"Aku sudah menyiapkan Obat untuk Jimin..." kata Jeongyeon cepat.
"Pastikan Jimin meminum obatnya saat sadar dan jauhi saus kacang seperti biasa" kata Jeongyeon lagi.
"Jeno... Kau bisa ambil Obatnya di lantai satu... aku sudah menyuruh temanku mempersiapkannya" kata Jeongyeon lagi dibalas anggukan paham oleh Jeno.
"Noona akan pergi lagi??" Tanya Jeno seketika.
Jeongyeon terdiam. Ia melihat tangannya yang masih menggengam tangan Jimin kuat.
"Sebaiknya kau mengambil obatnya sekarang.." kata Jeongyeon menyuruh Jeno lagi.
Ya, Jawabannya Jeongyeon akan pergi saat Jeno pergi. Keradaannya tidak akan diketahui siapapun lagi termasuk Jeno.
"Noona..."
"Temanku sudah menunggu dibawah" kata Jeongyeon menyelak. Jeno pun tak punya pilihan lain dan langsung berjalan menuju ke lantai satu.
Jeongyeon terdiam menatap kearah Jimin yang terbaring lemas. Matanya mulai membendung air mata.
"Maafkan aku Jimin..."
"Maaf..." kata Jeongyeon menggengam tangan Jimin kuat.
"Ini semua demi kebaikanmu.." kata Jeongyeon lagi menitihkan air mata.
Kenapa ia harus mengalami perpisahan untuk kedua kalinya. Dan kenapa sekarang begitu berat sekali.
"Cepatlah sadar dan temukan kebahagianmu..."
"Kau punya banyak pilihan... Jangan menyia-nyiakan hidupmu dengan wanita menyedihkan seperti aku" kata Jeongyeon mendekati wajah Jimin dan menatapnya dengan serius. Entahlah ia benar-benar merasakan jika hari ini adalah hari terakhirnya akan bisa melihat Jimin. Setelah ini mungkin mereka tak akan pernah dipertemukan lagi karena sudah pasti Jimin sangat membencinya.
"Aku juga mencintaimu, Park Jimin" kata Jeongyeon dengan suara kecil. Ia melepaskan genggaman tangannya dari Jimin. Lalu berjalan perlahan keluar dari kamar Jimin.
Tanpa basa-basi Jeongyeon langsung berjalan cepat keluar dari Rumah Sakit. Ia harus segera pergi dan menjauh dari Rumah Sakit ini. Itu yang Jeongyeon tahu saat ini. Ia harus segera menghilang.
Saat sampai diluar Lobby Rumah Sakit langkah Jeongyeon terhenti saat mendengar suara seseorang.
"Kenapa kau sangat egois???"
Suara yang amat Jeongyeon kenal dapat menenangkannya sekarang telah berubah menjadi nada yang begitu dingin.
"Kenapa Jeongyeon???"
"Kenapa kau sangat keras kepala dan tak pernah memikirkan perasaan orang lain??" Kata Jimin lagi dingin.
Jimin sudah tak tahu lagi apa yang harus ia katakan saat ini. Ia hanya terlalu sedih dan kesal.
Jeongyeon masih terdiam ditempatnya tak berani melihat kebelakang. Ia tak mau Jimin melihatnya kembali menangis. Walaupun sudah sangat jelas sekali badan Jeongyeon bergetar kuat.
"Kenapa ka... Akkhh!!!" Perkataan Jimin terhenti saat merasakan kepalanya yang seketika terasa sakit.
Jeongyeon yang mendengar itu pun langsung berbalik dan melihat keadaan Jimin. Jeongyeon dapat melihat Jimin yang terlihat begitu kesakitan tapi Jeongyeon saat ini tak bisa mendekatinya. Sudah seperti ini kejadiannya. Ini lebih baik karena Jimin membencinya.
Jeongyeon kembali membelakingi Jimin. Ia mengusap air matanya sebentar dan ingin kembali berjalan tapi langkahnya kembali terhenti.
"Aku tak punya banyak Pilihan kali ini..." kata Jimin dengan sekuat tenaga menahan rasa sakit. Ya, Jimin tak pernah jatuh cinta sedalam ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...