11

2.9K 297 1
                                    

Jongin dan jennie kini tengah duduk berhadapan dengan meja bundar yang menjadi batas antara mereka berdua.

Setelah memesan makanan mereka masing-masing, kembali atmosfir canggung dan sunyi kembali menyelimuti keduanya. Jennie masih bertahan dengan mode merajuknya, sementara jongin hanya bisa diam dan memperhatikan tingkah jennie. Dalam hati, ia begitu gemas melihat tingkah jennie yang begitu lucu ketika sedang merajuk seperti ini.

"Jika kau membawa ku ke sini hanya untuk saling berdiam diri seperti ini, lebih baik aku pergi saja. Aku tidak suka suasana canggung seperti ini" jennie mengambil tasnya dan bersiap beranjak dari kursinya

"Aku ingin menepati janjiku tadi pagi. " jawaban singkat jongin berhasil membuat jennie kembali duduk di tempatnya seperti semula.

"Yasudah, kalau begitu kau tinggal menjawab pertanyaanku kan? Apa susahnya sih mengeluarkan suaramu itu? Memangnya suaramu itu isi ulang ya? Jadi kau harus menghematnya untuk berbicara?" Pertanyaan ketus jennie yang keluar dari bibirnya secara bertubi-tubi itu semakin membuat jongin gemas terhadap gadis didepannya ini.

"Bisakah kau tidak berbicara seketus itu kepadaku nona jennie?"

"Aku tidak seketus ini jika kau tidak membuatku kesal terlebih dulu." Jawab jennie singkat.

Jongin pun akhirnya mengalah. Jika ia terus-terusan menggoda jennie maka dapat dipastikan gadis itu bisa-bisa mengamuk terhadapnya.

"Lihat?? Kau diam lagikan? Apa harus aku terus yang memulai percakapan denganmu tuan jongin yang terhormat?" Tanya jennie dengan nada yang dibuat sinis ketika menyebutkan nama jongin.

"Baiklah baiklah. Aku mengalah. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu waktu itu."

Ekspresi wajah Jennie pun melunak. perlahan-lahan Wajahnya tidak lagi ketus dan kesal, yang ada ia mulai memfokuskan perhatiannya kepada jongin yang sedang mempersiapkan dirinya.

Jongin menarik nafas panjang sembari memejamkan matanya untuk mengumpulkan setiap kekuatan yang ia miliki sebelum akhirnya ia mulai bersuara.

"Pertama, aku tidak tau dimana keberadaan ibu chaerin saat ini. Chaerin kehilangan ibunya sejak ia berumur 4 bulan. " satu pertanyaan jennie berhasil jongin jawab.

"Kedua, selama ini aku kurang memberikan waktu dan perhatianku kepada chaerin. Itu membuatnya tumbuh menjadi gadis yang kesepian dan membutuhkan cinta dan kasih sayang. Dan hal itu bisa ia dapatkan darimu, mungkin itu yang membuatnya memanggilmu dengan sebutan eomma. Chaerin itu adalah gadis yang lugu dan polos. Ia cenderung mengekspresikan perasaannya dengan mudah. Salah satu contohnya ia meminta menyebutmu dengan panggilan eomma." Jennie terlihat antusias mendengarkan penjelasan jongin. Semua hal tentang chaerin selalu berhasil menyedot perhatiannya.

Jennie tertegun mendengar setiap kata yang keluar dari mulut jongin. Ini adalah pertama kalinya pria itu berbicara cukup panjang kepadanya.

"Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu waktu itu kan?" Refleks jennie menganggukkan kepalanya sebagai bentuk ia menyetujui ucapan jongin.

sebenarnya jennie sedikit merasa kagum bahwa jongin masih mengingat dengan baik semua pertanyaannya waktu itu. Padahal itu sudah berlalu beberapa hari.

"Apa masih ada yang ingin kau tanyakan?"

Jennie pun sedikit ragu dengan apa yang ingin ia ucapkan. Namun, jennie bukanlah tipe gadis yang bisa memendam rasa penasarannya. Jadi akhirnya ia memutuskan untuk menganggukkan kepalanya.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Maaf jika aku lancang. Tapi, kenapa kalian berpisah? " jawab jennie dengan nada yang sedikit ragu.

Jongin sedikit terkejut dengan pertanyaan terakhir jennie. Ia tidak menyangka sama sekali gadis itu akan menanyakan hal ini.

"M-maaf.. maaf. Aku tidak bermaksud menyinggung masalah pribadimu. Kau tidak perlu menjawab pertanyaanku jika memang kau tidak mau." Jennie segera meralat ucapannya begitu melihat ekspresi jongin yang terkejut dan sedikit tidak nyaman dengan pertanyaannya barusan.

"Apa yang kau maksudkan kalian itu adalah aku dan ibunya chaerin?"

"Tentu saja. Siapa lagi?"

"Aku— aku tidak." Jongin berhenti. Suaranya tercekat. Tiba-tiba saja ia lidahnya keluh dan tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

"Kau tidak perlu memaksakan dirimu. Aku tidak bermaksud untuk menyinggungnya. Maafkan aku"

Namun buru-buru jongin menggelengkan kepalanya. Ia menghela nafasnya, memejamkan matanya kemudian mengumpulkan segenap keberanian dan kekuatannya.

"Aku belum pernah menikah. "

Jawaban jongin yang singkat itu membuat jennie tersedak dengan air liurnya sendiri. Jawaban jongin membuat mata jennie membulat seketika. Ia terkejut tentu saja dengan penuturan jongin.

"M-maksudnya?? K-kau? Maksudnya chaerin anak diluar nikah? Maksudnya kau dan—" ucap jennie terbata-bata sambil menyesuaikan dirinya.

"Ceritanya cukup panjang. Dan kurasa aku tidak akan sanggup menceritakan detailnya kepadamu. Intinya, chaerin sebenarnya bukan anak kandungku. Aku belum pernah menikah dan aku belum memiliki istri" setelah mengucapkan itu perasaan jongin merasa lega. Berbeda halnya dengan jennie yang masih terkejut dengan penuturan jongin yang membuatnya harus berfikir keras untuk mengerti maksud perkataan jongin.

"Intinya, chaerin bukan anakku, tapi aku menyayanginya melebihi aku menyayangi nyawaku sendiri. Kau tidak perlu berfikir keras untuk mencerna semua keadaanku. Lupakan semuanya, dan ku mohon jangan beritahu chaerin tentang semua ini"

Jennie masih terdiam dan mematung. Entah karna shock atau ia masih berusaha mengerti tentang penjelasan jongin baru saja ia dengar.

"Bisakah kau berjanji padaku?" Jongin mengulangi pertanyaannya untuk memastikan bahwa jennie akan merahasiakan hal ini dari chaerin.
Dan pertanyaan jongin itu yang berhasil membawa jennie kembali dari lamunannya menuju alam nyata. Dengan refleks ia menganggukkan kepalanya.

"Terimakasih jennie-ssi." Ucap jongin tulus.

Jennie sempat dibuat terkejut dengan penuturan terimakasih jongin. Lagi-lagi ia dibuat terkejut dengan sikap jongin yang tak terduga. Ia kira, pria dingin itu tidak tahu caranya berterimakasih, Namun ternyata dugaannya salah. Pria dingin dan kaku yang dipanggil jongin itu baru saja mengucapkan terimakasih kepadanya.

"Kau sudah mendengar semuanya. Jadi, apa kau akan tetap berada disisi chaerin dan menjadi eomma nya seperti yang ia inginkan?"

Tanpa berfikir panjang, jennie tersenyum dihadapan jongin. Senyuman tulus dan begitu manis membuat dada jongin sedikit berdesir dibuatnya.

"Tentu saja. Dari awal aku menyayangi chaerin dengan sepenuh hati. Chaerin anak yang baik. Ia menebarkan cinta dan kasih sayang dengan tulus kepada semua orang dan Sudah sepantasnya ia juga mendapatkan hal yang sama kan? Aku ingin memberikannya cinta dan kasih sayang, seperti yang kau bilang. Sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan selama ini. Itu pun jika kau mengizinkan ku untuk—"

"Tentu saja. Apapun yang menjadi kebahagiaan chaerin, maka aku akan melakukannya."

Dan betapa bahagianya jennie ketika jongin mengizinkan dirinya untuk terus membahagiakan chaerin. Dan hal itu pun yang membuat jennie kini tengah tersenyum begitu tulus kepada jongin

"Terimakasih jennie-ssi. Terimakasih karna sudah hadir didalam hidup chaerin dan memberikan semua hal yang selama ini tidak bisa kuberikan untuknya"

"Terimakasih juga jongin-ssi karna sudah mengizinkan ku untuk bisa memiliki seorang malaikat seperti chaerin dalam hidupku."

Setelah mengucapkan hal itu, jongin dan jennie hanya bisa saling melempar senyuman satu sama lain.

Tanpa mereka sadari, keduanya sedang saling berpandangan dan menyelami kedalam mata masing-masing. Entah apa arti dari pandangan kedua insan itu, namun biarlah saat ini jennie dan jongin mencari sebuah kepastian dari setiap pertanyaan dari perasaan mereka masing-masing.

Tbc

Jangan lupa vote dan comment

Before youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang