Ya akhirnya setelah bbrp minggu maaf ya lama bgt.. ini aku akhirnya bisa update lagi😁 krn ujianku udh kelar. Semoga suka terus ya ff ini👍💚 - Author
.
.
.
.
.Kemarin tepat pukul sembilan malam, Yoo Jeongjin menghembuskan napas terakhirnya. Hal itu pun seperti akhir bagi hidup Jeongyeon.
Dan disinilah Jeongyeon di rumah pemakaman Ayahnya yang dilakukan untuk menghormati hari terakhir Ayahnya di bumi ini. Dengan pakaian tradisional korea berwarna hitam Jeongyeon duduk diam disamping peti Ayahnya. Menatap kosong kedepan tanpa tahu apa yang harus ia lakukan lagi setelah ini. Bagaimana kelanjutan hidupnya setelah ini? Jeongyeon benar-benar tak tahu harus melakukan apa. Kesedihan ini pun sudah tak bisa lagi dikeluarkan dalam bentuk tangisan. Air matanya benar-benar sudah kering. Dan sekarang Jeongyeon hanya bisa memendamnya sendirian. Terlalu menyakitkan mengingat apa yang dilakukannya kemarin. Sejak awal dirinya yang selalu percaya jika Ayahnya akan baik-baik saja tapi kemarin, hal yang dilakukannya kemarin benar-benar membuat Jeongyeon tak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Keputusan kemarin adalah keputusan terberat dalam hidup Jeongyeon yang pernah Jeongyeon lakukan.
"Jeongyeon..."
Suara Nayeon menyadarkan Jeongyeon dari lamunannya. Ia bangkit berdiri setelah hampir beberapa jam hanya duduk.
Nayeon pun langsung berjalan mendekat dan memeluk Jeongyeon kuat. Tangis Nayeon pecah melihat sahabatnya yang terlihat begitu hancur. Dibelakang Nayeon ada Seok Jin juga. Lalu beberapa menit kemudian ada Jungkook, TaeHyung, Yoongi, Hongseok dan juga Namjoon masuk ke ruang penghormatan.
Jeongyeon menyudahi pelukannya dengan Nayeon sebentar lalu membungkuk memberi salam.
"Terima Kasih telah datang" kata Jeongyeon dengan suara kecil. Tenaganya benar-benar habis.
Seok Jin, Nayeon, Jungkook, TaeHyung, Yoongi, Hongseok dan juga Namjoon langsung melakukan penghormatan terakhir kepada Jeongjin. Setelah selesai mereka pun keluar dan membiarkan para tamu lain untuk memberi penghormatan terakhir mereka.
Jimin dan keluarganya pun tiba setelah berganti pakaian dan istirahat sebentar. Mereka pun berjalan masuk menuju ke ruang perhormataan terakhir. Minji memeluk Jeongyeon sebentar sebelum melakukan penghormatan. JaeMyung, Minji dan Jeno pun langsung melakukan penghormatan terakhir mereka. Tidak ada Jimin disana. Ia masih berada di luar ruangan. Menatap kearah Jeongyeon dari jauh di pintu. Ia masih tidak mengerti jalan pikiran Jeongyeon saat ini. Ia benar-benar tak tahu sama sekali arah pikiran Jeongyeon dan itu yang membuatnya kesal. Padahal ia sudah berusaha keras untuk selalu bersama dan menguatkan Jeongyeon tapi Jimin sama sekali belum mengerti Jeongyeon. Hal itu yang membuat Jimin kesal sendiri. Jimin yakin ada sesuatu yang disembunyikan Jeongyeon lagi. Dan kali ini Jimin yakin belum ada yang tahu selain Jeongyeon sendiri.
Jimin pun berjalan pergi. Ia yakin Jeongyeon perlu waktu sendiri dan Jimin pun perlu mencerna jalan pikiran Jeongyeon juga saat ini. Ia berjalan menuju teman-temannya yang sedang berkumpul dan berbincang kecil.
"Bagaimana sebenarnya kejadiannya Jimin?? Kudengar kau bersamanya??" Tanya Namjoon saat melihat Jimin didepannya.
Jimin yang awalnya diam hanya bisa menatap teman-temannya sedih. Ia juga bingung. Semua masih diluar nalarnya.
"Nayeon... kau pasti tahu kejadiannya sejak awal bukan??" Tanya Jimin seketika.
"Dari Jeongyeon kecil hingga sekarang..." kata Jimin lagi menatap Nayeon serius.
Nayeon diam hingga akhirnya ia menghembuskan napasnya panjang. Ia sepertinya tak bisa menyembunyikan apapun lagi dari Jimin. Ini demi kebaikan Jeongyeon juga.
"Jimin... aku..."
"Kumohon Nayeon... Aku berhak tahu" kata Jimin serius.
"Aku benar-benar tidak tahu banyak Jimin... Jeongyeon memang terlihat terbuka padaku tapi masih banyak lagi yang hanya ia pendam sendiri.. kau jelas tahu bagaimana sifatnya" kata Nayeon cepat.
"Sebenernya.. Jeongyeon memang selalu begitu..." kata Nayeon menghembuskan napasnya sedih mengingat temannya yang satu itu.
"Di dunia ini... Jeongyeon hanya memiliki Ayahnya... Semua yang ia lakukan sampai saat ini dan alasannya untuk tetap hidup dan bertahan adalah karena Ayahnya..."
"Ibunya meninggal saat ia baru dilahirkan... sejak kecil ia tak pernah merasakan kasih seorang Ibu... Jeongyeon juga selalu menyalahkan dirinya sendiri karena menurut dirinya kematian Ibunya adalah karenanya..." kata Nayeon tak saku bagian itu.
"Sejak awal aku selalu memberitahunya jika itu bukan salahnya... tapi Jeongyeon sangatlah keras kepala.. Saat masih kecil pun ia lebih sering sendirian karena Ayahnya sering bekerja sampai malam dan bahkan keluar kota" kata Nayeon melanjutkan.
"Ia selalu sendirian... itulah yang membuatnya susah bergaul dengan seseorang dan bahkan dirinya memiliki sedikit trauma kecil saat berinteraksi dengan seseorang... Jeongyeon sangat mudah takut jika harus melakukan interaksi dengan seseorang" Kata Nayeon membuat Jungkook dan Taehyung menundukkan kepalanya sedih karena mereka termasuk seseorang yang sering membully Jeongyeon. Mereka benar-benar tidak tahu jika Jeongyeon hidup seberat ini.
"Setelah lulus Sekolah.. Jeongyeon mendapat beasiswa untuk kuliah Kedokteran di Jerman... Ia berjuang mati-matian belajar Kedokteran karena Ayahnya ingin Jeongyeon menjadi seorang Dokter... Tahun ini adalah tahun terakhirnya, ia seharusnya melakukan ujian terakhirnya tahun ini dan seketika ia mengetahui Paman sakit, Jeongyeon langsung kembali ke Korea" tambah Nayeon lagi membuat Namjoon, Hongseok dan Yoongi kali ini terbelak kaget.
"Awalnya Jeongyeon memang sangat shock mengetahui hal itu... tapi Jeongyeon bukan seseorang yang pantang menyerah... Ia akhirnya menuangkan semua ilmu yang pernah ia pelajari untuk menyembuhkan Ayahnya... ia juga mengantikan Ayahnya di Kedai karena keadaan Kedai sedang tidak baik beberapa bulan ini... Biaya pengobatan Paman juga semakin membengkak dan hal itu juga yang membuat Jeongyeon semakin tertekan" kata Nayeon menyadari hal ini sendiri tanpa Jeongyeon tahu. Nayeon memang sangat memahami sahabatnya yang satu ini.
"Tapi untuk yang terakhir ini aku benar-benar tidak mengerti kenapa Jeongyeon membiarkan Paman pergi begitu saja.." kata Nayeon kesal sendiri. Ia menatap Jimin yang terlihat juga berpikir.
"Semua Usahanya ia lepaskan begitu saja kemarin... aku benar-benar tak bisa memahami jalan pikiran Jeongyeon" kata Nayeon lagi.
"Kalau yang itu aku bisa menjelaskannya..."
Sebuah suara muncul dari arah belakang Jimin. Seseorang dengan setelan Jas hitam langsung berjalan bergabung dengan Jimin dan teman-temannya. Dia Jinyoung.
"Apa maksudmu?? Ini jelas sekali salah... Jeongyeon harusnya terus memperjuangkan Paman... bukan menyerah begitu saja... " kata Jimin akhirnya membuka suara.
"Ini memang sedikit sulit dicerna tapi itulah yang terjadi setelah Operasi terakhir Paman, Jimin" kata Jinyoung serius.
"Operasinya memang bisa dibilang sukses tapi Paman tak merespon Alat yang kami pasang di Paru-parunya... Jeongyeon jelas tahu itu... Tapi aku tak pernah bilang semua harapan akan hilang begitu saja tapi Jeongyeon...." Kata Jinyoung tak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Dan Jimin...." kata Jinyoung memandang Jimin serius.
"Aku yakin ini juga bukan Jalan yang Jeongyeon ingin lakukan..." kata Jinyoung menasehati.
"Kau harusnya bisa mengerti.." kata Jinyoung pamit masuk keruang pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...