10

3.1K 289 4
                                    

Setelah seharian berkutat dengan berkas yang menumpuk di hadapannya, jongin pun menyelesaikan berkas terakhirnya. Ia meletakkan berkas itu di atas meja kemudian melakukan panggilan kepada jongdae.

Wae?

Hyung, apa ada seseorang yang datang menemuiku?

Anni. Wae? Kau sedang menunggu seseorang?

A-ah. Anniyo. Ya sudah kalau begitu

Jongin segera memutus panggilan itu. Setelahnya jongin menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya yang empuk itu. Ia terlihat lelah setelah seharian berkutat dengan serentetan kalimat-kalimat dan berkas yang menumpuk dihadapannya.

Sesekali ia melirik jam tangan patek phillipe yang melingkar ditangan kirinya. Entah sudah keberapa kalinya ia melihat jam tangannya. Jongin terlihat begitu gelisah dan gugup disaat yang bersamaan.

"Apa dia tidak akan datang? Apa dia marah padaku? Apa dia sedang sibuk? Apa aku saja yang menemui dia di butiknya?" Begitulah serentetan pertanyaan yang meluncur dari mulut jongin.

Sekali lagi ia melihat jam tangan yang melingkar ditangannya. Setelah melihat bahwa jam makan siang sudah lewat 20 menit, dan tidak juga mendapati bahwa orang yang tengah ia tunggu tidak juga datang. Akhirnya jongin bangkit dari singgsananya. Ia meraih ponsel dan kunci mobilnya kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya.

Dengan tidak sabar, jongin segera keluar dari lift ketika lift itu membawanya ke lobby. Dengan langkah yang lebar, pria itu langsung menuju ke parkiran. Namun langkahnya terhenti sejenak ketika ia mendapati seseorang yang tidak asing dipandangannya. Dan orang itu adalah orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu untuk menampakkan wajahnya dihadapan jongin. Namun apa yang ia lihat sekarang? Gadis itu justru terlihat tengah mengobrol sangat serius dengan receptionist kantornya?

Dengan perasaan yang dongkol, jongin melangkah menghampiri gadis itu yang tak lain adalah jennie. Namun belum sempat ia meluapkan rasa kesalnya, samar-samar ia mendengar perdebatan jennie dengan sang receptionist.

"Tapi aku benar-benar datang untuk memenuhi panggilan tuan jongin." Ucap jennie dengan nada dongkol. Pasalnya sedari tadi, wanita yang duduk dibalik meja receptionist itu tidak mengizinkan ia masuk menemui jongin.

"Maaf nona, tapi disini nama anda tidak ada didalam daftar tamu presdir. Anda bisa membuat janji terlebih dulu jika ingin bertemu dengan presdir"

Jennie pun mendengus kesal.

"Aku benar-benar sudah membuat janji dengan tuan jongin. Kau bisa langsung menanyakannya kepada tuan jongin. Jadi tolong izinkan aku menemuinya."

Bukannya mengizinkan jennie masuk, receptionist tersebut justru memanggil security dan menyuruh mereka mengusir jennie paksa.

"Heey!! Lepaskan aku. Lepaskan. Yaak!!" Jennie berusaha melepaskan kedua tangannya yang digenggam cukup kencang oleh kedua security tersebut.

"Aw.. hiks.." jennie meringis mendapati kedua tangannya yang ditarik paksa oleh security tersebut.

Jongin pun tidak bisa lagi tinggal diam ketika melihat jennie diperlakukan seperti itu. Ia pun dengan langkah sigap ia maju dan menghalangi kedua security yang tengah menyeret jennie keluar dari kantornya.

"Lepaskan dia!" Ucap jongin dengan nada memerintah

"T-tapi, wanita ini—"

"Lepaskan atau kupastikan kalian akan menjadi pengangguran seumur hidup kalian!" Jongin yang geram akhirnya menekan setiap kata yang diucapkannya.

Before youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang