Waktu berjalan begitu cepat. Tapi tidak bagi Jeongyeon. Waktu berjalan sangat lama dan berat karena Ayahnya masih tak sadarkan diri di ruang ICU. Disaat pagi tadi, Jeongyeon melihat Ayahnya SeGun sudah dipindahkan keruang rawat, dirinya masih terdiam di Ruanh ICU. Jeongyeon Iri tapi ia bersyukur juga karena SeGun sudah dapat tersenyum dan tertawa lagi.
"Appa... Nanti Sore, aku sepertinya tak bisa menemani Appa" kata Jeongyeon tersenyum kecil.
"Nayeon... Appa Ingat?? Temanku saat sekolah... Anaknya ulang tahun" kata Jeongyeon menghembuskan napas kecil.
"Namanya Kim Haeun... dia masih sangat kecil dan lucu..." kata Jeongyeon seketika menitihkan air matanya.
"Appa harus melihatnya karena dia sangat imut..." kata Jeongyeon tersendat.
"Maka dari itu... Appa cepatlah bangun.." kata Jeongyeon kembali menitihkan air matanya dan menundukkan kepalanya tak kuasa menahannya karena terasa sangat berat.
"Appa... Jeongyeon pergi" kata Jeongyeon pergi keluar dari Ruang ICU begitu saja dan seketika saat sampai di ruang tunggu, kakinya terasa lemas hingga ia berhenti dan bersandar di sebuah dinding.
Jeongyeon kembali menangis. Ia tidak tahan. Semuanya terasa menyakiti seluruh tubuhnya. Jeongyeon pun melihat kearah pintu ruang ICU. Papan nama itu, hanya tersisa nama Ayahnya saja. Semuanya sudah baik-baik saja tapi kenapa Appanya belum? Pertanyaan itu terus saja berkeliaran di kepalanya dan itu yang membuatnya terasa sakit dan berat.
.
.
.
.
.Jeongyeon kembali ke rumahnya dan bersiap. Ia mengambil sebuah dress putih dan menambah polesan tipis di wajahnya. Jeongyeon pun berjalan ke cermin kacanya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri. Baju dressnya ini terlihat kebesaraan pada dirinya padahal saat sekolah dulu Jeongyeon ingat sekali jika dirinya ia memakai ini begitu sesak karena kesempitan. Apa berat badannya berkurang lagi? Jeongyeon pun menggelengkan kepalanya. Lalu menertawakan dirinya sendiri. Sekalinya menjadi wanita gemuk dan jelek tetaplah menjadi seperti itu. Ia berjalan keluar dan mengambil kunci mobil. Jeongyeon memang sudah bisa membawa mobil. Ia memperlajarinya saat di Jerman.
"Aku harus membeli kado dulu" kata Jeongyeon berjalan cepat. Tak lupa ia mempir kesebuah Mall dan membeli hadian untuk Haeun. Jeongyeon membeli sebuah kalung dengan insial H. Ya, Jeongyeon sudah memesannya beberapa hari lalu. Ia ingin memberikan hadiah spesial untuk Haeun. Karena Haeun anaknya Nayeon, Jeongyeon juga sudah menganggap Haeun anaknya sendiri. Ia juga membeli beberapa buah tangan untuk Nayeon dan Seok Jin Sunbae karena bagaimanapun ini kunjungan pertamanya. Jeongyeon kembali mengecheck lagi alamat yang diberikan Nayeon. Jeongyeon memang sangat lemah jika disuruh mencari alamat. Ia sudah memutari wilayah perumahan Nayeon dan Seok Jin Sunbae selama setengah jam tapi Jeongyeon tetap tak menemukannya. Acaranya pasti sudah dimulai. Jeongyeon telat. Mata Jeongyeon tiba-tiba menakap seseorang laki-laki membawa kado keluar dari mobilnya. Jeongyeon pun akhirnya memarkirkan mobilnya dan mengikuti langkah kaki laki-laki itu. Dan benar saja, ia memasuki sebuah rumah dan langsung disambut oleh Seok Jin. Dia pasti salah satu Ayah temannya Haeun, tebak Jeongyeon. Jeongyeon pun ikut masuk karena pintu gerbang mereka terbuka lebar. Ia memasuki rumah mereka tanpa gangguan karena memang terbuka dan tak terkunci. Beberapa menit kemudian seseorang masuk dari sebuah pintu.
"JEONGYEON-AAA" teriaknya saat melihat Jeongyeon.
"Nayeon...." panggil Jeongyeon langsung berlari memeluk Nayoen. Pertemuannya tak sengaja itu berjalan tak lama dan hanya bincangan kabar jadinya Jeongyeon dan Nayeon belum melepas rindu dengan baik.
"Akhirnya kamu datang juga... kukira kamu benar-benar tak datang" kata Nayeon cepat.
"Tidak untuk sahabatku" kata Jeongyeon tersenyum pada Nayeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
أدب الهواةJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...