Jeongyeon terdiam saat Jimin memegang tangannya.
"Jimin... kau baik-baik saja??" Kata Jeongyeon cepat saat melihat Jimin yang tersadar.
"Kau demam tinggi... jike begini terus kau bisa...."
"Diamlah!!" Kata Jimin menyelak. Ya, Akhirnya Jimin yang Jeongyeon kenal telah kembali
"Kau terlalu berisik..." kata Jimin masih memejamkan matanya sempurna.
"Tapi kau baik-baik saja??" Tanya Jeongyeon cepat.
"Kepalaku jadi sakit karena kau berteriak-teriak" kata Jimin mengusap dahinya pelan.
"Tidakk.. tidak... kau demam... kita harus kerumah sakit" kata Jeongyeon beranjak pergi tapi dalam satu hentakan Jimin menariknya kuat dan membuat Jeongyeon duduk disebelahnya.
"Kau ini keras kepala sekali yaa... aku tidak mau ke rumah sakit" kata Jimin kesal disela batuk yang tiba-tiba datang.
"Kalau begitu aku telpon Bibi Park..."
"Jangan!!" Kata Jimin kembali menyelak.
"Omma akan sangat khawatir jika tahu aku sakit..." kata Jimin lemah.
"Jeno juga dalam keadaan tak baik... biarkan mereka fokus mengurus Jeno... aku bisa mengurus diriku sendiri dengan benar" kata Jimin menyelesaikan kalimatnya.
"Mengurus dirimu sendiri dengan cara mengurung diri diruangan besar ini tanpa istirahat dan makan... itu yang kau bilang mengurus diri dengan benar" kata Jeongyeon frustasi karena tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya takut Jimin terkena serangan kejang jika panasnya tak segera turun. Jeongyeon dapat memperkirakan jika suhu tubuh Jimin sudah mencapai 39°C jika sudah sampai 40°C, Jimin pasti akan mimisan dan mengalami kejang. Menurut ilmu kedokteran yang ia pelajari, Panas yang dibiarkan saja juga dapat membuat kematian.
"Kau ini bawel sekali... ini hanya demam biasa" kata Jimin kali ini mencoba duduk tapi gagal karena ia tak sanggup menopang bobot tubuhnya lagi.
"Demam biasa?? Wajahmu merah, kau berkeringat dingin dan juga mengigil... dan dalam kurun waktu satu jam dari sekarang kau bisa mimisan lalu kejang.. ini yang kau bilang biasa??" Kata Jeongyeon cepat. Sambil membantu Jimin merabahkan tubuhnya ke Sofa lagi.
"Kau ini sebenarnya apa???" Tanya Jimin kali ini melihat kearah Jeongyeon serius.
Jeongyeon terdiam dengan pertanyaan Jimin. Ia bingung mau menjawab apa.
"Beristirahatlah... aku akan mengompres dahimu" kata Jeongyeon cepat bangkit dari duduknya.
"Tidak usah..." kata Jimin cepat.
"Aku tidak mau berhutang budi padamu.... lebih baik kau pulang" kata Jimin cepat.
"Aku pulang lalu apa??? Membiarkanmu mati karena demam tinggi..."
"Diamlah dan kembalilah tidur... jika kau tak ingin melihatku" kata Jeongyeon membawa air dan sapu tangan lalu kembali duduk disebalah Jimin. Dengan telaten ia mulai mengompres kepala Jimin dengan air dingin. Ia juga melepas sepatu Jimin supaya sirkulasi pendarahan dapat berjalan lancar. Tak lupa juga dasi dan kerah kemaja Jimin, Jeongyeon buka kancingnya satu. Hal itu cukup membuat Jimin tersentak kaget. Ia ingin marah tapi ia sedang tidak memiliki kekuatan akan itu.
"Kenapa kau tiba-tiba datang kesini??" Kata Jimin membuka pembicaraan.
"Bibi menelponku katanya Kau belum pulang ke rumah selama tiga hari... Bibi takut, kau sakit karena terlalu fokus bekerja" kata Jeongyeon menjelaskan.
"Lagipula..... kau ini bodoh atau bagaimana??" Kata Jeongyeon tak mengerti isi pikiran Jimin.
Jimin yang tadinya memejamkan matanya langusng membuka matanya menatap Jeongyeon sinis karena mengejeknya.
"Maaf..." kata Jeongyeon cepat.
Beberapa menit kemudian, Jimin kembali memejamkan matanya lelah. Ia memang perlu istirahat. Dirinya memang selalu begitu jika ada masalah pekerjaan. Makanya Ibunya tak pernah mengizinkan Jimin tinggal sendirian karena ibunya tahu sifat anak sulungnya ini jika terlalu banyak bekerja.
"Aku hanya tak mengerti, Kau ini kan Bos... kenapa kau yang mengerjakan semua pekerjaan banyak ini?? karyawanmu banyak kenapa harus kau??" Kata Jeongyeon lagi.
"Lagipula... kau seharusnya bisa menjaga tubuhmu sendiri... bagaimana jika nanti kau harus hidup sendiri?? Jika merasakan Sakit jangan memaksakan kehendak... setiap manuia butuh istirahat yang cukup" kata Jeongyeon lagi masih fokus dengan kegiatannya mengompres Jimin.
"Makan yang cukup dan istirahat yang cukup adalah kebutuhan inti... bukan hanya uang yang harus kita cari tapi kesehatan juga harus kita cari... untuk apa punya banyak uang tapi tak memiliki waktu untuk memakainya??" Kata Jeongyeon lagi tanpa sadar membuat Jimin yang tadinya memejamkan matanya malah menatap kearah Jeongyeon yang asik dengan kegiatannya dan berbicara entah dengan siapa.
"Kau itu ternyata sangat cerewet..." kata Jimin cepat masih menatap kearah Jeongyeon.
"Kenapa Nayeon mau berteman dengan orang cerewet sepertimu??" Kata Jimin lagi cepat mengejek Jeongyeon.
"YAA!! Persahabatan kami itu tulus" kata Jeongyeon kesal berjalan pergi meninggalkan Jimin untuk menganti air dan membawakan segelas teh panas.
Jimin terdiam dengan kelakuaan Jeongyeon. Ia sedikit tersenyum kecil melihat Jeongyeon yang terlihat kesal. Ia sedikit lucu.
"Minum ini..." kata Jeongyeon cepat memberikan segelas teh panas.
Jimin pun berusaha bangkit duduk. Jeongyeon pun duduk di Sofa besar itu. Jimin mengambil teh panas itu tapi seketika matanya kembali menangkap tangan Jeongyeon yang memperlihatkan bekas luka. Ia akhirnya menyadarinya. Saat itu Jeongyeon memakai perban sekarang sudab tidak tapi bekas lukanya masih terlihat. Jimin menyesap teh panas itu sambil memperhatikan tangan Jeongyeon. Ia sekilas melihat kearah Jeongyeon yang sedang membilas sapu tangan dengan air dingin.
"Minum obat ini.." kata Jeongyeon memberikan satu tablet obat kepada Jimin.
"Yakk!!! Kau mau meracuniku?? Darimana kau dapat obat ini??" Tanya Jimin berpikiran buruk.
"Ini obat demam... aku selalu membawanya kemana-mana untuk berjaga-jagaa.. aku sering sekali demam jika terlalu banyak terkena angin malam" kata Jeongyeon menjelaskan.
"Sekarang makan ini dan beristirahat... aku akan mengompresmu lagi" kata Jeongyeon cepat.
Jimin pun meminumnya lalu memejamkan matanya lelah. Ia memag sangat lelah. Bekerja selama tiga hari tanpa henti selalu membuatnya ambruk pada hari ketiga. Tadi saat ingin keluar membeli makanan dan beberapa obat. Kepalanya seketika pusing dan ia tak sanggup lagi berjalan. Hingga membuat Jimin tergeletak tak berdaya diatas Sofa. Awalnya ia ingin menelpon Ibunya tapi ia kembali mengingat jika Ibunya sedang berada di England mengurus adiknya yang sedang sakit. Dirumah tak ada siapapun, Jimin semakin malas pulang ataupun bergerak. Lebih baik ia mengistirahatkan dirinya di Sofa. Waktu berjalan dan ia terus merasakan kedinginan. Tububnya sakit semua dan kepalanya pusing. Ia bahkan tak sanggup mengambil air di dapur. Kali ini ia akan meminta bantuan Seok Jin tapi ia tak tega menggangu waktunya yang berharga bersama keluarga kecilnya. Ia juga pasti sangat lelah terus saja bekerja. Akhirnya Jimin hanya bisa terdiam sambil menunggu pagi. Hingga seketika ia mendengar ketukan dan seseorang yang memanggil namanya. Ia kenal suara ini. Hingga akhirnya ia masuk dan menggelilingi seluruh ruangannya. Bodohnya orang itu tak melihatnya dan malah berjalan keluar kembali. Jimin dengan sisa tenaga pun mencoba mengeluarkan suara walaupun sakit. Orang itu belom mendekat Jimin pun memanggil namanya. Jeongyeon pun akhirnya berjalan mendekat dan langsung menghampirinya. Awalnya Jimin malas melihat Jeongyeon, tapi jika Jeongyeon mungkin kali ini ia akan mati lemas karena demam tinggi.
Dan entah kenapa Jimin merasakan nyaman saat dirawat Jeongyeon. Ia merasa tenang karena Jeongyeon yang datang. Ia tidak mau jika Ibu atau Ayahnya yang datang, ia akan semakin sakit karena terus saja mengomelinya. Begitupun dengan teman-temannya yang lain. Jeongyeon awalnya memang memerahi Jimin tapi seketika ia hanya diam dan terus mengompres kening Jimin. Ia bahkan melepaskan sepatu, dasi dan kancing pertama di kemeja Jimin. Apa dia sedang bekerja layaknya seorang istri pada suaminya?
Gmn ceritanya sejauh ini??? aku bakal nepetin mulai saat ini aku bakal Update setiap 5 hari sekali jd klo emg lewat dr 5 hari aku blom Update boleh lngsung diingetin aja... Mudah2an suka terus ama ceritanya dan jangan lupa Like n Comment. Utk yg Chapter ini aku cepetin spy gak pada penasaran. BIG THX. - Author -
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...