"Yeoboo... Kau tak apa???" Seok Jin muncul saat mendengarkan suara istrinya. Ia juga melihat Jimin yang berada tak jauh disana. Seketika membuatnya naik pitam.
"YAKK!!! PARK JIMINN!!! BERANI-BERANINYA KAU!!!" Teriak Seok Jin siap memukul Jimin tapi langsung di tahan Nayeon dan juga Jungkook yang seketika muncul. Namjoon dan Taehyung pun langsung menjauhkan Jimin dari dapur.
"Jimin... kau sebenarnya kenapa??" Tanya Namjoon langsung.
Jimin masih terdiam dengan perkataan Nayeon. Ia melihat jelas raut wajah Nayeon yang langsung berubah saat dirinya berbicara masalah Jeongyeon. Jimin tak terlalu menyukai jawaban Nayeon yang mengatakan Jeongyeon akan semakin sedih jika dirinya tahu. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Jeongyeon? Seketika Jimin langsung khawatir dengannya.
"Aku harus pergi..." kata Jimin seketika. Ia mengambil barang-barangnya dan langsung berjalan keluar.
"Jimin... Kau mau kemana??" Teriak Taehyung cepat. Tapi Jimin tak menjawab dan langsung menghilang begitu saja. Jimin mengendarai mobilnya langsung menuju rumahnya. Perkataan Nayeon terus saja berputar di kepalanya. Ia berusaha untuk tak penasaran tapi apa sekarang ia sudah berada didepan Kedai Yoo. Ia bahkan dapat melihat Jeongyeon yang sedang membersihkan meja makan.
Sebenarnya apa yang terjadi padamu Park Jimin?
Jimin terus menatap kearah Jeongyeon. Ia terus saja bekerja sambil tersenyum menyapa pelanggan. Semua terlihat baik-baik saja. Semua terlihat tak ada yang terjadi. Hingga akhirnya Jimin kembali melihat Jeongyeon yang terdiam di meja kasir. Ia kembali melihat wajah yang amat Jimin ingin pertanyakan. Raut wajah yang Jimin tak bisa artikan. Ia seperti menatap kearah sesuatu. Jimin pun mencari arah tujuan pandangan Jeongyeon. Hingga akhirnya Jimin melihat seorang ibu yang sedang menyuapi anak kecil disampingnya. Lalu didepan anak itu, ada Ayahnya yang mengajaknya mengobrol. Anak kecil terlihat sangat bahagia dan lucu. Jimin bahkan ikut tersenyum melihat tingkat lucunya tapi kembali saat melihat kearah Jeongyeon, ia melihat Jeongyeon kembali meneteskan air matanya. Hingga seseorang muncul di samping Jeongyeon, ia pun langsung menyeka air matanya dan kembali menjadi Jeongyeon yang ceria.
Wajah Jimin seketika mengeras saat melihat Jeongyeon yang sedang berbincang dengan seseorang yang juga ia kenal.
Wang Jackson. Laki-laki sialan itu benar-benar tak mendengarkan ancamannya kemarin. Jimin pun turun dari mobilnya dengan kesal. Ia langsung masuk ke Kedai Yoo layaknya dialah yang memiliki Kedai tersebut.
"Jimin??? Sedang apa kesini???" Tanya Jeongyeon kaget saat melihat Jimin masuk dari pintu dan langsung berjalan kearahnya.
"Hey... Park Jimm... kita bertemu lagi" kata Jackson santai. Ia bahkan memberikan senyum terindahnya saat melihat musuh besarnya datang.
Jimin hanya menghembuskan napasnya malas melihat kearah Jackson. Jackson yang mengerti jika Jimin tak menyukai keberadaannya langsung kembali fokus pada Jeongyeon.
"Jadi bagaimana?? Kau bisa datangkan??" Tanya Jackson lagi pada Jeongyeon.
"Datang??? Datang kemana???" Tanya Jimin menyelak Jeongyeon yang ingin berbicara.
"Minggu depan Ulang Tahun Wang Company dan juga merayakan kesuksesaan tahun ini... Wang Company bisa mendepati kedudukan pertama Perusahan se-Asia" kata Jackson sombong. Jimin pun hanya bisa menatap Jackson geram. Ingin sekali ia membuat babak belur wajah sialan itu tapi kembali ia harus mengatur emosinya. Andai saja Jimin tak kelewatan memeriksa beberapa dokemen sudah dipastikan perghargaan itu jatuh pada Park Company karena tahun ini Park Company menempati tempat ke-2 se-Asia.
"Kau juga boleh datang...Jimin" kata Jackson cepat terlihat menyindir Jimin.
"Aku tidak memiliki waktu!!" Kata Jimin malas.
"Begitu?? Padahal kau tamu istimewa juga... lagipula Jeongyeon pasti akan sedikit kesepian... ia pasti bosan hanya mengobrol denganku saja nantinya" kata Jackson ambigu membuat rahang Jimin mengeras mengetahui sifat nakal musuhnya itu.
"Tentu saja tidak.... Jimin pasti sibuk" kata Jeongyeon menyelak.
"Baiklah.... Aku harus kembali mengurus beberapa hal... aku akan menunggumu Jeongyeon.. sampai nanti" kata Jackson langsung pamit pergi.
Jeongyeon dan Jimin pun hanya terdiam tak tahu harus berbuat apa.
"Aku harus ke dapur" kata Jeongyeon pamit begitu saja meninggalkan Jimin. Ia takut Jimin akan menanyakan hal lainnya pada dirinya.
"Jeongyeon..."
"Jeongyeon..."
"Kau tidak akan datang kan???" Tanya Jimin mengikuti langkah Jeongyeon menuju dapur. Bahkan ia tak takut untuk langsung masuk ke dapur dan membuat dirinya dan Jeongyeon menjadi sorotan mata.
"Aku tidak tahu..." kata Jeongyeon bingung harus menjawab apa.
"Tidak tahu???" Kata Jimin mengulang perkataan Jeongyeon yang ambigu.
"Jimin... kumohon aku harus bekerja" kata Jeongyeon kembali berjalan meninggalkan Jimin. Jimin yang tak mengalah kembali mengikuti Jeongyeon dari belakang.
"Dia itu orang yang tak baik Jeongyeon... dia juga sangat membuatmu takut karena menguntitmu di Mall... lalu kau masih mau berbicara dengannya???" Tanya Jimin kesal.
"Kejadian itu hanya salah paham Jimin" kata Jeongyeon sambil fokus dengan pekerjaannya menyusun piring yang baru di cuci ke rak supaya bisa dipakai kembali.
"Salah paham?? Lagipula aku sudah bilang untuk menjauhinya dan kenapa kau masih dekat dengannya???" Tanya Jimin lagi.
"Dia datang kesini... aku juga tak tahu" kata Jeongyeon menatap Jimin sebentar lalu kembali fokus.
"Kau hanya perlu bilang kau sibuk... tidak memiliki waktu... kenapa kau seperti ingin sekali pergi ke acara sialan itu? Apa kau katakan jika bisa datang besok???" Tanya Jimin cepat.
"Aku bilang akan kuusahakan..." kata Jeongyeon ragu.
"Akan kuusahakan???" Kata Jimin jengkel.
"Aku tidak bilang Ya Jimin" balas Jeongyeon lagi.
"Tapi itu seperti jawaban Ya untuknya" kata Jimin.
"Apa yang dia katakan padamu sampai kau mau datang?? Kau pikir apa yang kau lakukan?? Itu bukann hanya pesta biasa... hanya orang-orang tertentu yang bisa datang dan Jackson pasti mengundang laki-laki hidung belang yang hanya suka meniduri wanita" Tanya Jimin benar-benar kesal.
"Dia tak mengatakan apapun Jimin... dan itu tidak mungkin" elak Jeongyeon.
"Tidak mungkin?? Apa yang ia katakan padamu atau Jackson pasti mengancammu kan??" Tanya Jimin cepat.
"Tidak... ia hanya bilang itu pesta biasa... Orang tuanya juga datang dan ia berkata jika ibunya ingin menemuiku" kata Jeongyeon menjelaskan.
"Ibunya ingin menemuiku karena aku telah menyelamatkan Jackson waktu hari kecelakaannya" tambah Jeongyeon lagi.
"Hanya karena itu?? Jangan bercanda Yoo Jeongyeon!! Itu pasti hanya alasan" kata Jimin kesal.
"Jackson bahkan tak pernah peduli dengan Ibunya... lagipula setiap orang memiliki ibu mereka masing-masing... jadi untuk apa kau sangat ingin menemui ibunya Jackso..."
"KARENNA AKU TAK MEMILIKINYA!!" Teriak Jeongyeon geram. Ia sekuat tenaga menahan tanggisnya. Kali ini ia menyudahi pekerjaannya dan menatap Jimin serius.
"Aku sangat peduli karena tak semua orang beruntung memiliki seorang Ibu..." kata Jeongyeon minitihkan air matanya dan langsung beranjak pergi dari sana.
Tanpa mereka sadari sejak tadi beberapa orang melihat pertengkaran mereka dari dapur. Jeongyeon pergi dari Kedai dan Jimin masih terdiam membeku. Ia tak tahu maksud Jeongyeon tapi ia kembali menitihkan air matanya dan seketika itu menyakiti Jimin.
Bibi Nam yang ada disitu langsung menyuruh kembali para pegawai lainnya bekerja. Ia pun menghampiri Jimin.
"Nak... sebaiknya kau kembali" kata Bibi Nam melanjutkan pekerjaan Jeongyeon.
"Apa Jeongyeon..." kata Jimin mengantungkan kalimatnya karena ia tak percaya.
"Jeongyeon benar... tak semua orang beruntung" kata Bibi Nam pergi meninggalkan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...