Jimin menggerakan tubuhnya malas. Badannya pegal dan kepalanya sedikit pusing. Jujur, Jimin sangat lelah saat ini. Tapi mata Jimin yang awalnya masih terpejam langsung terbuka saat mengingat kembali semua kejadian kemarin malam.
Yoo Jeongyeon.
Nama perempuan itu langsung masuk ke kapala Jimin dan membuat Jimin langsung bangkit dari tempat tidurnya.
Jimin berjalan menuju kamar Jeongyeon yang berada disebelah kamarnya. Saat ingin mengetuk pintu kamar Jeongyeon, gerakan Jimin terhenti saat mendengar suara Jeongyeon di lantai bawah dari arah dapur.
Jimin pun langsung berjalan menuju dapur dan langkahnya terhenti saat melihat Jeongyeon sedang sibuk memasak sendirian.
"Ohh... Jimin kau sudah bangun??" Suara Jeongyeon menyadarkan Jimin dari lamunannya.
"Ini masih terlalu pagi... Aku tahu kau lelah.. lebih baik kembalilah tidur" kata Jeongyeon kembali fokus memasak.
Jimin pun berjalan mendekat. Ia merasakan sesuatu yang salah saat ini. Ia tidak suka sikap Jeongyeon saat ini.
"Tapi jika kau memang sudah lapar, aku akan membuatkan omelet. Bagaimana??" Tanya Jeongyeon lagi masih sibuk memasak.
"Aku akan cepat memasaknya.."
"Tunggu sebenta..."
"Hentikan!!" Kata Jimin seketika menarik lengan Jeongyeon kuat dan membuat Jeongyeon berhenti dari pekerjaannya.
"Jimin... aku sedang memasa.."
"YAKKKK!!!" Teriak Jimin membuat Jeongyeon terdiam membeku.
"Berhentilah bersikap seperti ini..." kata Jimin lagi.
"Berhentilah bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun dan semuanya baik-baik saja" kata Jimin lagi menatap Jeongyeon serius.
"Aku tidak suka cara seperti ini Jeongyeon" kata Jimin lagi.
"Berhentilah bersikap kuat seperti in.."
"Lalu mau-mu aku seperti apa?" kata Jeongyeon menyelak. Matanya kembali berkaca-kaca mendengar semua perkataan Jimin padanya.
"Aku harus apa??"
"Apa yang harus kulakukan?"
"Katakan Park Jimin... Apa yang harus kulakukan?" Kata Jeongyeon meninggikan suaranya.
"Apa aku harus menangis meraung-raung setiap saat... setiap hari layaknya orang tak punya kehidupan lagi"
"itu yang kau mau?" Kata Jeongyeon kesal. ia menitihkan air matanya tak sanggup menahan. Sudah dengan susah payah Jeongyeon membangun kekuatan tapi Jimin kembali meruntuhkannya.
"Berhentilah bertingkah seperti kau tahu segalanya Park Jimin!!"
"Semuanya tak sesederhana itu" Kata Jeongyeon langsung pergi meninggalkan Jimin yang masih terdiam.
Jimin benar-benar membeku. Ini pertama kalinya ia melihat Jeongyeon berbicara seperti itu. Kata-kata yang tak pernah ia gunakan untuk menyakiti seseorang. Akhirnya semuanya keluar saat ini. Jimin tak bisa mempungkiri jika Jeongyeon sangat kesakitan saat ini.
.
.
.
.Jimin menyelesaikan pekerjaannya lebih awal. Ia harus menjemput Jeongyeon ke Kedai saat ini. Menurut info dari ibunya, Jeongyeon tadi pamit untuk ke Kedai. Padahal Jimin sudah memberitahukan untuk meliburkan Kedai selama beberapa hari tapi Jeongyeon tetap tidak mau.
Setelah memarkirkan mobilnya, Jimin pun langsung turun dari mobil dan berjalan masuk ke Kedai. Keadaan Kedai tampak tak ramai. Bahkan bisa dibilang gelap dan kosong. Jimin pun mencoba membuka pintu Kedai ternyata pintu Kedai terkunci dengan sempurna. Jimin mencoba mengintip dari kaca tapi semua ruangan terlihat begitu gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...