46

1.3K 205 17
                                    

Jeongyeon bergerak pelan tapi entah kenapa pergerakannya seperti terhalangi sesuatu. Ada sebuah benda berat di daerah pinggangnya. Dan Jeongyeon belum tahu itu apa karena dirinya masih belum sepenuhnya sadar.

Dengan paksa Jeongyeon membuka matanya yang berat. Betapa kagetnya dirinya saat melihat Jimin berada didepannya begitu dekat. Bahkan Jeongyeon sudah bersentuhan dengan dada bidang laki-laki yang masih tidur tanpa dosa itu. Satu tangan Jimin melingkar di pinggangnya dan satunya lagi menjadi batalan Jeongyeon.

"Hauen??" Kata Jeongyeon teringat jika seharusnya ada Haeun diantaranya.

Jeongyeon pun mencoba bangkit. Dirinya benar-benar malu dan dia pun harus mencari Haeun yang tak terlihat sekarang. Tapi pergerakan Jeongyeon terhenti saat Jimin seketika mengeratkan pelukannya.

"Tidurlah sebentar lagi..." kata Jimin masih memejamkan matanya.

"Aku tahu kau pasti tidak bisa tidur dengan tenang akhir-akhir ini" kata Jimin kali ini mengusap kepala Jeongyeon.

"Dan aku juga masih mengantuk" kata Jimin benar-benar menggikis jarak antara dirinya dan Jeongyeon.

"Aku harus menjaga Haeun" kata Jeongyeon mencoba mencari alasan. Dengan perlahan mencoba mengangkat tangan Jimin dari pinggangnya. Ini benar-benar tak baik. Dadanya berpacu begitu cepat dan Jeongyeon yakin wajahnya sudah berubah warna.

"Tidak perlu... aku sudah menyuruh Jeno menjaga Haeun" kata Jimin lagi.

Jeongyeon terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia takut Jimin mendengarkan bunyi Jantungnya yang berpacu begitu cepat karena saat ini tak ada jarak lagi diantara mereka.

Pintu kamar Jimin pun seketika terbuka cepat.

"Hyung!! Noona!!! Berhentilah bermesra-mesraan" Suara Jeno terdengar begitu nyaring membuat Jeongyeon langsung menjauhkan dirinya dari Jimin paksa dan langsung duduk.

"Ini sudah siang... Omma dan Appa sedang pergi ke Jepang dan Bibi Kim juga pergi.... Aku lapar dan Haeun juga... tidak ada makanan sama sekali dirumah" kata Jeno lagi yang ternyata sedang mengendong Hauen.

Ia pun langsung beranjak pergi. Jeongyeon pun dengan cepat ikut bangkit dan keluar meninggalkan Jimin yang terlihat kesal. Ia bersumpah jika saja Jeno bukan adiknya ia pasti akan membunuhnya saat ini. Bagaimana bisa ia mengganggu moment indah dalam hidupnya yang hanya terjadi sesekali saja. Jimin pun akhirnya bangkit berdiri dan langsung menyusul yang lainnya ke dapur.

Ia dapat melihat Jeno yang sedang bermain asik dengan Haeun di meja makan. Jimin pun juga melihat Jeongyeon yanh sudah sibuk di dapur dengan celemek bertengger di tubuhnya. Entah kenapa Jimin ingin sekali memeluk Jeongyeon saat ini. Tapi sepertinya terlihat begitu sibuk didapur. Ia pun ikut menuju ke meja makan. Melihat kearah adiknya sinis.

"Paman Jimin... Haeun lapar" kata Haeun melihat Jimin duduk didekatnya.

"Tentu... Tunggulah sebentar Bibi Jeongyeon sedang membuat makan" kata Jimin mengusap lembut rambut Haeun.

"Lihat!! Haeun sudah kelaparan... bagaimana bisa kalian nanti berumah tangga dan mempunyai Anak?? Aku akan sangat kasihan pada Keponakanku nantinya" kata Jeno mengejek kakaknya.

"Yakk!!! Park Jenoo!! Kau benar-benar adik kurang ajar!!" kata Jimin kesal melihat adiknya.

"Sudah!! Sudah!! Jangan berkelahi didepan Haeun" kata Jeongyeon menengahi perkelahian Jimin dan Jeno. Lalu meletakan beberapa makanan di meja makan.

"Ini untukmu Jeno" kata Jeongyeon memberikan segelas susu. Haeun pun juga dapat satu.

"Ayo makan" kata Jimin memulai makannya. Jeno pun sama. Jeongyeon juga sudah fokus menyuapi Haeun yang tidak bisa makan dengan tenang.

Pikiran Jimin pun seketika melayang indah. Saat ini mereka seperti keluarga kecil dengan kepala keluarga yaitu Jimin dan istrinya Jeongyeon lalu anak mereka Haeun dan seorang Paman menyebalkan untuk Haeun yaitu Jeno. Mereka layaknya keluarga baru yang hidup dengan begitu menyenangkan.

Entah kenapa membayangkannya saja sudah membuat Jimin tersenyum sendiri.

"Lihat Noona!! Hyung semakin bertingkah aneh semenjak kau membiarkannya memelukmu Noona" kata Jeno disela makannya. Dan langsung mendapatkan hadiah pukulan dari kakaknya.

"Yakk!!! Diam dan makan saja makananmu" kata Jimin sinis.

"Jimin-aa... Jangan memukul Jeno terus... dia sedang makan" kata Jeongyeon pada Jimin yang masih menatap adiknya sinis bukan main.

"Kau akan pergi hari ini??? Jika tidak bantulah aku menjaga Haeun... Jeongyeon harus ke Rumah Sakit" kata Jimin lagi membuka pembicaraan.

"Aku harus pergi mengurus keberangkatanku... Minggu depan aku akan kembali ke England" kata Jeno cepat.

Jimin pun terdiam sejenak. Ia tampak berpikir. Pekerjaan sedang menumpuk tidak mungkin ia membiarkannya lagi setelah kemarin ia benar-benar menyita waktunya hanya untuk Haeun.

"Tidak apa-apa... aku akan menjaga Haeun hari ini... Jimin kau sepertinya memang harus bekerja saat ini melihat banyaknya tugasmu kemarin" kata Jeongyeon sambil menyuapi Haeun makan.

"Kau yakin??? Pasti akan sangat melalahkan menjaga Paman dan Haeun sekaligus" kata Jimin melihat Jeongyeon khawatir.

"Tidak apa-apa... Appa juga pasti akan senang jika Haeun datang" kata Jeongyeon lalu mengajak Hauen untuk bersih-bersih dan bersiap untuk berangkat ke Rumah Sakit.

"Dia bahkan tak makan sarapannya karena mengurus Haeun.." kata Jimin melihat piring Jeongyeon yang tak tersentuh sama sekali karena sibuk menyuapi Haeun. Jimin pun menghembuskan napasnya panjang.

"Sebaiknya Hyung kerjakan tugas Hyung dengan cepat dan datang langsung ke Rumah sakit" kata Jeno sudah menyelesaikan Sarapannya dan beranjak pergi.

"Jeongyeon Noona pasti lelah" kata Jeno sebelum benar-benar menghilang.

Jimin pun menyudahi makannya. Ia pun ikut pergi dari sana untuk bersiap.
Setelah mengantar Haeun dan Jeongyeon ke rumah sakit, Jimin langsung menancapkan gas menuju ke Kantor. Ia memang harus menyelesaikan semua tugasnya dengan cepat.

Tanpa terasa waktu sudah menandakkan pukul 6 malam. Ia akhirnya menyelesaikan pekerjaannya semua. Tanpa basa-basi Jimin pun langsung bersiap menuju ke Rumah Sakit. Dirinya sedikit lega karena tadi Jeongyeon menelpon dan ternyata Haeun sudah dijemput oleh Seok Jin dan Nayeon. Mereka akan membawa Haeun ke Busan rencananya. Setidaknya hal itu meringankan pikiran Jimin sejenak. Walaupun ia masih tidak tega meninggalkan Jeongyeon melakukan segala sesuatu sendiri. Jimin pun mampir kesebuah Kedai membeli beberapa makanan. Ia yakin seratus persen jika Jeongyeon pasti belum makan. Wanita itu benar-benar melupakan makannya jika sudah fokus pada sesuatu. Sekarang Jimin sudah berada di Rumah Sakit. Ia berjalan menuju ke Ruang Jeongjin. Saat sampai didepan pintu kamar, Jimin mengetuknya sebentar lalu masuk. Ia terdiam sejenak saat tak mendapati siapapun disana. Jimin pun langsung keluar.

"Permisi... Saya ingin bertanya dimana pasien yang berada di Ruangan ini??" Tanya Jimin pada Seorang perawat yang lewat.

"Tuan Yoo?? Ia dipindahkan ke Ruang ICU beberapa menit yang lalu" kata Perawat itu.

"Keadaan Tuan Yoo semakin memburuk... ia tak bisa lagi memompa udara masuk ke tubuhnya saat ini" kata Perawat itu lagi.

Jimin kaget bukan main. Tanpa pikir panjang, Jimin langsung berlari menuju ke Ruang ICU. Ia meninggalkan semua barang-barang yang ia bawa saat ini. Ia tidak mempedulikan apapun. Pikirannya hanya pada satu orang. Yaitu Yoo Jeongyeon.

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang