Jimin pun masuk ke ruangan dingin itu. Ia sekarang berdiri tak jauh dari ranjang Jeongjin. Ia membungkukkan badannya.
"Anyonghaseyo Samchon..." kata Jimin takut-takut.
"Sudah lama kita tak bertemu" kata Jimin lagi.
Jimin, laki-laki terdiam lagi. Semua kenangan kecilnya terputar sejenak saat dirinya masih menjadi anak yang manja.
JaeMyung dan Jeongjin selalu sibuk saat itu. Mereka bahkan sering pergi keluar kota dan kembali setelah satu atau dua bulan. Jimin tidak tahu apa yang mereka kerjakan saat itu. Ia terlalu malas mengurusi urusan yang bahkan sangat ia benci itu. Bahkan Minji pun sering ikut karena terlalu banyak pekerjaan dan Minji harus turun membantu. Jimin pun tumbuh sendiri bahkan saat itu umurnya baru menginjak 8 tahun. Itulah yang membuatnya tumbuh menjadi orang yang dingin dan kejam.
Tapi suatu kejadian membuat Jimin berubah.
JaeMyung dan Minji waktu itu baru pulang dari Jepang. Mereka mengadakan pesta di rumah karena keberhasilan Park Company di Jepang. Mereka mengadakan pesta tepat saat mereka kembali ke Korea. Padahal Jimin ingin sekali kedua orangtuanya meluangkan waktu untuknya dulu tapi mereka lebih memilih mengadakan pesta. Jimin pun akhirnya keluar dari rumah. Ia menuju taman dekat rumahnya tapi langkahnya terhenti saat melihat Jeongjin yang sedang duduk di kursi taman sambil memegang sesuatu benda kecil ditangannya. Jimin yang tak ingin menggangu ingin beranjak pergi tapi langkahnya terhenti saat suara seseorang terdengar.
"Mau kemana??"
Jimin pun berbalik dan membungkuk.
"Anyonghaseyo Samchon..." kata Jimin takut. Dari awal Jimin memang selalu takut pada Jeongjin. Ia jarang tersenyum atau berbicara.
"Kemarilah" kata Jeongjin tersenyum pada Jimin. Jimin pun kaget bukan main.
Lalu Jimin pun berjalan dan duduk di sebelah Jeongjin. Ternyata Jeongjin sedang memegang sebuah foto. Foto seorang Yeoja yang cantik dengan senyum begitu indah.
"Berilah salam... Dia istirku" kata Jeongjin pada Jimin.
"Anyonghaseyo" kata Jimin patuh.
"Yeoboo.... dia Jimin... Park Jimin... Anak dari JaeMyung dan Minji" kata Jeongjin pada foto yang dipegangnya.
"Dia seumuran dengan Anak kita" kata Jeongjin lagi.
Ia mengeluarkan foto lainnya dari sakunya. Kali ini foto Anak kecil dengan pipi yang begitu besar dengan senyum yang begitu indah. Mirip dengan Yeoja tadi.
"Ini Anakku...." kata Jeongjin kembali tersenyum senang.
"Kalian seumuran" kata Jeongjin lagi.
"Apa Imo dan Anak Paman ada dirumah???" Tanya Jimin memberanikan diri.
Jeongjin terdiam sejenak. Ia menitihkan air matanya tapi beberapa detik kemudian ia kembali tersenyum kearah Jimin dan menyeka air matanya.
"Aku juga mengharapkan itu" kata Jeongjin dengan suara kecil tapi Jimin masih dapat mendengarnya.
"Kau kenapa berada diluar???" Tanya Jeongjin sekarang.
Jimin kali ini yang terdiam. Ia menundukkan kepalanya lemas.
"Terkadang kita memang harus menerima segalanya daripada memikirkannya" kata Jeongjin lagi membuat Jimin bingung.
"Kenyataan memang pahit tapi disinilah kita belajar untuk lebih dewasa lagi" kata Jeongjin pada Jimin serius.
"Jimin..." panggil Jeongjin.
Jimin pun menenggok kearah Jeongjin yang menatapnya serius.
"Kau mau percaya pada Samchon...." kata Jeongjin mengantungkan kalimatnya.
"Semua orang tua pasti menyayangi anaknya..." kata Jeongjin pada Jimin serius.
"Bahkan mereka rela mati demi anaknya...."
"Kasih sayang tidak hanya diberikan dengan satu cara... ada banyak cara menyalurkan kasih sayang... termasuk melalukan pesta seperti itu" kata Jeongjin mengerti selama ini perasaan Jimin. Mata Jimin pun mulai berkaca-kaca. Hari ini ia belajar hal penting dari Samchon Yoo.
"Samchon.... Aku....." kata Jimin terbata-bata karena menahan tangisnya.
"Gwenchana..." kata Jeongjin membawa Jimin ke pelukannya. Disitu saat dimana Jimin merasakan Kasih Sayang yang begitu tulus. Ia benar-benar merasakannya.
"APPA!!!"
Suara teriakan seketika terdengar membuat Jeongjin dan Jimin berbalik ke arah suara itu. Mereka berdiri bersama dan menatap kearah anak perempuan itu yang tersenyum begitu indah.
"Appaaa..." teriaknya lagi menghampiri Jeongjin. Jeongjin pun juga ikut berjalan mendekat dan langsung mendekap anak perempuan itu begitu erat. Jimin dapat melihatnya. Mereka pun mengakhiri pelukan mereka dan melihat kearah Jimin yang masih terdiam melihat kearah mereka.
"Sapalah... Dia temanmu namanya Jimin" kata Jeongjin pada anaknya.
Jeongyeon kecil yang tadinya tidak terlalu menaruh perhatian pada Jimin kali ini menaruh perhatiannya pada Jimin dan menatapnya lekat. Pandangan mereka bertemu. Awalnya Jeongyeon tak menunjukkan ekspresi apapun pada Jimin. Hingga beberapa detik kemudian ia menunjukkan Senyuman begitu manisnya dan melambaikan tangannya pada Jimin.
"Anyong Chingu-aa" sapa Jeongyeon tersenyum begitu indah.
Jimin seketika terpatung. Senyum itu, Jimin sangat menyukainya.
"Jimin-aa... Samchon pamit... jaga dirimu baik-baik.... belajarlah dengan benar dan berjanjilah pada Samchon jika suatu saat nanti kau akan tumbuh menjadi laki-laki yang tangguh, sukses dan mencintai istri dan anak-anakmu.... kau tahu paman selalu percaya padamu" kata Jeongjin tersenyum pada Jimin. Jimin seketika ikut tersenyum memandang Jeongjin dan Jeongyeon kecil. Beberapa menit kemudian sebuah mobil datang didepan Mereka. Jeongjin dan Jeongyeon kecil berniat masuk tapi seketika Jeongyeon kecil keluar lagi dari mobilnya dan menghampiri Jimin.
"Ini..." kata Jeongyeon pada Jimin memberikan sebuah permen pada Jimin. Ia kembali menunjukkan senyum manisnya dan membuat Jimin tanpa sadar ikut tersenyum padanya.
"Selamat tinggal Chingu-aa" kata Jeongyeon berlari meninggalkan Jimin dan masuk ke mobilnya.
Sejak saat itu, Jimin tak pernah lagi bertemu Samchon Yoo. Bahkan sekalipun tak pernah. Padahal Jimin ingin sekali menyampaikan terimakasih karena telah membantunya mengerti masalah orang tuanya. Ia juga ingin bertemu Teman kecilnya itu tapi seketika mereka seperti kehilangan kontak. Bahkan kedua orang tuanya awalnya begitu hingga akhirnya Samchon Yoo kembali muncul satu tahun saat dirinya lulus kuliah dan dirinya sudah sangat sibuk dengan urusan kantor dan benar-benar tak bisa menyapanya. Jimin juga tak tahu apa penyakit Samchon Yoo tapi saat Ibunya menelpon dan bilang Samchon Yoo sedang kritis, Jimin langsung berlari keluar dari kantornya tak peduli dengan segala macam masalah kantor yang harus ia selesaikan. Jimin hanya tak mau terlambat.
Jimin kembali membuka matanya yang entan sejak kapan ia tutup. Ia kembali menatap Samchon Yoo yang terbaring lemah. Ia membungkukkan badannya lagi tapi kali ini cukup lama.
"Gomawo Samchon" kata Jimin akhirnya selama 18 tahun ini tertahan.
"Dan...."
"Aku berjanji" kata Jimin lagi lalu beranjak pergi.
Terima kasih untuk semua support dari Readers dan jg comment2nya. Pertemuan Jimin dan Jeongyeon akan segera tiba jd tunggu sebentar lg.
-Author-
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...