Jeongyeon terdiam di depan Kasir. Ia makin sering melamun akhir-akhir ini. Selalu saja ada sesuatu yang dipikirkannya. Jimin sudah dinyatakan sembuh setelah hampir dua hari dirawat dan ia sudah pulang. Jeongyeon pun juga harus melanjutkan pekerjaannya. Bukan hanya tentang Kedai tapi juga Ayahnya. Ia masih belum mau memberitahu Jimin keadaan sebenarnya. Ya, Jimin tidak tahu jika Ayah Jeongyeon adalah Samchon Yoo yang ia kenal. Jeongyeon meminta Paman dan Bibi Park juga merahasiakan ini. Entah bagaimana kelanjutannya nanti saat Jimin tahu. Jeongyeon hanya tidak mau jika Jimin menikahinya hanya karena kasihan. Jujur Jeongyeon sangat memimpikan pernikahan dengan Happy Ending. Ia hanya ingin menikah sekali dengan orang yang ia kasihi juga. Orang yang dapat menjaganya, mengasihinya dan selalu bersamanya.
Tapi Jimin, Laki-laki itu jelas menolak mentah-mentah dijodohkan dengannya. Perilaku Jimin memang akhir-akhir ini berubah tapi Jeongyeon tahu, ini bukan kerena Jimin mulai menyukainya. Itu karena Jimin sudah tahu jika dirinya tak pernah bertemu dengan ibunya. Jimin pasti hanya kasihan pada dirinya. Jeongyeon benar-benar yakin akan itu.
Jeongyeon hanya takut saat ini jika benar hanya dirinya yang akan merasakan kesakitan karena perjodohan ini. Penyebabnya adalah satu yaitu hati Jeongyeon yang mulai mengatakan hal lain saat ini. Kenyataan yang mulai mengatakan jika Jeongyeon menaruh hatinya pada Jimin. Laki-laki itu terus saja berhasil membuat dada Jeongyeon naik turun saat berada didekatnya.
KRINGGGGG!!!
"Kedai Yoo disini" kata Jeongyeon tersadar dari lamunannya dan langsung mengangkat telepon yang ternyata sudah sejak tadi berbunyi.
"Kenapa lama sekali mengangkat???"
Jeongyeon terdiam sejenak. Ia menjauhkan telepon Kedai yang ia pegang sebentar lalu kembali mendekatnya lagi ke telinganya. Suaranya terdengar familiar.
"Kedai Yoo disin..."
"Ini aku... Park Jimin"
Suara orang itu menyelak perkataan Jeongyeon. Jeongyeon pun tersadar. Ternyata memang Jimin. Ia kira awalnya ia hanya terlalu banyak berkhayal hingga mendengar suara Jimin saat ini.
"Ohh?? Jimin... Ada Apa???" Tanya Jeongyeon cepat.
"Sebentar lagi makan siang... Aku lapar... Antarkan beberapa makanan ke Kantor sekarang... Teman-teman juga akan datang jadi bawalah yang banyak"
"Baik... Nanti Byunjin yang akan mengantarkan" kata Jeongyeon setelah mendengar perkataan Jimin.
"Tidakk!!"
"Kau yang antar kesini... aku tak akan menerima jika bukan kau yang mengantarkan"
Sambungan pun langsung terputus. Jeongyeon pun menghembuskan napas kesal. Ia tidak bisa berbuat banyak jika berurusan dengan seorang Park Jimin. Jeongyeon pun mulai menyiapkan makanan untuk Jimin dan teman-temannya. Makanan untuk Jimin, Jeongyeon buat dengan hati-hati. Ia tidak mau Jimin jatuh sakit lagi seperti kemarin. Setelah selesai Jeongyeon pun langsung berjalan keluar dari Kedai dan menuju mobilnya. Ia harus mengantarkannya langsung karena permintaan Jimin. Setelah hampir 30 menit, Jeongyeon pun akhirnya sampai. Ia masuk ke Lobby dan menuju Resepsionis.
"Selamat Siang... Ini makanan yang dipesan Tuan Park... Kedai Yoo" kata Jeongyeon memberikan pada bagian Resepsionis karena dirinya sedang tidak ingin bertemu dengan Jimin.
"Nona Jeongyeon???" Kata Wanita Resepsionis itu pada Jeongyeon dan langsung membuat Jeongyeon bingung karena dari mana dia tahu namanya.
"Maaf Nona.. Tuan Park mengatakan jika Nona harus langsung mengantarkannya ke Ruang Tuan Park" kata Wanita Resepsionis itu lagi.
Jeongyeon terdiam sebenatar lalu beberapa menit kemudian, Jeongyeon pun kembali berjalan. Ia masuk ke Lift dan menekan tombol lantai paling atas.
Hanya mengantarkan dan langsung pulang. Itulah yang terus Jeongyeon yakini saat ini. Hanya mengantarkan makanannya lalu langsung pamit pulang. Lift pun terbuka dan Jeongyeon langsung dikaget dengan keberadaan Seok Jin didepannya.
"Ohh?? Jeongyeon kau sudah datang???" Tanya Seok Jin melihat kearah Jeongyeon sambil menjauhkan teleponnya sebentar. Sepertinya dirinya sekarang sedang menelpon seseorang.
"Nee... Oppa" kata Jeongyeon takut.
"Masuklah langsung... Jimin ada didalam" kata Seok Jin berjalan masuk ke Lift sedangkan Jeongyeon keluar dari Lift.
"Aku harus kebawah sebentar... sampai nanti" kata Seok Jin cepat dan pintu Lift pun kembali tertutup.
Jeongyeon pun menghembuskan napas sebentar lalu kembali berjalan dengan bungkusan makanan dikedua tangannya. Jeongyeon pun berjalan lurus menuju kesebuah pintu besar di ujung lorong. Ia mulai akrab dengan lorong ini. Jeongyeon ingat sekali saat pertama kali melewati lorong ini sendirian, Jeongyeon begitu ketakutan. Tapi sekarang tidak lagi. Ia sudah beberapa kali melewati lorong panjang ini. Hingga akhirnya Jeongyeon sampai didepan pintu besar itu. Saat ingin mendorong pintu besar itu pergerakan Jeongyeon terhenti saat mendengar sesuatu. Asalnya dari dalam. Jeongyeon pun mendekatkan telinganya ke pintu mencoba mendengar dengan baik.
"Jimin sayang... kemarilah"
Jeongyeon pun tersentak kaget saat mendengarnya. Ia menjauhkan telinganya tak mau mendengar. Jeongyeon menggelengkan kepalanya mencoba berpikiran positif. Tapi entah kenapa dirinya sudah merasakan Dadanya seperti tertusuk beribu jarum. Jeongyeon pun memberanikan dirinya membuka pintu Jimin perlahan. Pergerakannya langsung terhenti saat melihat Jimin sedang dipeluk oleh seorang wanita dari belakang. Jeongyeon yang tak mau melihatnya lagi langsung menutup pintu cepat. Air matanya tak bisa tertahan. Jeongyeon pun langsung berlari menjauh dan meninggalkan asal bungkusan makanan yang ia bawa. Entah kenapa Jeongyeon saat ini terasa begitu sakit saat ini. Ia memencat tombol Lift berulang-ulang kali supaya cepat terbuka. Ia tidak tahu Jimin menyadari keberadaannya atau tidak yang jelas dirinya saat ini benar-benar tak mau melihat Jimin. Lift pun seketika terbuka dan Jeongyeon pun langsung masuk. Ia langsung berjalan keluar dari Park Company tanpa pamit. Hatinya terasa begitu sakit saat ini. Ia tidak tahan berada disana.
.
.
.
.Jimin memutuskan sambungan secara sepihak setelah menelpon Kedai Yoo. Ia bisa membayangkan ekspresi kesal Jeongyeon saat inj jika dirinya memutuskan sambungan secara sepihak. Hingga tanpa sadarnya tertawa kecil. Lalu Pintu Ruangannya pun seketika terbuka.
"Jiminnn.."
Suara nyaring seorang perempuan langsung bergema diruangan Jimin dan hal itu membuat telingan Jimin cukup sakit.
"Jiminn... Aku sangat merindukkanmu" kata Perempuan itu lagi menyelonong masuk dan langsung memeluk Jimin dari samping dan membuat Jimin begitu risih.
"Yakkk!!! Yakkk!! Lepaskan" kata Jimin sinis.
"Jiminnn... kau kenapa jadi galak seperti ini???" Kata Perempuan itu manja dan kembali menggandeng tangan Jimin manja.
"Yakk!!! Yakkk!! Hentikann!!" kata Jimin menjauhkan dirinya dari Wanita yang baru saja menerobos masuk Ruangannya.
"Kau tak merindukkanku Jimin???" Tanya Wanita itu akhirnya menjauh dan duduk disofa ditengah Ruangannya.
"Berhentilah berbicara!! Kau sangat menganggu!!" Kata Jimin sinis.
"Ayolah Jimin... Kemarilah duduk disini... kita sudah lama tak bertemu" ajak Wanita itu membuat Jimin geli.
"Jimin Sayang.... Kemarilah" kata Wanita itu menggoda.
Jimin pun berdiri dan membalikkan badannya mencari beberapa berkas yang ia butuhkan. Hingga seketika Jimin terkaget saat merasakan pelukan dari belakang. Jimin pun langsung melepaskannya dan menjauh.
"Yakkk!!! Hentikan Dahyun!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...