❃2➻In Danger

694 74 42
                                    

Berjalan sendirian di koridor sehabis letih bermain basket, Balqis meninju-ninju pahanya yang pegal dengan pelan. "Sakit banget, elah. Perasaan cuma nggak latihan dua minggu. Tapi, pas latihan lagi sakitnya minta ampun."

Hari ini memang bukan jadwal latihannya. Namun, kebiasaan setengah jam bermain setelah bel pulang sekolah di lapang dengan anak basket lainnya sudah menjadi kebiasaan rutin. Tapi dua minggu kebelakang ini, Balqis tidak menyentuh bola karena sibuk dengan tugas kerja kelompok yang tak kunjung usai. Kerja kelompoknya bisa lama karena bukannya mengerjakan tugas, mereka malah bergosip, makan, atau bermain-main, dan Balqis malah bermain ponsel untuk numpang menikmati Wi-Fi di rumah pohon Kaila. Giliran deadline sudah dekat, baru kelompoknya bisa serius dan dapat menyelesaikan tugasnya dalam sehari.

Balqis menggaruk pipinya yang bentol. Ia tiba-tiba tidak ingin langsung pulang ke rumah. Langkahnya terhenti begitu saja. "Belum puas main. Apa gue balik lagi aja? Nanggung sakit, nih, badan."

Berpikir sesaat, akhirnya ia kembali melangkahkan kaki ke lapangan.

"HALLO PEMIRSA, SELENA RUMAISHA BALQIS ISTRINYA KIM MINGYU BALIK LAGI!" Balqis melempar tasnya ke sisi lapang dan merebut bola yang orang lain pegang.

"Berisik lo, toa buluk. Kenapa balik lagi? Gak ada lo tadi adem di sini," ujar Raka yang yang terduduk di lapangan setelah bolanya diambil alih oleh Balqis.

 Kenapa balik lagi? Gak ada lo tadi adem di sini," ujar Raka yang yang terduduk di lapangan setelah bolanya diambil alih oleh Balqis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya, Miss you too. Gue tau lo kangen gue. Nggak ada gue, nggak rame, kan?" Balqis memantul-mantulkan bola sambil tersenyum manis pada Raka yang bermuka masam. Entah karena lelah bermain basket atau masam karena ulah Balqis.

"Terserah lo. Gue cape kalau ngomong sama alien nyasar di bumi."

Balqis tidak peduli dengan wajah lelaki itu. Ia mengarahkan bolanya ke ring dan melakukan shooting dengan teknik yang baik dan benar. "Yang lain pada ke mana? Kok, cuma lo doang. Perasaan pas tadi gue pamit balik, masih ada banyak makhluk."

"Pada kabur. Gara-gara lo datang lagi, makanya tinggal gue seorang. Karena cuma gue yang bisa tahan ngobrol sama lo."

"Lo mah gitu .... ketus mulu kalo ngomong sama gue, kayaknya benci banget sama gue. Padahal gue itu suci, kayak hati bayi." Balqis melengkungkan mulutnya ke atas, menunggu reaksi Raka akan seperti apa. Ia sendiri terkadang merasa geli dengan tingkahnya.

"Malesin. Jijik gue liatnya, jangan baperan, elah."

"Iya, makasih. Gue tau kalau gue cantik."

"Heran sama anak ini, gue nggak percaya kalau lo itu kakaknya Niona. Adeknya, mah, pinter? okey. Cantik? Nggak usah diragukan lagi. Kalem? Iya. Lah, kakaknya? Ribut mulu sama buluk."

Senyum manis itu perlahan semu. Balqis mengeraskan rahangnya dan kembali melakukan shooting. Namun, kali ini ia menembaknya dengan kasar. Tapi hebatnya, bola jingga itu bisa masuk tepat sasaran.

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang