❃6➻Debt

469 55 8
                                    

"Kak Alby .... kemana aja? Semenjak kakak pindah, kita nggak pernah tukar kabar lagi."

Baskara tersenyum kecil pada gadis manis yang ada di hadapannya. "Ponsel gue baru lagi. Kontak emang baru nyimpen sedikit."

Adella, adik kelas Baskara di sekolah lamanya. Gadis berambut sebahu itu mengangguk paham. "Gimana sekolah baru kakak?"

"Sama aja kayak biasa."

Adella kembali mengangguk dengan mulut yang ber-oh ria. Suasananya kembali canggung. Ia juga bingung harus berbicara apalagi. Dadanya bergetar hebat, itu yang ia rasakan saat berada di dekat Baskara. "Kak .... ini .... aku .... nggak tau mau ngomong apa lagi."

Baskara terkekeh kecil. Ia bisa menangkap kegugupan Adella. Sesuai rencananya dulu, ia telah berhasil membuat gadis itu memiliki perasaan padanya. Adella adalah target terakhir saat sekolah di SMA yang dulu. "Gimana sekolah lo?"

Adella tersenyum manis. Cantik, kata itulah yang cocok untuknya. "Ya, kayak biasanya. Tapi .... nggak ada kakak, kerasa banget ada yang kurang."

Baskara sudah menduganya, Adella pasti memiliki perasaan padanya. Terlihat dari gelagat dan perhatian lebih yang gadis itu berikan. Sekarang ia bingung sendiri untuk mengakhiri semuanya. "Udah beberapa bulan sekolah di SMA. Pasti lo udah punya pacar, ya?"

Adella selalu tersenyum tiap kali berbicara dengan Baskara. "Apa, sih, kak? Adel nggak punya pacar, kok."

Baskara mengambil minuman yang telah dipesan Adella sejak tadi. Ia sempatkan untuk meneguknya. "Lo cantik banget. Masa nggak ada yang mau sama adek sebaik lo? kalah sama gue, dong."

"Adel cantik? Makas—eh ...." Baskara dapat melihat perubahan air wajah Adella. Senyum yang awalnya cerah, kini berganti semu. "Wah .... kakak .... udah punya .... pacar, ya?"

Baskara hanya menjawabnya dengan senyuman. Sebenarnya, di sekolah barunya itu, ia belum menarget gadis mana pun. Sejak pindah sekolah, Baskara sedang senang-senangnya bermain game. Ia tidak memikirkan perempuan dulu karena ada pemuas penatnya, apa lagi jika bukan game online.

Ada juga seorang gadis yang mendekatinya. Baskara sempat meladeni gadis itu sebentar, tapi ternyata sangat mengganggu kegiatan bermain game-nya. Gadis itu selalu menelepon dirinya ketika Baskara sedang asyik bermain dan menggagalkan permainannya yang hampir mencapai kemenangan. Baskara langsung meninggalkan gadis itu. Namun akhir-akhir ini, ada seorang gadis yang berhasil mengusik perhatiannya.

"Iya juga, sih. Kakak nggak mungkin pernah jomlo lama-lama. Kakak, kan, ganteng, pasti banyak yang suka sama kakak. Kalau gitu .... selamat, ya, kak. Semoga hubungannya awet. Pasti Kakak bakal bahagia sama orang yang kakak cinta." Adella tersenyum dengan hati yang telah hancur dalam waktu yang singkat. Padahal, hari ini ia telah mengumpulkan keberanian dan berlatih bicara di depan cermin setelah menyusun kalimat seindah mungkin untuk mengutarakan perasaannya pada Baskara.

"Thanks, ya. Lo baik banget, makanya gue udah anggap lo kayak adek gue sendiri. Tenang aja, hubungan gue pasti awet, bakal gue kasih formalin."

Adella tertawa kecil yang jelas terdengar dipaksakan. Sebenarnya, ia menertawakan dirinya sendiri. Adik, jadi sikap manis Baskara hanya sekedar perhatian dari kakak kepada adik. Begitu menyakitkan ketika tahu akan fakta itu.

Adella melirik jam yang memeluk erat pergelangan tangannya. "Kak, aku ada janji lain sama temen. Aku duluan, ya, kak."

"Owh .... Buru-buru banget? Padahal baru sebentar."

Adella mengangguk dan melambaikan tangan pada Baskara. Senyum yang selalu terpasang itu hilang seketika kala gadis itu telah memunggungi Baskara. Matanya tentu berkaca-kaca dan air bening menetes begitu saja.

•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang