Jimin pun kembali ke Ruang Inap Jeongjin setelah berbicara dengan Jeongyeon. Jeongyeon tadi pamit ingin menganti pakaian dahulu dan Jimin berakhir pergi duluan ke Kamar rawat Jeongjin. Jimin pun membuka pintu Kamar rawat Jeongjin. Ia terkaget saat tak menemukan siapapun disana. Keluarganya sudah tidak ada hanya ada Paman Yoo disana.
"Akhirnya kau datang..." kata Jeongjin tersenyum kearah Jimin.
"Anyonghaseyo Yoo Samchon" Sapa Jimin langsung membungkuk dan menutup pintu kamar.
"Sudah bertemu dengan Jeongyeon??" Tanya Jeongjin langsung.
"Yaa... dia sedang menganti baju mungkin sebentar lagi akan datang.." kata Jimin takut-takut.
Jeongjin menangguk.
"Terima Kasih Jimin..." kata Jeongjin seketika membuat Jimin membelakkan matanya bingung.
"Untuk apa Paman??" Tanya Jimin bingung.
"Untuk selalu menepati Janjimu" kata Jeongjin tersenyum kearah Jimin.
"Samchon mendengarnya?? Waktu itu Samchon sadar???" Tanya Jimin membelakkan matanya kaget.
Jeongjin tertawa kecil.
"Mendengar apa?? Bukankah dulu aku bilang jika aku selalu percaya padamu... jadi aku yakin kau pasti menepati janjimu" kata Jeongyjin lagi.
Pintu Kamar Rawat pun seketika terbuka. Jeongyeon muncul dibaliknya dan langsung kembali menutupnya.
"Appa... bersiaplahh... kita akan pergi ke ruang Kemoterapi" kata Jeongyeon menyiapkan segala sesuatu.
"Sudah waktunya??? Padahal Appa masih ingin berbicara dengan calon menantuku" kata Jeongjin cepat.
"Appaa... jangan berbicara yang aneh-aneh dan bersiaplah... Jinyoung Oppa sebentar lagi datang" kata Jeongyeon cepat.
Dan benar saja beberapa menit kemudian, Jinyoung dan beberapa perawat masuk membawa sebuah kursi roda.
"Hai Paman... sudah siap melakukan Kemoterapi?? Kali ini tidak akan lama" kata Jinyoung membantu Jeongjin pindah ke kursi roda.
"Apa aku harus meminum obat lagi setelah itu?? Rasa obatnya tak enak bisakah aku tak memakannya??" Tanya Jeongjin pada Jinyoung.
"Appa... obat yang Appa makan itu bagus untuk daya tahan tubuh Appa jadi Appa harus memakannya..." kata Jeongyeon mengambil beberapa kebutuhan yang dibutuhkan diruang Kemoterapi.
"Kau terlalu berisik... aku bertanya pada Jinyoung..." kata Jeongjin mengejek anak perempuannya.
"Hmmm... akan aku usahakan... kita lihat dari hasil Kemoterapi hari ini jika lebih baik akan aku pertimbangkan.." kata Jinyoung tersenyum kearah Jeongyeon yang menatapnya sinis.
"Oppa... tapi obat itu..."
"Ayoo kita Kemoterapi dulu" kata Jinyoung mendorong kursi roda Jeongjin. Diikuti para perawat dibelakangnya.
Jeongyeon menghembuskan napas lelah. Inilah yang terjadi antara dirinya dan Ayahnya akhir-akhir ini. Ia mulai menolak memakan obat dan berakhir berdebat dengan Jeongyeon.
"Semua baik-baik saja??" Tanya Jimin seketika berdiri didepan Jeongyeon yang terlihat menundukkan kepalanya sedikit.
"Tentu saja..." kata Jeongyeon mengangguk menguatkan dirinya.
"Semua akan baik-baik saja..." kata Jimin cepat. Lalu Mereka pun berjalan menuju ke ruang Kemoterapi.
.
.
.
.Waktu berlalu begitu saja. Saat ini Jeongyeon benar-benar menghabisi waktunya hanya di Rumah Sakit. Tidak hanya Jeongyeon tapi Jimin juga lebih memilih berada di Rumah Sakit daripada di Kantor saat ini. Hanya sekedar menemani Jeongyeon atau hanya duduk dan berbincang kecil dengan Yoo Samchon. Ya, Jimin sudah berjanji ia tidak akan membiarkan Jeongyeon sakit sendiri lagi. Sekarang Jeongyeon benar-benar prioritasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...