27

1.7K 204 10
                                    

Jeongyeon terdiam membeku mendengar perkataan Jimin. Dadanya langsung berdetak dua kali lipat dari biasanya. Jeongyeon bahkan mulai merasakan pipinya yang terbakar rasa malu. Ia benar-benar sudah gila saat ini.

"Pokoknya Kau Tak boleh berhubungan dengan Wang Jackson... Dia orang yang sangat licik" kata Jimin lagi tak menyadari jika Jeongyeon sangat gugup sekarang.

"Jawabb!!!" Kata Jimin menyadarkan Jeongyeon dari lumanannya.

Jeongyeon pun mengangguk kaku. Ia tak sanggup berkata apapun. Bibirnya terasa kaku sekarang.

"Ayo kutemani berbelanja" kata Jimin cepat mendorong Trolly yang dibawa Jeongyeon dan mengambil kertas List yang berada di tangan Jeongyeon.

Jeongyeon pun hanya bisa terdiam sambil mengikuti Jimin dari belakang. Setelah menyelesaikan semua belajaan, Jimin pun berjalan keluar dengan beberapa plastik di tangannya. Jeongyeon pun sama. Jeongyeon berjalan dibelakang.

"Jimin... hmmm... terima kasih karena telah membantuku berbelanja.." kata Jeongyeon terhenti sejenak. Jimin pun sama. Ia kali ini melihat kearah Jeongyeon.

"Aku akan pulang sendiri.... kau kembalilah ke kantor..." kata Jeongyeon merebut paksa belajaannya yang dipegang Jimin.

"Tidak!!" Kata Jimin mengambil semua belanjaan di tangan Jeongyeon.

"Aku akan mengantarmu sampai ke Kedai" kata Jimin lagi.

"Tapi... Kau harus kembali ke Kant..."

"Aku tak saku dibantah" kata Jimin lagi serius menyelak perkataan Jeongyeon lalu kembali berjalan.

Jeongyeon terdiam sejenak. Pipinya kembali memanas. Ia jadi salah tingkat sendiri sekarang.

"Cepatt!!!"

Suara Jimin kembali terdengar dengan lebih keras. Jeongyeon pun tersadar dari lamunannya dan sudah melihat Jimin berada cukup jauh didepan. Jeongyeon pun mempercepat langkahnya menyusul Jimin didepan. Suasana di Mobil sekarang sangatlah hening. Tidak ada yang bersuara diantara Jimin dan Jeongyeon. Jeongyeon jelas tak akan berani berbicara apapun tapi Jimin tidak. Biasanya ia akan mengomel, marah karena selalu saja Jeongyeon membuatnya susah.

"Bagaimana kau bisa mengenal Jackson??" Tanya Jimin membuka suara.

"Jackson?? Saat itu kita tak sengaja bertabraknya dan dia membantuku" kata Jeongyeon menjelaskan kejadian di Rumah Sakit saat Ayahnya dirawat.

"Dia tak mengatakan hal apapun padamu?? Dia tak berbuat jahat??" Tanya Jimin lagi cepat.

"Tidakk... kami hanya mengobrol sebentar" balas Jeongyeon.

"Ahh!! Jackson... Dia laki-laki yang tertabrak waktu itu...." kata Jeongyeon mengingat kembali pertama kalinya dirinya bertemu dengan Jackson.

"Tertabrak???" Tanya Jimin tak mengerti.

"Iyaa... saat aku mengantarkan Mie padamu dan teman-temanmu saat makan siang... Dia laki-laki yang tertabrak truk itu" kata Jeongyeon cepat.

"Dia juga laki-laki yang mengikutiku saat di Supermarket.... katanya dia ingin berterimakasih tapi karena aku ketakutan dia akhirnya pergi" kata Jeongyeon lagi menjelaskan.

"Jadi dia yang mengikutimu di Supermarket waktu itu??? Kau yakin dia tak ada niat jahat??" Tanya Jimin lagi tak percaya perkataan Jeongyeon.

"Tidak... dia laki-laki yang baik" kata Jeongyeon tersenyum kecil.

Jimin yang melihat reaksi Jeongyeon tadi seketika emosi. Ia seperti tidak suka Jeongyeon memikirkan laki-laki lain apalagi si sialan Jackson itu.

"Berhenti tersenyum... kau semakin jelek!!!!" Kata Jimin kesal.

Jeongyeon pun hanya bisa terdiam sambil melihat kearah keluar. Baru tadi Jimin bersikap manis padanya sekarang dirinya sudah kembali menjadi Jimin yang menyebalkan dan selalu mengluarkan kata-kata pedas.

Jimin dan Jeongyeon pun sampai di Kedai Mie Yoo. Jeongyeon pun langsung membawa belanjaan ke dapur. Kedai pun langsung dibuka. Entah kenapa pelanggan langsung menyerbu begitu saja hingga membuat Kedai menjadi sangat padat. Pesanan Mie pun langsung menumpuk. Jeongyeon hari ini akan bekerja melayani. Salah satu pekerjannya yang harusnya melayani sedang sakit dan Jihyo pun masih berada di Kampus. Jadinya pelayan hari ini menjadi kurang banyak. Jeongyeon disatu sisi menulis pesanan disisi lain mengantarkan Mie kepada pelanggan lainnya. Keringat sudah bercucuran sangat deras di kening Jeongyeon. Ia cukup kewalahan saat ini. Hingga seketika ia hampir saja memecahkan sebotol Soju jika saja tidak ditangkap orang didepannya.

"Sinii..." kata Jimin mengambil semua botol Soju di tangan Jeongyeon dan memberikannya ke meja pelanggan.

"Jimin... kau belum kembali??" Tanya Jeongyeon kaget bukan main.

Jimin tak menjawab dan malah melepaskan Jas dan dasinya lalu memberikannya pada Jeongyeon.

"Jimin... sebaiknya kau kembali saja ke kantor" kata Jeongyeon cepat.

"Kau mengusirku?? Berani sekali?" Kata Jimin manatap Jeongyeon sinis.

"Tidak... bukan begitu maksudku... tapi kau kan juga sibuk dengan urusan kanto..."

"Tidak... aku sedang mempunyai waktu luang hari ini... Seok Jin Hyung akan menyelesaikan sisa tugasku hari ini" kata Jimin memotong sambil mengambil pesanan dan kembali memberikannya pada pelanggan.

"Cepatt!!! Kau tak lihat Kedai sangat ramai" kata Jimin menyadarkan Jeongyeon dari lamunannya. Jeongyeon pun tersadar. Ia bingung sekarang.

Sudahlah ia urus nanti saja. Sekarang terlalu banyak pelanggan dan hal itu membuat kepala Jeongyeon pusing. Ia harus bergerak dengan cepat juga. Suasana Kedai pun terus saja ramai. Bahkan sudah pukul sembilan malam. Tapi setelah 30 menit berlalu, akhirnya Kedai mulai sepi. Jeongyeon pun sudah memberikan tanda jika Kedai sudah tutup. Saat ini semua orang sedang rapi-rapi. Begitu pun Jeongyeon yang masih harus mengelap beberapa meja lagi. Mata Jeongyeon pun berputar kali ini ia melihat kearah Jimin yang sedang meragangkan tubuhnya. Sepertinya ia juga kelelahan. Bahkan tampak terlihat dari Kemeja putihnya yang terlihat basah karena keringat, kancing bajunya yang sudah buka dipaling atas lalu bajunya yang sudah ia keluarkan dan tangannya sudah ia gulung keatas. Jeongyeon pun mengambil air dingin dan berjalan mendekat kearah Jimin yang sedang duduk disalah satu meja pelanggan. Sudah tidak ada siapapun disana. Hanya Jeongyeon dan Jimin. Pelanggan terakhir baru saja pamit.

"Minumlah!!" Kata Jeongyeon takut.

Jimin tak berkata apa-apa dan langsung mengambil gelas ditangan Jeongyeon dan meminumnya cepat. Para pegawai pun pamit pulang dan akhirnya tersisa Jimin dan Jeongyeon saja di Kedai.

"Kau juga kembalilah" kata Jeongyeon takut-takut.

"Terima kasih karena telah membantu Kedai hari ini..." kata Jeongyeon bangkit berdiri lalu mengambilkan Jas dan juga dasi Jimin lalu menyerahkannya pada Jimin.

Jimin yang melihat itu hanya terdiam sejenak lalu mengambil Jas dan dasinya lalu melatakkannya di Meja. Ia berdiri dan mendekat kearah Jeongyeon. Jeongyeon yang takut langsung berjalan mundur tapi langkahnya terhenti saat sebuah meja memblokir jalannya. Jarak mereka semakin tipis.

"Kau pikir semua ini gratis??" Kata Jimin tersenyum menang.

Jeongyeon pun membelakkan matanya kaget. Sebenarnya apa yang diinginkan Jimin?

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang