16

1.4K 189 15
                                    

Jimin saat ini sedang terdiam di ruangan kerjannya sambil menatap kearah langit-langit. Pikirannya tak bisa fokus pada pekerjaan dan membuat Jimin sejak tadi hanya diam di ruang kerja tak melakukan apapun. Jimin saat ini ia merasa seperti laki-laki jahat yang sangat kejam dan bengis layaknya pada cerita-cerita film antagonis. Ia tidak tahu entah kenapa ia tak bisa menahan emosinya kemarin dan berkata yang aneh. Mulutnya itu tak pernah disaring jika Jimin sedang dalam kondisi emosi. Semua kata-kata kejam dan menyakitkan keluar begitu saja dan kali ini orang yang menerimanya adalah Jeongyeon. Saat melihat luka di tangan Jeongyeon tadi, Jimin benar-benar merasa bersalah. Ini pertama kalinya dalam hidup Jimin, dirinya menyakiti seorang perempuan. Apa ia masih bisa dibilang laki-laki gentelman?

"Yakkk!!!! PARKK JIMIN.... kau mendengar perkataanku tidak sejak tadi???" Tanya Seok Jin pada Jimin yang terdiam di bangku tak mengubris perkataannya sejak tadi.

"Maaf Hyung.... aku sedang tidak fokus" kata Jimin tersadar.

"Sebenarnya kau ini sedang kenapa???" Tanya Seok Jin duduk dikursi depan Jimin.

"Tidak ada..." kata Jimin bohong.

"Yaa!!! Aku sudah mengenalmu hampir 10 tahun dan kau masih meragukanku menjaga rahasiamu.... kau memang keterlaluan.." kata Seok Jin kesal

"Hyunggg... aku dijodohkan Omma" kata Jimin tak punya pilihan lain.

"APAAA??? KAU SERIUS???" Tanya Seok Jin kaget mendengarnya.

"Dengan siapa??? Siapa namanya?? Aku mengenalnnya?? Dia perempuan baik-baik bukan??? Kau menerima perjodohan itu???" Tanya Seok Jin penasaran.

"Tentu saja tidak... aku menolaknya... aku punya pilihanku sendiri... lagipula aku sedang fokus dengan karierku" kata Jimin cepat.

"Lalu apa yang kau pikirkan sekarang??" Tanya Seok Jin bingung.

"Entahlah.... tapi aku merasa bersalah padanya..." kata Jimin bingung pada perasaannya sendiri.

"Kau ini benar-benar aneh.... Kenapa harus merasa bersalah kalau kau jika tak punya salah padanya??? Menolak Perjodohan itu bukan salahmu... terkadang beberapa orang memang tak ditakdirkan bersama" kata Seok Jin mengelengkan kepalanya tak mengerti jalan pikir temannya itu.

"Kau baca dan tanda tangan ..... aku akan keluar" kata Seok Jin berjalan keluar dari ruangan Jimin.

Jimin terdiam mendengar perkataan Asistennya itu. Permasalahannya Jimin telah bersalah karena terus menyulitkan Jeongyeon dan selalu mengatakan kata-kata kasar pada Jeongyeon padahal ini semua bukan salahnya. Jimin pun mengacak rambutnya bingung. Apa yang terjadi padanya hari ini?

.
.
.

Jimin pun melepaskan Jasnya lalu melongarkan ikatan dasinya.. Ia sangat lelah saat ini karena mengerjakan banyak tugas. Ketukan pintu menyadarkan Jimin dari tidur sejenaknya.

"Masuk..." kata Jimin membetulkan posisi duduknya.

Seorang wanita masuk dengan membawa paperbag besar. Dia adalah bagian Resepsionis Park Company.

"Selamat Malam Tuan Park..."

"Tadi Sore ada seorang wanita mengantarkan ini untuk Anda Tuan..." katanya cepat lalu berjalan keluar dari ruangan Jimin.

Jimin terdiam menatap paperbag besar itu. Apa itu dari Ibunya? Tapi tidak mungkin ia mengantarnya ke bagian Resepsionis. Ibunya itu punya fasilitas penuh atas kebebasannya keluar masuk ruangan di Park Company. Jelas itu bukan ibunya. Lalu siapa? Jimin berjalan mendekat dan melihat isi Paperbag besar itu. Ia mengeluarkannya dan mendapati Jasnya yang beberapa hari lalu ia berikan pada Jeongyeon. Ternyata Jeongyeon benar-benar mengembalikannya lagi. Dibawahnya pun ada bungkusan lain lagi. Saat mengluarkannya Jimin mendapati semangkuk Mie dengan beberapa cemilan lainnya dan juga sebuah Vitamin. Jimin pun mengeluarkan semua isi Paperbag itu lalu ia menangkap secarik kertas disana.

Sekali lagi Maaf dan Terima kasih. Aku benar-benar tidak bermaksud sama sekali.

Itulah tulisannya yang tertera di kertas kecil itu. Sangat singkat tapi entah kenapa Jimin merasakan hal yang berbeda atas permintaan maaf dan terima kasih ini. Maaf disini bukan untuk masalah Telepon dan Terima kasih itu juga bukan untuk Jas yang diberikan Jimin. Jimin merasakan hal lain dari kata-kata ini. Ia tidak tahu firasatnya benar atau tidak tapi saat ini Jimin sudah memutuskan untuk menemui Jeongyeon. Ia akan menjelaskan semuanya dan menyelesaikannya secara baik-baik. Ia tidak bisa terus-terus berbuat jahat pada Jeongyeon. Ini bukan seperti laki-laki sejati. Ia tidak boleh menyakiti wanita. Itu memang sudah prinsip Jimin. Ya, Itulah yang benar. Selesaikan dengan baik-baik.

Saat menyelesaikan seluruh pekerjaannya, Jimin langsung turun dan masuk ke mobilnya. Ia akan pergi ke Kedai Yoo saat ini. Ia yakin jika Jeongyeon pasti ada disana walaupun sedikit terlalu larut tapi Jimin percaya jika Jeongyeon masih disana. Saat berjalan mendekat, Jimin menyadari jika lampu kedai sudah mati. Apa sudah tak ada orang lain disana?

Jimin tak mempedulikannya tetap berjalan mendekat. Ia melihat kedalam kaca bening dan awalnya ia hanya melihat bangku kosong hingga seketika ia menangkap seseorang duduk disalah satu meja disana. Pencahayaan hanya mengarah ke meja itu. Ia mendapati Jeongyeon sedang berbincang sambil tertawa kecil dengan seorang laki-laki yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Kening Jimin berkerut mencoba memahami situasi didalam. Ia melihat Jeongyeon yang masih memeluk nampan dan laki-laki didepannya sedang memakan Mie. Apa Jeongyeon membuatnya sendiri untuknya disaat harusnya Kedai sudah tutup??? Jimin menghembuskan napasnya kesal. Entah kenapa sekarang ia merasa kepanasan padahal cuaca cukup dingin.

Jimin masih terdiam disana mengamati kedua insan yang mengobrol asik. Mata Jimin terbelak kaget saat laki-laki didepannya itu menarik Jeongyeon didepannya lalu menarik tangan Jeongyeon paksa. Jimin hampir saja masuk dan memberi pelajaran pada laki-laki itu tapi langkahnya terhenti saat melihat laki-laki itu ternyata mengobati tangan Jeongyeon yang terluka. Jimin bahkan dapat melihat luka itu walaupun jaraknya jauh. Apa separah itu? Laki-laki itu bahkan sedikit memperbannya. Jimin menelan ludahnya sulit. Ia menghembuskan napasnya panjang lalu beranjak pergi. Ia tidak suka situasi ini. Kepalanya sakit dan ia sekarang hanya ingin beristirahat.

"Lupakan..."

"Lupakan Park Jimin.."

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang