13

2.9K 279 0
                                    

"Putri marie dan pangeran will pun hidup bahagia dan memimpin istana amandine untuk selamanya"

Kira-kira begituah akhir dari cerita dongeng yang dibacakan jennie untuk chaerin.

Setelah menutup buku dongeng tersebut, jennie melirik sejenak untuk memastikan apakah sang malaikat sudah terlelap atau belum dan jennie pun tersenyum simpul ketika melihat mata indah milik chaerin sudah tertutup rapat dengan nafas yang beraturan, menandakan sang empunya sudah tenggelam dialam mimpinya.

"Selamat malam sayang. Mimpi yang indah" ucap jennie setelah mencium pelipis chaerin.

Dibalik pintu jongin menyaksikan bagaimana cara jennie menidurkan chaerin, bagaimana perlakuan lembut jennie yang membuat chaerin begitu nyaman berada didekat gadis itu. Hati Jongin menghangat melihat kejadian itu.

Namun ketika jennie terlihat akan beranjak dari kasur milik chaerin, jongin segera berlari keluar dan pura-pura duduk disofa diruang tengah, berpura-pura seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Dia sudah tidur?" Tanya jongin pura-pura tidak tahu. Dan mendapat anggukan dari jennie.

"Aku pamit pulang dulu" ucap jennie dengan maksud berpamitan

Namun, setelah beberapa menit menunggu tidak ada juga respon dari mulut jongin. Jennie yang sudah hafal dengan perangai jongin akhirnya meraih tas jinjingnya yang berada di sofa kemudian berjalan menjauh dari ruang tengah tersebut dan perlahan-lahan tubuhnya pun menghilang dari balik pintu rumah jongin.

Jongin terlihat seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa. Tubuh dan otaknya tidak ingin bergerak dan beranjak sama sekali dari tempatnya saat ini, namun hatinya seolah-olah berontak dan menyuruhnya untuk bangkit dan mengerjar jennie.

Jongin benar-benar tidak tahu mana yang harus ia turuti. Fikirannya? Atau hatinya? Jongin sampai harus menjambak rambutnya sendiri untuk mengalihkan rasa pusing yang menggerogoti kepalanya.

"Sial!"

Dan setelah mengumpat seorang diri. Entah apa yang membuat jongin bangkit dan segera berlari keluar seperti orang gila, dan mencari seorang gadis yang membuat fikirannya kacau beberapa waktu lalu.

Jongin pun berlari kearah sebuah mobil berwarna abu-abu yang masih terparkir didepan pekarangan rumahnya. Jennie nampak baru akan menghidupkan mesin mobilnya, namun ia menghentikan hal itu ketika jongin tiba-tiba muncul dan mengetuk-ngetuk kaca mobilnya.

"Ada apa? Apa ada yang ketinggalan?" Tanya jennie ketika ia baru saja menurunkan kaca mobilnya.

Namun, bukannya menjawab jennie jongin justru sibuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Pria itu terlihat tengah mengalihkan pandangannya dari wajah jennie.

Jennie pun geram dengan aksi jongin yang menurutnya mempermainkan dirinya itu.

"Tuan, jika anda tidak memiliki sesuatu untuk diucapkan, sebaiknya aku pergi. Selamat malam."

Dan baru saja jennie akan menghidupkan mesin mobilnya, jongin kembali menghentikan aksi jennie.

"Aku akan mengantarkan mu pulang." Ucap jongin cepat tanpa melihat kearah jennie sama sekali.

Jennie pun tercengang dengan ucapan jongin. Meskipun ia mengatakannya dengan cepat, tapi jennie dapat mendengarnya dengan jelas. Pria itu baru saja menawarkan untuk mengantarkannya pulang.

"Mwo? Kau mengatakan apa?" Tanya jennie untuk memastikan pendengarannya.

"Mck, sudahlah jangan banyak bertanya. cepat turun. Aku yang akan mengantarkanmu pulang"

Before youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang