Jeongyeon berjalan keluar dari Kamar Inap Ayahnya. Ini sudah memasuki hari ke tiga semenjak Ayahnya kembali dirawat. Dokter Park menyuruh Ayahnya Jeongyeon untuk tinggal selama beberapa hari di Rumah Sakit karena tekanan darahnya sering turun secara tiba-tiba. Sebenernya hal itu masih dikategorikan baik-baik saja, Hanya Saja Dokter Park tidak mau sesuatu buruk kembali terjadi. Lebih baik dirinya mengawas pasiennya itu secara langsung.
"Selamat pagi Nona Yoo.." Sapa Seorang perawat pada Jeongyeon yang sedang berjalan menuju ke luar rumah sakit. Jeongyeon ingin membeli beberapa makanan untuk sarapan.
"Pagi..." Sapa Jeongyeon cepat sambil membungkukkan badan sedikit. Ia kembali berjalan setelah berbincang sebentar dengan perawat itu.
Ponsel Jeongyeon bergertar. Ia mendepat pesan dari seseorang. Jeongyeon pun melihat ternyata dari Nayeon. Ia pun membukanya dan tanpa sadar Jeongyeon menabrak sesuatu didepannya dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Jeongyeon menutup matanya takut sambil berteriak kecil bersiap merasakan dinginnya lantai Rumah Sakit. Tapi dalam seketika pinggang Jeongyeon ditarik paksa hingga membuat Jeongyeon kembali menabrak sesuatu didepannya. Bukan tapi orang didepannya.
Ya, Jeongyeon dapat merasakan jika sekarang ia dalam dekapan seseorang yang menabraknya tadi.
"Kau tidak apa-apa??" Suara orang itu pun terdengar.
"Aku baik-baik saja" Kata Jeongyeon tersadar dan menjauhkan dirinya dari orang itu. Dia ada seorang laki-laki. Laki-laki dewasa yang tampan dan tinggi.
"Benar?? Tidak ada yang terluka??" Tanyanya lagi terlihat khawatir.
Jeongyeon mengangguk gagap.
"Ini..." katanya lagi memberikan Ponsel Jeongyeon yang entah sejak kapan terjatuh. Jeongyeon bahkan tak pernah menyadarinya.
"Terima Kasih" kata Jeongyeon lagi sopan. Jeongyeon bersiap pergi tapi seketika terhenti lagi saat melihat laki-laki didepannya itu mengulurkan tangannya.
"Namaku Jackson... Wang Jackson" kata laki-laki yang mengaku bernama Jackson.
Jeongyeon terdiam. Ia sebenarnya takut tapi ia harus merubah kebiasaan buruk ini jika tidak mau berakhir seperti di Mall beberapa hari yang lalu. Untung saja ada seseorang yang ia kenal bagaimana jika tidak mungkin Jeongyeon sudah pingsan.
"Jeongyeon... Namaku Yoo Jeongyeon" kata Jeongyeon membalas jabatan tangan Jackson.
Jeongyeon berniat melepas panutan tangan mereka tapi seketika Jackson menahannya.
"Kau tak mengingatku??" Tanyanya membuat Jeongyeon bingung dan hanya bisa mengerutkan dahinya.
"Kau pasti sudah tak ingat lagi..." kata Jackson kecewa.
Jeongyeon pun seketika melepaskan tautan tangan mereka cepat. Ia mengingat sesuatu.
"Kau... kau bukannya... orang yang yang mengikutiku di Mall waktu itu..." kata Jeongyeon takut. Kali ini ia serius. Ia benar-benar ketakutan karena dialah orangnya yang membuat Jeongyeon menangis di pelukan Jimin.
Jackson tertawa kecil.
"Ini.." katanya lagi.
Jeongyeon pun melihat kearah tangan Jackson. Itu sebuah kalung dengan leontin. Terdapat sebuah foto disana. Ayah dan Ibu Jeongyeon saat baru-baru menikah dan juga foto kecil Jeongyeon. Itu pemberian Ayahnya sebelum Jeongyeon berangkat untuk Kuliah di Jerman. Jeongyeon pun langsung memegang lehernya yang kosong. Biasanya ada benda disana. Ia bahkan baru tersadar.
"Kau menjatuhkannya waktu itu..." kata Jackson lagi.
"Aku ingin memberikannya tapi kau pergi begitu saja" kata Jackson menambahkan.
Jeongyeon pun langsung terlonjak senang sambil mengambil Liontinnya.
"Terima Kasih... Terima Kasih... liontin ini segalanya bagi hidupku" kata Jeongyeon bersyukur. Ia bahkan hampir tak sengaja ingin memeluk Jackson jika saja kesadaraan tak langsung datang.
Jackson tersenyum.
"Tidak tapi Terima kasih Banyak..." kata Jackson lagi membuat Jeongyeon mengerutkan dahinya untuk kedua kalinya.
"Terima kasih?? Untuk apa??" Tanya Jeongyeon bingung.
"Untuk menyelamatkanku dari Kecelakaan waktu itu... kalau saja kau tidak ada disana... mungkin sekarang kita belum tentu bisa bertemu disini" kata Jackson tersenyum kecil.
Jeongyeon pun seketika terdiam. Tidak mungkin itu dia. Laki-laki yang Jeongyeon tangani saat kecelakaan kurang lebih satu bulan yang lalu.
"Kau??? Kau baik-baik saja?? Semua berjalan dengan lancar?? Bagaimana keadaanmu sekarang??" Tanya Jeongyeon seketika panik sendiri.
"Kau bisa melihatnya... jauh lebih baik... Tanganku Retak dan Kakiku Patah... Dokter juga bilang Kepalaku bocor cukup besar..." kata Jackson menceritakan kembali perkataan Dokter setelah ia kembali sadar dari Komanya setelah hampir seminggu.
"Aku langsung di Operasi dan Koma hampir selama satu minggu.... saat aku sadar aku melihat diriku yang tak bisa menggerakan tubuhku lagi" kata Jackson sedih mengingat masa-masa sakit itu.
"Tapi Dokter bilang... Kaki dan Tanganku bisa kembali bergerak lagi... katanya itu karena pertolongan pertama saat diriku tertabrak... katanya orang itu dengan cepat membuat kerusakan tulang yang kualami tak semakin parah" kata Jackson menceritakan.
"Aku pun keluar dari Rumah Sakit ini seminggu yang lalu... tapi kakiku belum pulih total... awalnya aku memakai alat bantu tapi sekarang aku bisa kembali berjalan seperti biasa.... Hari ini aku akan check up lagi" kata Jackson menyelesaikan ceritanya. Ia menatap kearah Jeongyeon serius.
"Jadi... Terima Kasih Banyak Jeongyeon" kata Jackson mengambil kedua tangan Jeongyeon dan memegangnya erat. Ia menatap kearah Jeongyeon penuh dengan rasa syukur dan terima kasih.
"Berarti kita impas..." kata Jeongyeon tersenyum bahagia sambil perlahan melepaskan tautan tangan mereka
"Impas???" Kata Jackson bingung.
Jeongyeon mengangguk. Ponselnya seketika bergetar sebentar. Ada pesan masuk dari Ayahnya yang membutuhkannya sekarang.
"Jackson-ssi... Maaf sekali.... aku benar-benar harus pergi sekarang... semoga lekas sembuh" kata Jeongyeon ingin beranjak tapi seketika tangannya kembali tertahan.
"Boleh minta Nomor Teleponmu??" Kata Jackson cepat.
"Mungkin lain kali... aku sedang buru-buru.." kata Jeongyeon berjalan menjauh.
"Semoga kita bisa bertemu kembali" kata Jeongyeon sebelum akhirnya menghilang dari pandangan Jackson.
Jackson terdiam terus memandangi Jeongyeon bahkan setelah dirinya menghilang tak terlihat lagi.
"Kita harus bertemu kembali" kata Jackson lalu berjalan pergi menuju ke Ruang Dokter tempat dirinya melakukan Check Up.
.
.
.
.Jimin berjalan malas disebuah Hotel besar di tengah kota Seoul. Ia paling malas jika disuruh datang ke acara bisnis seperti ini. Biasanya Ayahnya masih rajin melakukannya tapi karena beliau ada urusan lain, Jimin yang terpaksa datang mengantikan. Acaranya sangat membosankan menurut Jimin. Ia tidak betah jika disuruh berlama-lama di acara seperti itu. Hanya mengobrol tentang bisnis masing-masing, menyombongkan diri akan kesuskesannya, bercengkaram layaknya sahabat padahal saling menusuk satu sama lain. Itu bukan tipe Jimin sama sekali. Jimin lebih suka yang to the point.
"Park Jimin..."
Sebuah suara boriton yang amat Jimin kenal terdengar di telingganya. Jimin tahu siapa orang itu. Orang yang sangat ingin Jimin tinju dengan keras. Saingan bisnis terlicik yang pernah ia temui, Wang Jackson dari Wang Company yang berasal dari Hongkong.
"Selamat malam Mr.Wang" kata Jimin formal.
Jackson tertawa kecil.
"Yakk!!! Berhentilah bersifat formal seperti itu... kita kan seumuran" kata Jackson santai.
"Atau memang kita terlalu berbeda kelas..." kata Jackson menyombongkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...