21

3K 243 1
                                    

Jongin sampai di penthousenya tepat pukul 23:00 kst. Dengan langkah gontai ia memasuki ruang tamu . Ia melemparkan jas kerjanya dengan asal kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa. Pria itu terlihat begitu frustasi saat ini. Katakanlah ia menanggung beban yang cukup berat. Mulai dari urusan perusahaan yang sudah membuat kepalanya hampir pecah dan belum lagi jennie yang benar-benar marah padanya hingga gadis itu sama sekali tidak mengabarinya seharian ini. Sebenarnya ia tahu bahwa disini dirinyalah yang bersalah, namun sifat jongin dengan gengsi selangit dan juga kesibukannya seharian ini membuat ia belum juga menghubungi jennie juga untuk meminta maaf pada gadisnya itu.

"Permisi tuan, apa tuan mau disiapkan air hangat untuk mandi?" Ucap seorang maid yang secara tiba-tiba menghampiri jongin yang tengah memijat pelipisnya dengan tangannya sendiri.

"Nde. Terimakasih jung ahjumma" ucap jongin. Jung ahjumma sepertinya kaget dengan 3 kata yang baru saja keluar dari bibir jongin sehingga wanita paruh baya itu tidak beranjak dari tempatnya melainkan menatap jongin dengan tatapan kagum.

"Wae?" Tanya jongin heran karna maid yang dipanggil dengan jung ahjumma itu tidak juga beranjak melainkan masih berdiri di tempatnya semula.

"A-anniya. Maaf kalau saya lancang, tapi Apa baru saja tuan mengatakan terimakasih?" Dengan spontannya jung ahjumma memastikan apa yang baru saja ia dengar tentan ucapan terimakasih dari bos besarnya itu.

Jongin pun hanya meresponi dengan anggukan lemah. "Seseorang mengajarkannya padaku" ucap jongin dengan tatapan menerawang.

Jung ahjumma pun mengangguk mendengar penuturan jongin itu. Tentu saja wanita itu mengetahui orang yang dimaksudkan jongin. Tentu saja jung ahjumma tahu bahwa semenjak jongin menjalin kedekatan dengan jennie, gadis itu seolah membawa perubahan besar dalam hidup seorang kim jongin. Sebelumnya, belum pernah ada orang yang bisa membuat jongin mau mengucapkan tolong saat meminta bantuan dan terimakasih saat ia mendapat bantuan dari orang lain. Namun, akhir-akhir ini jung ahjumma sesekali mendengarkan tuannya itu mengucapkan 2 kata itu meskipun terkadang ia harus mengucapkannya dengan kaku karna tidak terbiasa.

Jung ahjumma pun segera beranjak meninggalkan jongin yang masih memijat pelipisnya sambil memejamkan mata dan bayangan jennie terus bermunculan di kepalanya ketika ia memejamkan matanya membuat ia harus menahan perasaannya sendiri dan justru membuatnya semakin pusing dan tersiksa.

"Jennie-ya, kau benar-benar membuatku kacau" racau jongin masih dengan mata yang terpejam.

###

Sudah 2 minggu lebih, jennie menghindari jongin. Gadis itu sama sekali tidak berniat untuk menghubungi pria itu bahkan untuk sekedar menanyakan kabar pria itu. Ia hanya akan menemui chaerin disekolah chaerin secara diam-diam dan sebisa mungkin menghindari untuk bertemu jongin disekolah chaerin.

Jennie sebenarnya merasa tersiksa dengan semua ini. Namun yang Jennie mau agar  jongin tahu bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan apa yang ia mau. Terkadang kita harus mengesampingkan ego kita dan mendengarkan pendapat orang-orang disekitar kita. Jennie hanya mau agar jongin belajar menghargai niat baik dan perhatian yang ia berikan.

Jadilah siang ini, jennie harus memastikan terlebih dulu bahwa bukan jongin yang akan menjemput chaerin disekolah, barulah jennie memberanikan diri untuk menemui chaerin di jam makan siang.

Jennie duduk bersisian dengan chaerin yang dengan lahap menyantap bekal makan siang yang dibawakan jennie. Dan Jennie yang duduk disebalah chaerin pun terus menemani chaerin sembari memperhatikan betapa lahapnya gadis mungil itu menghabiskan makan siangnya.

"Woaah.. anak eomma pintar sekali" ucap jennie ketika chaerin menyerahkan kotak bekalnya yang sudah tandas tak bersisa.

Jennie langsung menyerahkan sebotol minuman untuk chaerin dan langsung diterima oleh tangan mungil chaerin.

Before youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang