7

3.1K 336 0
                                    

"Eommaaaaaaaaa..."

Belum sempat menjawab pertanyaan jongin, tiba-tiba chaerin sudah berlari meninggalkan jongin menghampiri seseorang yang berdiri tak jauh dari situ.

Seketika mata jongin membulat sempurna menampakkan wajah terkejut ketika yang dilihatnya adalah chaerin yang tiba-tiba berlari menghampiri jennie yang tengah berjongkok dan memeluk tubuh mungil chaerin.

Chaerin terlihat begitu nyaman berada didalam pelukan jennie begitu pula jennie terlihat begitu menyayangi chaerin.

Beberapa menit chaerin terhanyut dalam kehangatan itu, akhirnya ia melepaskan pelukannya.

"Eomma, tadi chaerin gugup sekali. Tapi, chaerin melakukan apa yang eomma katakan. "

"Benarkah? " chaerin mengangguk untuk mengiyakan pertanyaan jennie

"Chaerin hanya melihat eomma dan tidak melihat kearah lain. Dan chaerin tidak gugup lagi" ucap chaerin menceritakan apa yang ia rasakan dengan antusias.

"Anak pintar. Eomma bangga sama chaerin" ucap jennie sambil membelai lembut rambut chaerin.

Namun, kegiatan mereka berdua harus terinterupsi dengan kehadiran jongin dibalik tubuh chaerin.

Sepertinya jennie lupa pertemuan terakhir mereka. Jennie tidak pernah terfikirkan bahwa akan bertemu lagi dengan jongin setelah pertemuan canggung mereka terakhir kali dirumah jongin.

"Chaerin sayang, eomma harus pergi. Sampai jumpa lagi ya" jennie mencium pipi chaerin sebelum beranjak dari tempat itu.

"Eomma mau kemana? Chaerin masih mau bersama eomma" rengek chaerin sambil bergelayut manja di tangan jennie.

Jennie tidak bisa berkutik. Jika hanya ada mereka berdua maka dengan senang hati jennie akan menjawab ia dengan permintaan chaerin. Tapi masalahnya ada satu orang yang membuatnya canggung. Dan orang itu kini tengah menatapnya dengan tatapan tajam bak pisau yang menusuk tepat di jantung jennie membuat jantungnya tak bisa berhenti berdetak secara tak beraturan itu.

"Appa, chaerin mau pergi bersama eomma." Merasa usahanya membujuk jennie gagal, chaerin beralih membujuk jongin. Entah apa yang diharapkan gadis kecil itu, tapi ia hanya mengikuti hati kecilnya untuk merengek kepada ayahnya itu.

"Sayang kita harus makan siang. Ini sudah saatnya untuk makan siang. Chaerin tidak boleh terlambat makan siang sayang" ucap jongin lembut berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kalau begitu ayo kita makan bersama eomma. Ayo appa.. ayo.."

Bak boomerang yang balik menyerang jongin, chaerin justru meminta hal yang sangat dihindari jongin. Jongin sampai tidak tau harus menolak seperti apa permintaan chaerin.

"Sayang, tidak bisa. Kita makan berdua saja ya?" Bujuk jongin sekali lagi.

Namun bukannya mengalah, raut wajah chaerin justru berubah menjadi muram. Dan hal itu adalah hal yang paling membuat jongin tidak suka. Ia sudah berjanji tidak akan membuat chaerin sedih, dan apa yang harus ia lakukan jika saat ini chaerin tengah menekuk wajahnya dan tertunduk lesuh dihadapannya.

"B-baiklah.. baiklah. Ayo kita makan siang bersama"

Dan jawaban yang chaerin tunggu-tunggu itu berhasil membuatnya tersenyum begitu gembira.

Before youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang