Jeongyeon memberikan sebuah lolipop pada Anak kecil itu.
Jeongyeon memanh sering melakukan ini saat di Rumah sakit dulu jika mengobati anak kecil yang sakit.
Jeongyeon pun mulai membersihkannya lalu mengobatinya. Anak kecil itu tampak tenang walaupun sesekali meringis kesakitan.
"Sudahh selasai kamu pintar sekali....." kata Jeongyeon mengacak-acak rambut anak kecil itu gemas.
"Ngomong-ngomong siapa namamu??" Tanya Jeongyeon akhirnya lupa menanyakan namanya.
"Kim Haeun"
Suara seseorang seketika terdengar di belakang Jeongyeon. Jeongyeon pun menenggok dan melihat seorang laki-laki dengan pakaian jas rapi berwarna biru dongker.
"APPPAAA" teriak Anak kecil itu menghampiri laki-laki itu.
"Haeun-aaa.... kamu dari mana saja?? Appa mencarimu sejak tadi" kata Laki-laki itu pada anak kecil itu yang sekarang sudah berada di gendongannya.
"Kamu baik-baik saja???" Tanya laki-laki itu lagi.
Anak kecil itu mengangguk dan menceritakan semuanya. Jeongyeon yang merasa tugasnya sudah selesai pun langsung bergegas pergi.
"Aggashi... terima kasih" suara seseorang menghentikan langkah kaki Jeongyeon.
"Terima kasih karena telah menjaga dan mengobati Haeun" katanya lagi.
"Haeun-aaa...." suara seseorang kembalu terdengar kali ini lebih nyaring.
"Yeoboo... Haeun tidak apa-apa kan??" Tanya perempuan yang baru datang itu pada suaminya.
"Bagaimana kami bisa membalas Anda??" Tanya laki-laki itu lagi.
Jeongyeon pun akhirnya berbalik
"Tidak usa..." kata Jeongyeon seketika terhenti saat melihat seorang wanita disamping laki-laki tadi.
"Nayoen???"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...