Hari ini Jeongyeon harus ke Kedai. Sudah hampir seminggu dia tidak kesana karena harus menjaga Ayahnya yang keadaannya kurang stabil. Untungnya kemarin Ayahnya sudah dapat kembali ke Rumah dan pagi-pagi sekali, Jeongyeon sudah bersiap untuk menuju ke Kedai.
"Appa... sudah minum obat pagi ini??" Tanya Jeongyeon disela pekerjaannya yang sedang mencuci piring setelah sarapan pagi bersama Ayahnya.
"Ahh!!! Appa lupa" balas Sang Ayah cepat.
"Baiklah... Tunggu disitu... aku ambil obatnya" kata Jeongyeon menyelesaikan pekerjaannya. Ia langsung berjalan cepat mengambil beberapa obat yang harus diminum Ayahnya lalu kembali menghampiri Ayahnya yang sedang bersantai di halaman rumah mereka.
"Appa... ini diminum" kata Jeongyeon memberikan beberapa obat yang sudah dipilih-pilihnya dan segalas minuman.
"Appa juga jangan lupa minum yang banyak..." kata Jeongyeon lagi cepat.
"Bagaimana dengan buang air besar dan kecil hari ini??? Semua baik-baik saja???" Tanya Jeongyeon pada Ayahnya.
"Appa sudah buang air besar tadi pagi dan mungkin sebentar lagi akan buang air kecil" Balas Appa Jeongyeon cepat.
"Apa Appa kesulitan bernapas akhir-akhir ini??? Lalu Apa Appa masih sering pusing??" Tanya Jeongyeon merapikan obat-obatan Ayahnya.
"Tidak semua sudah baik-baik saja" balas Appa Jeongyeon lagi.
"Baguss... aku akan menyiapkan obat yang harus Appa makan saat siang dan sore nanti..." kata Jeongyeon fokus dengan obat-obatan Ayahnya.
"Semua harus dimakan tepat waktu... aku akan menelpon Pak Kang memastikan Appa makan semuanya" kata Jeongyeon lagi.
"Aku juga akan pergi ke Kedai hari ini... seperti bahan-bahan makanan mulai habis... jadi aku harus belanja" kata Jeongyeon terus saja berbicara.
"Jangan lupa beristirahat dan jangan lepaskan tabung oksigen ini" kata Jeongyeon mengecek tabung oksigen yang berada disamping Ayahnya.
"Pergilahh..." kata Appa Jeongyeon seketika.
"Kau terlalu cerewet...." kata Appa Jeongyeon kesal mendengar ocehan anaknya yang tak henti-henti.
"Appa-mu tidak akan kemana-mana sampai kau pulang nanti" kata Appa Jeongyeon lagi.
Jeongyeon tersenyum kecil. Appanya memang paling kesal kalau diceramahi tentang obat-obatan yang harus diminumnya.
"Baiklahh aku pergii" kata Jeongyeon bangkit berdiri dan memeluk Ayahnya sebentar lalu berangkat.
Jeongyeon pun berangkat. Ia tidak membawa mobilnya hari ini. Jeongyeon memang tak terlalu suka membawa mobil. Ia lebih suka jalan dan naik kendaran umum. Jeongyeon pun keluar dari bus. Ia berjalan sedikit hingga akhirnya sampai ke Kedai Yoo.
"Anyonghaseyo" sapa Jeongyeon masuk kedalam Kedai.
Setelah perbincangan sebentar, Jeongyeon pun kembali keluar dari Kedai. Dugaannya benar-benar tepat jika persedian bahan di Kedai benar-benar habis. Bahkan mereka tak bisa buka di pagi sampai siang karena persediannya benar-benar tak cukup. Jeongyeon pun hari ini harus berbelanja sendirian. Tadinya Jihyo ingin ikut bersamanya tapi Jeongyeon melarang. Ia ingin membiarkan para pegawainya istirahat untuk hari ini. Kedai Yoo akan buka pada sore menjelang malam saja hari ini. Jeongyeon membebaskan mereka untuk istirahat ataupun pulang ke rumah dan sebagainya. Jeongyeon dan ayahnya memang bukan seseorang yang gila bisnis. Bahkan Ayahnya dulu tak segan-segan memberikan libur selama beberapa hari. Jika ada masalah pada salah satu pegawainya, pastinya Appanya akan membantunya. Jeongyeon dan Appanya tak pernah menganggap pegawainya sebagai bawahan. Mereka lebih menganggap mereka seperti keluarga. Maka dari itu, para pegawainya setia dan bekerja dengan keras.
"Kalau begini... aku harusnya membawa mobil" kata Jeongyeon setelah keluar dari Kedai dan melihat List belanjaan yang harus dibelinya sangatlah banyak. Jeongyeon memang tak punya pilihan lain. Ia harus pergi ke Swalayan. Ia pun harus membeli beberapa persedian rumah juga. Setelah sampai Jeongyeon terdiam sejenak diddepan Swalayan. Ia kembali membawa ulang benda-benda yang harus ia beli. Ini adalah kali pertamanya berbelanja sebanyak ini untuk Kedai. Biasanya Bibi Kim atau Ayahnya yang suka berbelanja sebanyak ini tapi hari Jeongyeon yang mengajukan diri sendiri pada Bibi Kim yang tadinya ingin berangkat.
"Kajjaaa..." kata Jeongyeon cepat mengambil Trolly dan mendorongnya masuk ke Swalayan.
Ia pun langsung mencari barang sesuai List yang disuruh. Mulai berkeliling sambil dengan mendorong Trolly. Hingga tanpa sadar, Ada seseorang yang mengamatinya dari luar Swalayan. Orang itu pun mulai berjalan mendekati Jeongyeon. Ia berpakaian rapi dengan setelan Jas berwarna biru dongker. Ia pun melihat Jeongyeon yang terlihat kesusahan mengambil sebuah barang yang tepatnya agak tinggi. Dengan cepat ia mendekat dan langsung mengambilnya. Menyisahkan sedikit jarak diantara mereka.
"Oh?? Jackson??" Kata Jeongyeon berbalik dan mendapati Jackson berdiri dibelakangnya.
"Kita bertemu lagi..." kata Jackson sambil memberikan barang yang ingin diambil Jeongyeon.
"Terima kasih" kata Jeongyeon cepat.
"Kau harus hati-hati.." kata Jackson mengacak rambut Jeongyeon pelan.
"Nee... Terima kasih banyak" kata Jaeongyeon sedikit kaget dengan perlakuan Jackson.
"Kau berbelajan sendiri??? Aku bisa menemanimu jika kau mau..." kata Jackson menawarkan.
"Tentu saj..."
"Tidakk... dia tak sendiri" sebuah suarah menyelak perkataan Jeongyeon.
"Jimin??" Kata Jeongyeon kaget melihat kedatangan Jimin yang tiba-tiba berdiri disebelahnya.
"Park Jimin... kau bersamanya?" kata Jackson manatap Jimin sinis.
"Tentu saja Wang Jackson... kau tak lihat??" Kata Jimin menarik Jeongyeon mendekat dengan tangannya. Sedikit memaksa.
Jeongyeon pun hanya terdiam melihat kedua laki-laki yang ada didepannya.
"Jadi sebaiknya kau pergi saja... karena kami sangat sibuk" kata Jimin sinis sambil menarik Jeongyeon menjauh dari sana.
"Sampai Jumpa Jackson... sekali lagi terima kasih" kata Jeongyeon cepat masih sambil di tarik Jimin.
Jackson terdiam. Ia tidak tahu hubungan Jimin dan Jeongyeon apa. Yamg jelas ia akan melakukan apa aja untuk membuat Jeongyeon bisa berada di sampingnya. Termasuk melenyapkan musuhnya itu.
.
.
.
.
.
.
."Jimin..."
"Jiminnn..."
"Sakit..."
"Jimin... lepas..."
"Park Jimin!!!" Kata Jeongyeon meninggikan suaranya.
Jimin pun menghembuskan napas kasar. Ia menghempaskan tangan Jeongyeon kesal. Entah kenapa dirinya sekarang emosi melihat Jackson menyentuh kepala Jeongyeon. Ia bahkan nekat langsung menghampiri mereka dan menarik Jeongyeon pergi. Kenapa dari semua laki-laki yang ada di dunia ini, harus Wang Jackson sialan itu yang melakukannya?
"Kenapa kau bisa kenal Wang Jackson sialan itu??" Kata Jimin emosi.
"Bagaimana kalian bisa kenal?? Apa dia menyakitimu?? Apa dia melukaimu??" Tanya Jimin panik.
"Kami ini berteman..." kata Jeongyeon cepat.
"Dan dia tak menyakitiku sama sekali" tambah Jeongyeon lagi.
"Berteman??" Kata Jimin tak suka.
"Tidak boleh!!" Kata Jimin lagi.
"Kau tidak boleh berteman dengan laki-laki seperti Wang Jackson sialan itu" kata Jimin kesal.
"Memangnya kenapa?? Jackson orang yang baik" kata Jeongyeon tak suka dilarang oleh Jimin.
"Pokoknya kau tak boleh berteman dengannya" kata Jimin lagi.
"Memangnya kenapa??? Apa kau ada masalah dengan Jackson??" Tanya Jeongyeon lagi tak mengerti jalan pikir Jimin.
"Itu tidak penting... Aku tidak mau tahu kau harus menjauhinya... " kata Jimin serius.
"Tapi Jimin... Jackson adala..."
"TIDAK!!!" Bentak Jimin meninggikan suaranya.
"Aku tak mau milikku direbut olehnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...