33

1.4K 196 8
                                    

Jeongyeon saat ini sudah berada di Kedai Yoo setelah menyelesaikan seluruh keperluan Ayahnya. Ia juga harus menutup Kedai malam ini. Dirinya tak bisa terus menerus meminta Jihyo mengunci dan mengantarkannya ke Rumahnya setiap saat. Jihyo pasti mempunyai kesibukan lainnya dan pasti juga lelah. Jeongyeon tak enak terus merepotkan Jihyo terus.

"Heyy... Kau datang hari ini??? Aku sudah bilang-kan tidak apa-apa jika aku antar ke Rumah... Paman lebih Penting Yoo Jeongyeon" Kata Jihyo kaget melihat Jeongyeon tiba-tiba muncul disebelahnya.

"Semua baik-baik saja kan??" Tanya Jihyo lagi khawatir melihat raut wajah Jeongyeon yang semakin tak baik. Tanpa sadar Jeongyeon juga terus saja bertambah kurus sekarang. 

"Tentu... Appa sudah lebih baik sekarang... Tenang saja" Kata Jeongyeon meyakinkan dirinya Ayahnya memang benar-benar baik-baik saja.

"Begitu??" Kata Jihyo ragu melihat nada Jawaban Jeongyeon yang terlihat tak yakin.

Jeongyoen mengangguk.

"Baguslahh Kalau begitu... Kau istirahat saja... Pelanggan tak banyak hari ini" Kata Jihyo menyuruh Jeongyeon istirahat. 

"Tidakk... Aku sudah banyak istirahat dirumah hari ini... Kau saja yang istirahat... aku akan mengantikan didepan..." Kata Jeongyeon cepat.

"Bagaimana dengan Bibi Park?? Apa dia sudah datang??" Tanya Jeongyeon lagi.

"Belum... ini bahkan sudah mau jam tujuh malam tapi dia belum datang juga" Kata Jihyo menggeleng sambil melihat kearah Jam dinding.

Jeongyeon mengangguk. Ia tak terlalu ambil pusing masalah itu. Itu memang terserah Bibi Park.

"Itu mereka.." Kata Jihyo seketika.

Jeongyeon membelakkan matanya kaget saat melihat Minji masuk dengan beberapa kerumunan orang dibelakangnya. Jeongyeon tak tahu pasti seberapa banyak tapi itu sangat banyak. Mereka memakai baju-baju formal menandakan mereka adalah seorang karyawan yang baru pulang kerja. Tidak Mungkin ini karyawan di Park Company. Jeongyeon menggelengkan kepalanya menyakinkan dirinya karena jika mereka karyawan Park Company berarti Jimin juga akan datang. Napas Jeongyeon seketika tercekat sejenak saat melihat Jimin benar-benar berada di pintu masuk Kedai berniat masuk. Dibelakangnya disusul Jeno dan juga JaeMyung. Jeongyeon pun menghembuskan napasnya panjang. 

"Jihyo-aa... Aku akan mengurus dapur saja" Kata Jeongyeon berniat pergi dari sana tapi kembali ditahan Jihyo.

"Kau gila!! aku bahkan tak mengenal mereka... Temui dulu baru ke Dapur" kata Jihyo cepat. 

Dan benar saja, Minji seketika berdiri didepan Jihyo dan Jeongyeon lalu dibelakangnya ada Jeno dan Jimin. JaeMyung sudah bergabung dengan yang lainnya.

"Anyonghaseyo Bibi" Sapa Jeongyeon dan Jihyo bersamaan. 

"Jeongyeon-aa... Terima Kasih karena telah membiarkan Bibi membooking Kedai... Ini Acara yang Bibi maksud..." Kata Minji terlihat bahagia tidak dengan kedua laki-laki yang berdiri dibelakang Minji yang menatap kearah Jihyo dan Jeongyeon sinis. Apalagi Jimin yang benar-benar malas melihat Jeongyeon.

"Ini memang Acara setiap tahunnya Park Company untuk makan malam bersama seluruh karyawan.. Bibi yang selalu membooking Restauran dan karena Restauran lainnya sudah tak bisa Bibi booking akhirnya Bibi langsung berpikir Kedai Yoo... Bukankah ini sangat hebat??" Kata Minji senang bukan main. 

Jeongyeon pun hanya mengangguk ragu lalu melirik kearah Jimin yang terlihat tak setuju dengan pendapat ibunya. 

"Hanya alasan saja Padahal Restauran lain masih bisa dibooking" Celetuk Jeno tahu pikiran gila ibunya.

Minji pun langsung menyikut anak bungsunya itu lalu menatapnya sinis dan memberi kode untuk langsung menutup mulut bawelnya itu. 

"Bibi duduk saja... Aku akan siapkan makannya" Kata Jeongyeon menghindari tatapan Jimin yang entah sejak kapan menatapnya terus. 

Jeongyeon pun berjalan kedapur. Ia mulai memasakan Bibimbap untuk Keluarga Park. Setelah selesai, Jeongyeon pun langsung membawanya sendiri ke meja Keluarga Park.

"Makanannya datang" kata Bibi Park senang.

Jeongyeon pun langsung memberikan dua mangkok ke JaeMyung dan Minji. Lalu pada Jeno dan akhirnya pada Jimin.

"Silahkan dimakan" kata Jeongyeon ramah.

"Jeongyeonn... Kau juga makanlah disini" kata Minji seketika.

"Tidak usah Bibi..." Tolak Jeongyeon cepat.

"Kau pasti lapar juga bukan?? Ayo makan bersama kami" kata Minji lagi.

"Maaf Bibi tapi masih banyak yang harus kukerjakan...  hari ini dua koki tidak masuk karena ada urusan keluarga... Bibi Nam dan Paman Choi tidak ada yang membantu" kata Jeongyeon langsung pamit begitu saja. Keadaan dapur memang sangat kacau saat ini karena dua koki tidak masuk tapi selain alasan itu, Jeongyeon masih dapat menyadari jika Jimin saat ini tidak menyukai keberadaannya.
.
.
.
.

Jimin terdiam saat Jeongyeon meletakan mangkok Bibimbap didepannya. Ia masih dalam kondisi kesal dengan gadis itu. Tapi entah kenapa Jimin mulai jengah dengan situasi ini. Ia melirik kearah dapur yang memperlihatkan Jeongyeon yang sedang memasak dengan begitu cepat. Sepertinya banyak pesanan yang harus ia buat. Ia sesekali mengelap keringat di wajahnya dan kembali mengaduk-ngaduk makanan didepannya. Beberapa menit kemudian ia kembali berlari keluar lalu kembali lagi ke dapur melanjutkan masaknya. Apa dia tak lelah?? Jimin pun menghembuskan napasnya kesal. Ia tidak suka melihat Jeongyeon kelelahan seperti itu.

"Appa angkat telpon dulu" kata JaeMyung pamit. Minji pun juga ikut bangkit dari tempat duduknya untuk melihat keseluruh karyawan. Ia ingin mengecheck jika semua sudah mendapatkan makanan.

"Aku pesan satu mangkok Bibimbap lagi" kata Jimin seketika.

"Hyungg... kau mau tambah??? Kau bahkan belum menyentuh makananmu" kata Jeno menghentikan makannya sejenak dan melihat kearah Jimin.

"Diam dan makan saja makananmu" kata Jimin sinis.

Beberapa menit kemudian, Jeongyeon kembali datang sambil membawa satu mangkok Bibimbap di tangannya.

"Ini.." kata Jeongyeon pada Jimin.

"Minggir!!" Perintah Jimin membuat Jeno dan Jeongyeon seketika membeku. Saling bertatap-tatapan sejenak lalu seketika Jeongyeon sadar jika itu untuk dirinya.

"Maaf.. aku akan pergi" kata Jeongyeon cepat ingin berjalan pergi tapi pergerakannya terhenti saat sebuah tangan menahan lengannya.

"Bukan kau..." kata Jimin mengantung.

"Yakkk!! Park Jenoo... Pindah kesana" kata Jimin pada adiknya yang asik makan. Jeno pun membelak matanya kaget. Ia hampir saja tersedak jika tidak ada air didekatnya.

"Aku???" Tanya Jeno tak percaya.

"Iyaa.. duduklah disebelah Appa... Jeongyeon akan duduk ditempatmu" kata Jimin cepat karena tempat Jeno bersebelahan dengannya.

"Hyungg... aku sedang mak.."

"Berhenti berbicara dan Pindah sekarang juga" selak Jimin menatap sinis adiknya.

"Jimin... ini benar-benar tidak perl.."

"Kau sekarang diam dan duduk sebelum kau pingsan lagi karena terlalu stress dan lelah" selak Jimin cepat membuat dada Jeongyeon tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya.

Jeno pun tak punya pilihan lain. Ia pindah ke tempat sebelah Ayahnya. Jeongyeon pun juga menurut dan langsung ditempat Jeno yang berarti disebalahnya Jimin.

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang