34

1.4K 193 13
                                    

Acara makan malam pun selesai. Beberapa karyawan Park Company sudah mulai berkurang. Hingga akhirnya hanya tersisa keluarga Park, Jeongyeon dan Jihyo. Para pekerja Kedai juga sudah pamit pulang dan sekarang Jihyo yang akan pamit.

"Jeongyeon-aa... aku pamit dulu" kata Jihyo pada Jeongyeon yang sedang merapikan meja kasir.

"Tunggu...Kita bisa pulang bersama" kata Jeongyeon cepat.

"Aku bawa mobil... aku akan mengantarmu" kata Jeongyeon lagi.

"Tidak usahh!! Kau terlalu jauh jika mengantarku... lebih dekat jika naik kereta" kata Jihyo lagi.

"Paman Park Bibi Park Saya pamit pulang" kata Jihyo pada Keluarga Park.

"Tentu... hati-hati dijalan Jihyo" kata Minji melambaikan tangan melihat Jihyo yang keluar dari Kedai.

Keluarga Park dan Jeongyeon pun juga akhirnya keluar dari Kedai. Jeongyeon pun mengunci Kedai dan lalu berniat pamit.

"Jeongyeon... Terima Kasih untuk hari ini" kata Minji senang.

"Tidak tapi Terima kasih Bibi sudah mampir dan membawa banyak pelanggan" balas Jeongyeon senang.

"Kau pasti sangat lelah kan hari ini... Menginaplah dirumah hari ini" kata Minji seketika membuat Jeongyeon dan Jimin langsung bertatapan canggung.

"Tidak baik juga... Kau mengendarai mobil malam-malam begini" tambah Minji lagi.

"Tidak usah Bibi... aku benar-benar tak apa-apa..." kata Jeongyeon tak enak.

"Tidak ada penolakan... Naiklah ke Mobil Jimin sekarang" kata Minji cepat.

Jimin pun yang mendengarnya ikut kaget. Tapi dirinya tak punya pilihan lain saat ini. Karena tak mau mendengar ocehan ibunya yang membuat telingannya sakit.

JaeMyung dan Minji pun berjalan ke mobil mereka. Lalu Jimin juga berjalan ke mobilnya yang berada didepan Mobil Ayah dan Ibunya. Jeongyeon pun mengikuti Jimin dari belakang. Jeno yang tadi pergi bersama Jimin seketika ditarik Ibunya untuk ikut naik Mobil bersama Ayah dan Ibunya.

"Kauu!!! Ikut Mobil Omma" kata Minji cepat sambil menarik lengan anak bungsunya yang berniat naik Mobil kakaknya.

"Omma!! Ommaa!!!" Teriak Jeno tak terima tapi dirinya tak bisa melawan banyak.

Dan disinilah Jimin dan Jeongyeon didalam Mobil tanpa ada suara sama sekali. Jeongyoen benar-benar tidak tahu harus berbicara apa saat ini. Jimin pun siapa ia juga terlihat engan untuk membuka pembicaraan. Ia benar-benar terlihat fokus mengemudi.

"Aku harus mengisi bensin" kata Jimin seketika.

Mereka punya berhenti disebuah pom bensin. Jimin pun keluar untuk mengisi bensin dan membayarnya. Beberapa menit berlalu, Jimin pun sudah menyelesaikan tugasnya lalu kembali masuk ke mobil. Matanya terbelak kaget saat menyadari Jeongyeon tak ada disana.

"Jeongyeon!!" Kata Jimin panik langsung melihat kesekeliling. Ia kembali keluar dari mobilnya dan memutar kepalanya disekitar. Ia tidak menemukan Jeongyeon dimanapun.

"Jeongyeon!!!"

"Jeongyeon!!"

"Yoo Jeongyeon!!"

"Jeongyeon!!!" Teriak Jimin berjalan mengelilingi Pom Bensin. Entah kenapa Jimin sekarang merasa sangat takut.

"Yoo Jeongyeon!!" Teriak Jimin lagi keras. Jimin berjalan keluar dari Pom Bensin dan berjalan kesebuah taman tepat disebelah Pom Bensin.

"Yoo Jeongyeon!!!" Teriak Jimin lagi lebih keras.

"Jiminn.."

Sebuah suara yang ia kenal langsung membuat Jimin berlari kesana. Ia pun akhirnya melihat kembali orang yang ia cari-cari sejak tadi. Yoo Jeongyeon, dia terlihat sedang menelpon disana. Lalu beberapa detik kemudian ia menutup teleponnya dan berbalik melihat kearah Jimin.

"Aku disini Jimin.." kata Jeongyeon melambaikkan tangannya kearah Jimin. Jarak mereka cukup jauh saat ini. Jeongyeon pun mulai berjalan mendekat.

"Maaf... aku menelpon Ayahku..." kata Jeongyeon cepat.

Jimin pun yang awalnya terdiam langsung berlari cepat kearah Jeongyeon yang masih asik berbicara.

"Aku sudah memanggilmu tapi kau tak mendengar jadi aku langsung perg..."

Jeongyeon belum sempat menyelesaikan perkataannya saat merasakan Jimin seketika sudah berada didepannya dan memeluk kuat. Jimin merengkuh tubuh Jeongyeon kuat seperti tak mau dilepaskan. Dada Jimim bergemurah. Ia merasakan hal yang dirinya sendiri tak mengerti. Nafasnya menjadi tak karuan. Ia seperti kesulitan bernafas. Jimin seperti menggigil saat ini. 

"Jimin... Kau baik-baik saja??" Tanya Jeongyeon merasakan ada hal aneh dalam tubuh Jimin.

"Jangan...."

"Apa?? Kau bilang apa??" Tanya Jeongyeon menjauhkan dirinya dari Jimin supaya dapat mendengar perkataan Jimin tapi Jimin malah semakin menguatkan pelukannya.

"Jimin... kau baik-baik saja??" Tanya Jeongyeon lagi saat merasakan Tubuh Jimin yang gemetar.

"Tinggalkan..."

"Jimin... kau baik-baik saja??? Ada apa denganmu??" Tanya Jeongyeon mulai panik.

"Aku..."

Seketika Jimin terjatuh begitu saja. Jeongyeon pun kaget bukan main. Jimin pingsan.

"Jimin...."

"Jiminnn..."

"Park Jimin!!" Panggil Jeongyeon panik.

"Jimin!!!"

"Jiminn kau baik-baik saja??" Tanya Jeongyeon takut. Jeongyeon pun tak punya pilihan lain. Dengan sekuat tenaga ia mengangkat Jimin membawanya ke mobil. Jimin harus kerumah sakit saat ini. Keadaannya tak baik. Suhu tubuhnya sangat panas seketika. Ia tidak bernafas sama sekali. Dan denyut jantungnya mulai tak stabil. Jeongyeon benar-benar takut saat ini. Ia mengendarai mobil menuju ke Rumah Sakit terdekat. Setelah sampai, mereka pun langsung menuju ke Ruang Gawat Darurat. Mereka pun langsung membawa Jimin keruang operasi yang Jeongyeon tak bisa masuki. Jeongyeon seketika merutuki dirinya sendiri. Ia benar-benar takut terjadi sesuatu pada Jimin. Ia bisa-bisa menyalahkan dirinya sendiri disisa-sisa hidupnya jika terjadi sesuatu pada Jimin. Jeongyeon seketika menjadi sangat kesal dengan dirinya karena semua yang terjadi dihidupnya tak pernah berjalan dengan benar. Pasti saja ada dampak yang bukan hanya menyakiti Jeongyeon tapi orang sekitarnya yang sangat ia sayangi. Sekarang Jeongyeon hanya bisa terdiam didepan Ruang Operasi tanpa tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa berharap dan menunggu, semoga Jimin baik-baik saja didalam sana. Waktu berjalan tanpa Jeongyeon sadari. Sudah hampir dua jam Jeongyeon berada disana tapi sekarang, Jimin belum keluar juga. Jeongyeon pun semakin merutuki dirinya sendiri. Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, Jeongyeon bahkan belum tidur sama sekali. Jeongyeon pun langsung bangkit berdiri saat melihat pintu ruang operasi terbuka.

"Dokter... Bagaimana keadaan Jimin??" Tanya Jeongyeon cepat.

"Jimin baik-baik saja kan?? Tidak terjadi apapun terhadapnya??" Kata Jeongyeon panik.

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang