41

1.4K 208 18
                                    

Oke. Semuanya bagian ini part penting so jd jgn sampe ketinggalan. Baca pelan2 dan dihayati. Setelah ini mungkin ceritanya bakalan gak ketebak. Hehehe -Author-

.....

Jimin terdiam sejenak. Lalu beberapa menit kemudian ia pun ikut bangkit berdiri dan langsung menarik Jeongyeon paksa.

"Jimin... lepaskan" berontak Jeongyeon tapi kekuatannya tak bisa mengalahkan Jimin.

"Jiminn.... ini sakit" kata Jeongyeon lagi lalu akhirnya Jimin melepaskannya dan mereka sudah sampai didepan mobil.

Jeongyeon pun ingin beranjak pergi tapi dalam seketika Jimin menariknya kencang dan menyudutkan Jeongyeon di mobilnya lalu mengunci pergerakannya dengan kedua tangannya.

"Mulai sekarang aku tak mau tahu... Kau harus selalu berada disampingku"

"Kau akan tinggal di rumah... Aku akan mengantarmu ke Kedai dan menjemputmu saat pulang dan kau harus mengangkat setiap telepon dan membalas semua pesanku..." kata Jimin emosi.

"Jimin... Kau.."

"Ini bukan permintaan tapi Perintah" kata Jimin penuh penekanan. Ia benar-benar sudah gila saat ini.

"Jimin kau sebenarnya kenapa??? Apa kau gila???" Kata Jeongyeon tak mengerti.

"Yaaa... aku gila karenamu" jawab Jimin kesal dan menatap Jeongyeon serius. Hal itu cukup membuat dada Jeongyeon berdetak begitu cepat.

"Jadi kumohon... jangan membuatku khawatir... karena aku sangat takut" kata Jimin membawa Jeongyeon kepelukannya. Ya, Jimin benar-benar sangat ketakutan tadi. Entahlah tapi ia sangat takut Jeongyeon terluka seperti tadi.

Setelah kejadian itu, Jimin dan Jeongyeon pun kembali ke kediaman Keluarga Park. Tapi karena adanya masalah Pekerjaan, Jimin terpaksa kembali ke Kantor. Untungnya saat itu Ibunya sudah pulang. Sekarang Jeongyeon berada di rumah keluarga Park bersama Minji. Mereka saat ini sedang duduk di taman sambil meminum teh.

"Jimin masih belum tahu??" Tanya Minji pada Jeongyeon.

Jeongyeon menggeleng pelan.

"Maaf Bibi... aku belum siap melakukannya" kata Jeongyeon tak enak.

"Itu bukan salahmu... Bibi mengerti maksudmu Jeongyeon" kata Minji memgerti perasaan Jeongyeon.

"Bagaimana dengan keadaanmu sekarang??" Tanya Minji membuat Jeongyeon terdiam. Jujur, ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Semua benar-benar tidak ada berjalan dengan lancar saat ini.

"Bagaimanapun semua orang akan meninggal Jeongyeon-aa" kata Minji mencoba memberi pengertian pada Jeongyeon.

Jeongyeon pun tak kuasa menahan tangisnya. Air mata kembali lolos dari matanya.

"Bibi tahu ini pasti sangat berat untukmu Jeongyeon-aa..." kata Minji ikut sedih.

"Kenapa semuanya tak ada yang berjalan dengan baik???" Kata Jeongyeon kesal dengan dirinya sendiri.

"Kenapa semua yang berada didekatku pergi Bibi??" Kata Jeongyeon lagi kali ini sedikit menjerit. Karena rasa sakit yang amat teramat mendalam pada dirinya.

"Kenapa semua orang berakhir meninggalkanku???" Kata Jeongyeon kesal pada dirinya sendiri. Minji pun ikut menitihkan air matanya dan langsung memeluk Jeongyeon kuat. Ia memgerti perasaan Jeongyeon. Ia sangat mengerti betapa sakitnya Jeongyeon saat ini.

"Jeongyeon Tenanglah..." kata Minji menengangkan Jeongyeon.

"Apa salahku Bibi?? Apa aku memang tak layak memiliki seseorang disampingku??" Kata Jeongyeon lagi menangis kencang.

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang