Setelah kejadian itu Jimin dan Jeongyeon benar-benar tak pernah bertemu lagi. Bahkan Jimin sering menyempatkan diri datang ke Kedai Yoo tapi Jeongyeon tak pernah ada. Ibunya pun sering menghubungi Jeongyeon tapi Jeongyeon selalu memiliki alasan untuk menghindar.
"Heyy... Jimin... kenapa kau sering sekali melamun???" Tanya Jungkook.
Ya, sekarang mereka semua sedang berkumpul di Park Company. Tepatnya di ruangan Jimin. Karena sebentar akan jam pulang jadi Jimin sedikit bebas.
"Jimin... Hyung benar-benar tak marah lagi padamu... ini hanya salah paham.. Nayeon juga sudah menjelaskannya jika dirinya yang salah" kata Seok Jin pada Jimin yang masih melamun.
"Lihat dia masih melamun.." kata Yoongi malas.
"Aku lupa menanyakan sesuatu..." kata Taehyung seketika.
"Kau ada hubungan apa dengan Jeongyeon??" Tanya Taehyung seketika.
Jimin yang tadinya melamun langsung tersadar saat sahabatnya mengatakan nama Jeongyeon.
"Apa maksudmu??" Tanya Hongseok penasaran.
"Kejadian di Kedai Kopi waktu itu... Jimin memeluk Jeongyeon sangat kuat dan mengantarkannya pulang" kata Jungkook cepat.
"Ahhh!! Jadi karena itu kau melawatkan Meeting pintu beberapa minggu lalu" tambah Seok Jin dan kali ini semua orang menatap kearah Jimin yang terlihat panik.
Jimin benar-benar tak tahu harus berbicara apa sekarang. Ia sudah tertangkap basah. Sepertinya tidak bisa lagi menyembunyikannya dari teman-temannya. Jimin menghembuskan napas mengatur dirinya supaya tak panik.
"Aku dijodohkan dengan Jeongyeon"
"APAAA!!!!" teriak semua orang yang berada di ruangan itu kecuali Jimin.
"Kau pasti bercandakan Jimin..." kata Jungkook tak percaya.
"Dia pasti hanya mengada-ngada" tambah Hongseok.
Mereka terus menatap Jimin yang terdiam. Sepertinya dirinya tak bohong.
"Kau serius Park Jimin??" Tanya Seok Jin kaget juga.
"Jadi selama ini wanita yang dijodohkan Bibi itu adalah Yoo Jeongyeon??" Tanya Seok Jin lagi.
Jimin mengangguk ragu.
"Tapi aku tak menyutujui perjodohan gila ini!!" Kata Jimin cepat.
"Aku yang akan memilih dengan siapa diriku menghabiskan sisa-sisa hidupku" tambah Jimin. Entah kenapa ia tidak merasa nyaman saat berkata seperti ini. Ada perasaan aneh tapi Jimin tak mengerti.
"Jadi jangan berpikir yang aneh-aneh... aku memeluknya karena memang Jeongyeon butuh bantuan... aku lihat sendiri jika dirinya memang diikuti seorang laki-laki aneh..." kata Jimin kembali mengingat si sialan Jackson itu.
"Tunggu dulu!! Hyung... kapan acara Wang Company??" Tanya Jimin seketika pada Seok Jin.
"Yakk!! Jangan mengalihkan cerita dulu!! Ceritakan sisanya" kata Taehyung menyelak.
"Hari ini... memangnya kenapa?? Kau mau datang ke sarang musuh sekarang??" Tanya Seok Jin tertawa kecil.
Jimin terdiam kaget. Tidak! Dirinya lupa jika acara itu sekarang. Jam tujuh malam. Dan sekarang sudah jam enam. Acaranya akan dimulai dan Jeongyeon pasti sudah dalam perjalanan.
"Maaf... aku pamit duluan" kata Jimin berlari pergi dari ruangannya. Ia terus saja mempercepat langkahnya. Ia tidak boleh terlambat. Ia tidak akan membiarkan Jeongyeon bersama laki-laki licik seperti Jackson. Ia bisa berada dalam bahaya. Dan Jimin tak mau itu sampai terjadi. Setelah sampai di Lobby Wang Company, Jimin langsung berjalan masuk ke Hall tempat acara. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat 30 menit. Keadaan lalu lintas tadi cukup ramai, Jimin tak bisa sampai tepat waktu. Ia dapat melihat acara sudah dimulai dan pintu besar itu terbuka saat dirinya masuk. Saat ini sedang diputarkan Video yang berisi awal mula Wang Company hingga akhirnya sukses sampai sekarang. Cukup banyak orang berada disana danJimin tidak dapat menemukan Jeongyeon saat ini karena begitu ramai dan penerangan pun tidak ada. Ia berusaha menelponnya tapi Jeongyeon tak mengangkatnya. Video telah selesai dan lampu pun dinyalakan. Sekarang Jimin dapat melihat Jackson dan keluarganya keluar dari balik layar lalu semua orang bertepuk tangan. Sambil bertepuk tangan pelan, Jimin memutar matanya mencari keberadaan Jeongyeon. Apa dia tak datang?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...