Jeongyeon menggerakan tubuhnya yang terasa sangat pegal. Matanya masih terpejam sempurna. Matanya belum sanggup membuka dengan baik. Hingga akhirnya perlahan-lahan mata Jeongyeon terbuka dengan begitu lebar saat menyadari jika dirinya tidak berada di dalam kamarnya. Ia pun langsung terlonjak kaget dan membuatnya jatuh ke lantai dan menimbulkan suara yang cukup keras.
"Jeongyeonn... Kau baik-baik saja???" Pintu kamar pun terbuka dan menampakkan Minji disana. Jeongyeon pun dengan cepat bangkit berdiri dan langsung memberi salam. Ia mengingat semuanya sekarang. Bodohnya dirinya karena ketiduran di Sofa. Jeongyeon memang selalu seperti itu jika sudah tidur. Ia pasti akan sulit dibangunkan kalau bukan karena dirinya sendiri yang ingin bangun.
"Selamat Pagi Bibi... Aku baik-baik saja" kata Jeongyeon cepat.
"Kalau begitu ayo turun.... Kita sarapan bersama" kata Minji cepat.
"Aku akan kekamar mandi dulu... aku akan menyusul" kata Jeongyeon cepat.
Minji pun keluar. Jeongyeon pun langsung menggusap bokongnya yang terasa berdenyut-denyut. Jeongyeon pun berjalan perlahan menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai ia pun berjalan keluar dari kamar. Dan saat bersamaan pula, Jimin keluar dari kamarnya dengan setelan Jas yang begitu rapih. Berbeda dengan dirinya yang masih berantakan. Jimin memang sangat sempurna dirinya tak ada tandingannya untuk Jimin. Jeongyeon pun merasa jika dirinya memang benar-benar bukan orang yang tepat untuk Jimin. Jimin berhak mendapatkan yang lebih baik daripada dirinya. Apa ia harus menyerah dengan perjodohan ini sekarang? Tapi kenapa rasanya begitu sakit? Apa Jeongyeon mulai mencintai Jimin?
"Ini..." sebuah suara menyadarkan Jeongyeon dari lamunannya. Jeongyeon pun akhirnya menyadari jika Jeno berada didepannya sekarang.
"Omma menyuruhku memberikan baju untukmu..." kata Jeno malas. Ia langsung memberikan paksa dan berjalan pergi. Jimin pun yang awalnya melihat kearah Jeongyeon kini juga berjalan kebawah dibelakang adiknya.
"Terima kasih" kata Jeongyeon gagap setelah menerima baju dari Jeno.
Jeongyeon pun kembali masuk dan menganti pakaian. Tapi entah kenapa ia merasa baju ini sedikit aneh dalam tubuhnya. Ukurannya pas. Muat untuk Jeongyeon kenakan tapi Jeongyeon benar-benar tak percaya diri jika harus mengenakan ini didepan keluarga Park. Kenapa Bibi Park memberikannya baju seperti ini? Baju ini benar-benar terlihat aneh saat Jeongyeon pakai.
.
.
.
."Jeno... kau sudah memberikan baju pada Jeongyeon kan??" Tanya Minji pada anak bungsunya.
"Omma sudah berapa kali aku bilang jika aku sudah memberikannya.... tanya saja Jimin Hyung... Dia juga melihatnya" kata Jeno kesal karena ibunya terus saja menanyakkan hal yang sama sejak tadi. Dan sudah berulang selama lima kali.
"Jiminn... bagaimana dengan proyek yang kau kerjakan saat ini???" Tanya JaeMyung pada anak sulungnya yang asik memakan rotinya dalam diam.
"Aku sudah menyelesaikannya... Nanti aku akan kirimkan data-datanya pada Appa" kata Jimin cepat.
"Kalau begitu Appa berangkat duluan... Teman Bisnis Appa dari Jepang ada yang datang menawarkan beberapa saham penting" kata JaeMyung beranjak dari tempat makan.
"Yeobo... Aku berangkat" kata JaeMyung lagi berjalan keluar dari rumahnya tak lupa mengecup pipi istrinya yang sibuk mengoleskan selai di roti untuk dimakan.
"Kenapa Jeongyeon belum turun juga???" Kata Minji terus saja khawatir karena Jeongyeon belum turun.
"Ommo... Ommo....Jeongyeon cantik sekali..." kata Bibi Park seketika terpukau melihat Jeongyeon dengan baju yang ia pilihkan untuk dirinya.
Jimin dan Jeno awalnya tak menaruh perhatian seketika membelakkan matanya kaget saat melihat seseorang yang baru saja turun dari lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...