Jam weker disebelah tempat tidur chaerin yang berbentuk awan sudah menunjukkan angka 6:18. Dan itu artinya itu adalah waktunya ia bangun. Tak sulit untuk chaerin bangun di pagi hari karna memang gadis kecil itu sudah terbiasa dengan didikan disiplin yang diterapkan oleh jongin.
Chaerin tak butuh waktu lama untuk menjadi cantik dipagi hari ini. Karna memang parasnya yang sudah cantik. Kini gadis itu tengah duduk di kursi khususnya di meja makan. Kursi itu meman dibuat khusus untuknya, mengingat tinggi badannya yang memang kursi yang lebih tinggi daripada kursi biasanya.
Namun, alih-alih menyantap sarapan yang sudah tersedia dihadapannya, gadis kecil itu justru lebih antusias dengan beberapa tangkai bunga yang digenggamannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa tidak menyantap sarapanmu dan malah bermain dengan tumbuh-tumbuhan itu?" Dan suara khas dan tajam yang menusuk ke pendengaran chaerin pun menghentikan sejenak kegiatan gadis cilik itu untuk melihat seorang pria tampan yang sudah rapi dengan setelan jasnya.
Dapat mata indahnya tangkap seorang pria yang ia panggil dengan sebutan 'appa' duduk di kursi yang terdapat diujung tepat disebelah kirinya.
"Good morning appa" sapa chaerin dengan senyuman indahnya.
Siapapun pasti akan sangat merasa terberkati jika melihat senyuman itu dipagi hari. Cantik dan begitu menggemaskan. Tapi beda halnya dengan jongin. Pria dengan tingkat gengsi selangit. Lihatlah responnya yang hanya tersenyum simpul setipis mungkin.
"Jawab pertanyaan appa tadi"
"Aah. Hari ini chaerin ada tugas appa. Miss jiso bilang kita harus membawa beberapa tangkai bunga ke sekolah. Tadi chaerin meminta tolong pada bibi sum untuk memetikkan beberapa tangkai bunga dari kebun belakang. Tidak apa-apa kan appa?"
Jongin pun seperti biasa, akan meresponi setiap ucapan chaerin hanya dengan anggukan. Kalaupun harus disertai senyuman, maka senyuman itu adalah senyuman paling tipis yang pernah kau lihat.
Namun chaerin sudah terbiasa dengan semua itu. Percayalah, gadis itu bahkan sudah kebal dengan sifat cuek ayahnya. Bahkan baginya, itu adalah sebuah pesona tersendiri dari sang appa.
"Habiskan sarapanmu dulu. Sebentar lagi uncle sehun akan datang." Begitulah kalimat yang diucapkan jongin agar putri kecilnya itu meninggalkan kegiatannya bermain dengan bunga-bunga itu. Dan benar saja, chaerin dengan patuhnya menaruh bunga itu jauh dan mengambil sepotong roti yang sudah disiapkan khusus untuknya. Tentunya setelah mencuci tangan sebelumnya.
Diam-diam jongin tersenyum simpul. Sangat tipis bahkan mungkin hanya jongin yang tau jika saat ini pria itu sedang tersenyum melihat tingkah putrinya yang begitu penurut. Setidaknya ia berhasil membuat gadis itu tumbuh menjadi sosok gadis yang baik tidak seperti dirinya tentu saja.