Jeongyeon tersentak kaget dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Untungnya seseorang menangkapnya dan membantunya kembali berdiri dengan baik.
"Maaf, aku mengagetkanmu" kata Seorang laki-laki yang menolang Jeongyeon.
Jeongyeon mengangguk takut. Ia selalu saja seperti ini jika bertemu dengan seseorang yang tak ia kenal. Ia mudah sekali takut. Jeongyeon pun pamit tanpa berkata apapun. Ia berjalan cepat meninggalkan Toko Baju itu. Entah kenapa Jeongyeon menjadi takut. Ia merasakan seseorang mengikutinya sekarang. Apa itu laki-laki tadi? Apa dia mengikuti Jeongyeon? Jeongyeon pun mempercepat langkahnya karena sekarang ia benar-benar ketakutan. Ia tidak suka situasi seperti ini. Ia akui dirinya sangat kaku jika bertemu dengan orang yang tak dikenalnya hingga membuat Jeongyeon panik sendiri. Ia selalu saja mencurigai sesuatu yang padahal tak pernah menganggunya. Dia seperti mengalami trauma tersendiri karena dirinya sering dibully. Interaksi dengan orang lain bukan sesuatu yang dapat dibanggakan oleh Jeongyeon.
"Heyy..." seseorang memanggil Jeongyeon.
Tanpa tahu siapa yang memanggil dirinya Jeongyeon semakin mempercepat langkahnya. Tangannya sudah bergetar takut. Bahkan keringat mulai keluar dari keningnya. Seketika mata Jeongyeon menangkap seseorang yang ia kenal berdiri didepan sebuah Kedai Kopi tak jauh dari arahnya berjalan. Ia sedang berbicara dengan seseorang yang Jeongyeon kenal juga. Itu Jimin yang sedang menyesap kopi bersama Jungkook dan Taehyung. Jeongyeon yakin itu mereka. Walaupun sekarang Jeongyeon panik, tapi Jeongyeon dapat memastikan itu mereka. Mata Jeongyeon terus mengarah kepada Jimin, Jungkook dan Taehyung. Mengharapkan salah satu dari mereka melihat kearahnya. Jeongyeon pun terus mempercepat langkahnya. Ia terus merasakan jika orang itu semakin dekat dan siap kapan saja menarik Jeongyeon. Hingga seketika mata Jeongyeon dan Jimin bertemu. Jeongyeon pun langsung berlari cepat dan langsung memeluk Jimin kuat. Jimin yang kaget bukan main langsung terdiam membeku. Begitupun dengan kedua orang yang berada didepannya.
"Yakkk!! KAU GILA!!!" Kata Jimin cepat sambil melepaskan pelukan Jeongyeon dan menjauh tapi dalam sekejap Jeongyeon kembali mendekat dan memegang Jas Jimin kuat sambil menyembunyikan kepalanya diantara Dada Bidang Jimin.
"Ku... Mohon...."
"Sebentar... saja..." kata Jeongyeon meneteskan air matanya takut. Tangannya bergetar bukan main hingga membuat Jimin dapat merasakannya sekarang.
"Yakkk!!! Yoo Jeongyeonn!!! Apa yang kau lakukan sekarang??" Tanya Jungkook tak terima temannya diperlakukan seperti itu.
"Yakkk... Menjauhlah dari Jimin... Dasar Monste..."
"YAKKKK!!!" Bentak Jimin cepat menyelak Taehyung yang belum selesai berbicara. Jimin dapat merasakannya sekarang. Jeongyeon terisak. Badannya bergetar bukan main dan tangannya mencengkram jasnya begitu erat. Ia ketakutan. Ini pertama kalinya Jimin melihat Jeongyeon seperti ini.
"Kau baik-baik saja??" Tanya Jimin memeluk Jeongyeon erat. Ia mulai panik dan khawatir entah kenapa.
"Apa sesuatu terjadi???" Tanya Jimin lagi cepat.
"Se... seseorang... mengikutiku..." kata Jeongyeon gagap.
Jimin pun memutar pandangannya keseluruh penjuru tempat disana. Taehyung dan Jungkook pun sama ikut melihat kesekitar. Mereka tak menemukan siapapun.
"Yakk!! Jeongyeon... kau jangan terlalu berharap.... Mana ada yang mengikuti gadis sepertim..."
"YAKKK!! HENTIKAN!!" Bentak Jimin lagi kesal karena Teman-temannya tidak tahu situasi saat ini betapa ketakutannya Jeongyeon saat ini. Mungkin mereka tak mendengarnya tapi Jeongyeon sudah terisak kecil saat ini.
Mata Jimin terus fokus melihat kesekeliling dan kali ini ia melihat seseorang berjalan menjauh dengan gerak-gerik mencurigakan. Dia bahkan sesekali melihat kearah Jeongyeon yang berada dibekapannya. Jeongyeon tak bohong. Jimin pun semakin mengeratkan pelukkannya. Entah apa yang merasukinya sekarang tapi ia saat ini sangat membenci jika ada seseorang yang berani mencoba melukai Jeongyeon. Jimin benar-benar tak akan tinggal diam.
"Tenanglah... dia sudah pergi" kata Jimin pelan. Jeongyeon yang entah sejak kapan memejamkan matanya mulai membukanya perlahan-lahan. Ia pun melihat kesekitar dengan takut.
"Yakk!!! Sudahlah... Dia tidak akan mengganggumu saat bersama kami" kata Taehyung sekarang mengangkat bicara.
"Dia sudah pergi.... berhentilah berpelukan... itu sangat memalukan" tambah Jungkook lagi.
Jeongyeon pun mulai menjauhkan dirinya dari Jimin. Dirinya merasa malu saat ini. Apa ia benar-benar memeluk Jimin didepan Jungkook dan Taehyung? Dirinya benar-benar sudah gila sekarang. Jimin pasti akan marah padanya.
"Maaf.." kata Jeongyeon cepat sambil menyeka air mata yang keluar tadi.
"Ohh!!... Jimin.. aku pergi dulu... ada masalah dikantor" kata Jungkook pamit. Taehyung pun sama ia pun ikut kembali ke Kantornya dan menyisahkan Jimin dan Jeongyeon yang masih terdiam. Sekilas Jimin dapat melihat Tangan Jeongyeon yang masih bergetar ketakutan.
"Maaf..."
"Karena membuatmu malu didepan Jungkook dan Taehyung" kata Jeongyeon takut. Ya, Sekarang ia takut dimarahi Jimin.
"Aku... aku... benar-benar..."
"Dia tak menyakitimu??" Tanya Jimin menyelak sambil menatap Jeongyeon dari atas sampai bawah.
Jeongyeon menggeleng pelan.
"Sekali lagi terimakasih" kata Jeongyeon pelan sambil membungkuk takut.
"Aku akan pulang... sekali lagi terima kasih" kata Jeongyeon berjalan pergi. Tapi seketika sebuah tangan kembali menahannya.
"Kau pikir kau mau kemana??" Tanya Jimin cepat. Jeongyeon membelakkan matanya kaget.
"Ayoo Kau pulang bersamaku" kata Jimin menarik Jeongyeon mengikutinya. Ya, Jimin takut orang itu masih ada disekitar sini dan kembali mengikuti Jeongyeon.
"Tidak usahh.... aku bisa sendiri.." kata Jeongyeon cepat menahan tarikan Jimin walaupun tidak bisa. Jimin begitu kuat menggenggamnya.
"Lalu apa??? Membiarkan orang jahat itu mengikuti dan melakukan sesuatu buruk padamu???" Kata Jimin emosi.
"Tapi aku membawa mobil...." kata Jeongyeon lagi mencari alasan.
"Itu gampang... aku akan menyuruh bawahanku mengambilnya" kata Jimin cepat.
"Sekarang Diam dan ikut saja" kata Jimin cepat memasukkan Jeongyeon ke mobil.
Jimin dan Jeongyeon pun akhirnya sampai di Kedai Yoo. Setelah berdebat panjang dengan Jimin yang memaksa mengantar kerumah akhirnya Jimin mengalah dan mengantar ke Kedai. Mereka pun turun dari mobil dan kembali saling berpandangan.
"Sekali lagi terima kasih..." kata Jeongyeon membungkuk sopan.
"Maaf merepotkanmu" kata Jeongyeon lagi.
Jimin tak menjawab. Ia mengkode supaya Jeongyeon segera masuk ke Kedai. Lalu setelah memastikan Jeongyeon sudah berada di dalam, Jimin langsung mengendarai mobilnya menuju ke Kantornya.
"Yakk!!! Kau dari mana saja???" Tanya Seok Jin setibanya Jimin di kantor.
"Aku menelpon Jungkook dan Taehyung, mereka bilang kalian sudah bubar sekitar setengah jam yang lalu... kau kemana saja?? Kau melawatkan rapat penting" kata Seok Jin tak mengerti jalan pikir Jimin.
"Tadi aku ada urusan" kata Jimin asal.
"Yakk!!! Urusan apa yang membuatmu lupa meeting penting perusahaan" kata Seok Jin kesal.
"Maaf Hyung... Aku benar-benar ada urusan lain" kata Jimin cepat lalu masuk ke Ruangannya. Entah kenapa ia merasakan hal aneh saat ini. Kenapa dirinya bisa bertindak seperti itu pada Jeongyeon? Ia pasti sedang tidak waras. Dirinya bisa-bisanya memeluk Jeongyeon didepan teman-temannya. Teman-temannya pasti akan menanyakan hal ini dihari-hari berikutnya. Dan jika mereka tahu, Jimin sangat malu sekali. Bagaimana bisa dirinya dijodohkan dengan wanita seperti Jeongyeon. Disatu sisi Jimin merasa menyesal tapi entah kenapa disisi lainnya ia senang dan bersyukur karena dirinya-lah yang melindungi Jeongyeon. Jika saja Jeongyeon meminta perlindungan pada Jungkook atau Taehyung, mungkin wajah temannya itu sudah habis di tangan Jimin.
Jimin menggelengkan kepalanya menghilangkan semua pikiran gila di kepalanya. Ia pasti benar-benar sedang tidak waras sekarang. Ia harus konsisten. Ia tidak boleh goyah. Keputusannya hanya satu menikah dengan seseorang yang ia mau dan cintai. Bukan dengan seseorang yang dijodohkan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOISE ✅
FanfictionJeongyeon terpaksa menerima perjodohan yang diatur Ayahnya dengan Anak teman Ayahnya yang ternyata merupakan temannya juga saat masih bangku Sekolah. Tujuan utamanya hanya membahagiakan Ayahnya. Maka dari itu ia menerimanya dengan lapang dada. Ia h...