27

2.7K 229 10
                                    

Part ini ada kurang lebih 2000 word. Jadi aku harap kalian tidak bosan dan bingung bacanya ya 😬😬 .

Anyway, di part ini ada nyelip adegan yang sedikit menjuru ke 17+ gitu. Ngga kok cuma dikiiiiitt banget ngga separah itu kok. Jadi aku jamin sih masih aman kayanya. Tapi kalau emang kalian yang masih anak-anak dibawah umur nyadar diri aja ya dek-adek. Bacanya tolong didampingi orang tua. #eyaaakk.

Sudah..sudah.. aku kebanyakan bacotnya deh. Selamat menikmati semua ❤️❤️❤️

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Appartment jennie dan irene nampak sepi. Salah satu penghuni appartment tersebut sedang tidak berada di sana, dan yang satunya lagi tengah bergelung nyaman dengan selimut hangatnya.

Jennie terlelap dengan meringkuk bak bayi dengan selimut yang membungkus tubuh rampingnya. Saking nyenyaknya ia tertidur, ia bahkan tidak mendengarkan bel yang terus berdenting tanpa henti sedari tadi.

Yang mana pelakunya ialah jongin. Pria itu sedari tadi berdiri didepan pintu besi itu menekan bel berkali-kali namun tidak ada tanda-tanda pintu itu bergerak. Karna putus asa, jongin memutuskan untuk membuka sendiri pintu appartment itu dengan memasukkan passwordnya sendiri. Dan berhasil, pintu terbuka dan segera saja jongin melangkahkan kakinya masuk kedalam appartment itu.

Setelah meletakkan goodie bag yang ia bawa dan sebuah box diatas meja,jongin pun segera mencari keberadaan seorang gadis yang sedari tadi mengganggu fokusnya. Dan akhirnya setelah mencari di beberapa sudut appartment, pria itu menemukan seorang gadis yang tengah meringkuk di balik selimut sambil memejamkan matanya.

Jongin mendekat dan duduk disisi ranjang jennie. Pria itu meringis melihat wajah pujat gadisnya yang tak lagi cerah seperti biasa. Jongin pun membelai pinggiran wajah jennie dengan lembut membuat sang empunya terganggu dan mengerjap sesaat sebelum membuka kedua matanya.

"Jongin? Bagaimana kau bisa disini?" Tanya jennie dengan suara seraknya begitu ia melihat jongin berada didepan matanya.

"Itu tidak penting sekarang. Yang lebih penting adalah bagaimana bisa kau tidak memberitahukanku bahwa kau sedang sakit hm?" tanya jongin langsung menskak jennie.

"Aku tidak apa-apa. Hanya pusing sedikit. Mungkin karna kecapekan" ucap jennie berusaha tersenyum selebar yang ia bisa untuk meyakinkan jongin bahwa ia baik-baik saja.

Dan memang dasarnya jongin akan selalu luluh dengan senyuman itu. Senyuman yang selalu meluluh lantakan hatinya.

"Sedikit-banyak, jika tubuhmu lemas itu artinya ada yang tidak beres jennie-ya. Kita kerumah sakit,hm?" Ucap jongin berusaha berbicara dengan selembut mungkin.

Namun nyatanya gelengan dari jennie yang didapatkannya. "Tidak perlu. Aku sudah baik-baik saja. " jennie justru bangun dan duduk disamping jongin. Keduanya diam saling memperhatikan satu sama lain.

"Jen, tapikan—" belum sempat jongin menyelesaikan ucapannya tiba-tiba jennie sudah bergelayut manja dilengannya. Gadis itu tiba-tiba mendaratkan kepalanya dipundak miliknya dan terlihat begitu nyaman dengan posisi itu.

"Bagaimana kalau kau temani aku makan saja? Aku lapaar" ucap jennie manja. Sebenarnya ia tidak terbiasa bersikap manja seperti itu. Tapi ia terpaksa melakukannya untuk mengalihkan perhatian jongin agar tidak terlalu khawatir tentang keadaannya.

Jongin pun akhirnya hanya bisa mengalah. "Baiklah..baiklah.. aku kalah. Yasudah ayo ke meja makan. Aku membawakanmu bubur dan beberapa obat-obatan". Dan tanpa berfikir panjang jennie mengangguk antusias atas ucapan jongin.

Before youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang