Jimin terbangun dari tidurnya saat mendengarkan suara ketukan Pintu. Dengan malas ia bangkit dan membukanya. Matanya terbelak kaget saat melihat Jeongyeon didepannya.
"Selamat Pagi... Maaf membangunkanmu tapi Ini sudah hampir jam delapan... kau bisa terlambat ke Kantor nanti" kata Jeongyeon gagap.
"Cepatlah mandi dan bersiap... semua orang sudah menunggu dibawah" kata Jeongyeon lagi dan kali ini ia yang menutup pintu kamar Jimin.
Jimin tersenyum kecil. Lalu berjalan menuju ke Kamar mandi. Ia pasti sudah gila saat ini bagaimana bisa ia tersenyum seperti ini hanya karena melihat Jeongyeon pagi ini.
.
.
.
."Selamat pagi Omma.... Appa" kata Jimin setelah selesai bersiap dan turun menuju Ruang Makan.
Semua orang sudah berkumpul disana. Termasuk Jeno dan Jeongyeon tapi bedanya Jeongyeon dan Ibunya masih berada di dapur merapikan makanan yang akan disajikan di Meja Makan.
"Ini Kopi untuk Paman..." kata Jeongeon meletakan secangkir Kopi didekat JaeMyung yang sedang membaca koran.
"Terima Kasih..." kata JaeMyung disela membacanya lalu menyesap kopi pemberian Jeongyeon.
"Ini untuk Jeno" kata Jeongyeon memberikan segelas susu lalu mengacak rambut Jeno pelan.
Jeno mengangguk dan meminumnya langsung.
"Dan ini juga untukmu" kata Jeongyeon meletakan segelas susu juga didekat Jimin. Lalu dengan cepat beranjak pergi.
"Heyy!!! Aku bukan anak kecil lagi" kata Jimin tak terima diberikan Susu layaknya anak baru lahir.
"Susu meningkatkan daya tahan tubuh... itu bagus karena kau sangat sibuk bekerja, Jimin" kata Jeongyeon sebelum memasuki dapur. Lalu kembali membantu Minji menyajikan makanan.
Mereka semua pun memulai acara Sarapannya dengan begitu menyenangkan. Layakanya seorang Keluarga yang bercengkrama disaat Makan. JaeMyung pun pamit duluan bertemu seorang teman Bisnis dari Itali. Jeno pun kembali ke kamarnya mengerjakan beberapa Tugas untuk mempersiapkan diri kembali ke England. Jimin dan Jeongyeon pun juga pamit untuk ke Kantor dan ke Rumah Sakit.
"Kau mau kemana??" Tanya Jimin saat mereka sampai dihalaman parkiran mobil khusus Keluarga Park.
"Tentu saja ke Rumah sakit..." kata Jeongyeon mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.
Tapi dalam sekejap Kunci itu sudah berada di tangan Jimin.
"Mulai sekarang mobil ini tidak boleh dipakai lagi.. Kau hanya boleh naik mobilku" kata Jimin cepat berjalan meninggalkan Jeongyeon masuk ke mobilnya.
Jeongyeon pun menurut. Ia memang tak bisa melawan Jimin. Jimin tak suka dibantah. Entahlah semakin jauh Jeongyeon mengenal Jimin, semakin jatuh juga Jeongyeon pada pesona seorang Park Jimin. Tapi dirinya bukan apa-apa dibanding Jimin. Jimin yang hampir sempurna tidak akan bisa disatukan dengan seorang Jeongyeon yang memiliki banyak kekurangan. Mereka benar-benar sangat bertolak belakang.
Jimin dan Jeongyeon pun berangkat bersama. Jimin mengantar Jeongyeon ke Rumah Sakit sebelum ke Kantornya.
"Aku akan datang setelah menyelesaikan pekerjaanku.... Jangan lupa untuk makan dan kalau ada apa-apa segera Hubungi aku" kata Jimin dari Mobil pada Jeongyeon yang baru saja keluar.
"Jangan berlebihan Jimin... Fokuslah bekerja... Jangan pikirkan yang lain... Aku baik-baik saja" kata Jeongyeon langsung berjalan menjauh.
.
.
.Saat ini sudah menandakan pukul satu siang. Tapi Jimin benar-benar tak bisa melepaskan dirinya dari tumpukan kertas didepannya.
"Jimin!!" Sebuah teriakan memecahkan konsentrasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...