Mengunci diri di kamar dengan beberapa cangkang permen di atas buku pelajaran, Balqis sendiri tengah sibuk latihan dengan rumus-rumus matematika. Ia telah diam di atas kursi meja belajarnya sejak pukul lima sore hingga sekarang jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Kegiatan tersebut telah rutin Balqis lakukan sejak ulangan akhir semester tiba.
Selama ia sibuk dengan ujiannya, Balqis membuang jauh-jauh rasa galaunya untuk menjaga fokus otak kepalanya stabil. Ia harus belajar karena sadar akan dirinya yang kurang dalam memahami materi. Ia merasa terdorong oleh Brisa yang mulai rajin. Jika orang lain mulai melangkah dan dirinya tetap diam saja, maka pasti ia akan tertinggal orang lain. Jadi kesibukan Balqis saat ini adalah belajar, belajar, dan belajar.
Balqis menghela napas. Ia melipat tangan dan menyimpan kepala di atasnya. Belajar dari sejak pukul lima sore membuatnya kelelahan. Rasa kantuk menyerang, dan Balqis tak mampu lagi menahannya. "Ya Allah, ngantuk. Capeknya nggak tipu-tipu."
Balqis merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal karena duduk terlalu lama. "Tiap malam Ona kayak gini? Emangnya dia nggak cape apa?"
Menghela napas karena Balqis sadar sesuatu. Baru hampir dua mingguan ia belajar sekeras ini, dan ia sudah sering mengeluh. Berbeda dengan Niona yang melakukan kegiatan di meja belajar setiap hari, tapi tak pernah Balqis melihat adiknya itu menyerah. Memang usaha tidak akan mengkhianati hasil. Niona pantas menjadi orang yang banyak disukai dan dibangga-banggakan. Dia rajin, pintar, dan cantik juga menjadi point plus-nya. Balqis baru sadar akan hal itu sekarang. Selama ini ia terlalu sibuk cemburu dan kurang bercermin.
"Gue nggak boleh nyerah. Udah tau bego, jadi nggak boleh males-malesan. Sekarang mending gue tidur, terus bangun subuh. Besok matematika." Balqis mengepalkan tangannya di dekat dada dan berusaha menyemangati diri.
"Ya Allah, lancarkan ulangan Selena. Besok hari terakhir ulangan dan bakal ketemu matematika. Semoga Selena bisa jawab semua soalnya. Selena, kan, udah belajar. Selena pasti bisa. Cucu Eyang kan pinter. Semoga dapat nilai yang memuaskan. Aamiin."
═❖•♡•❖═
Balqis keluar dari ruangan dengan muka yang kusut. Ulangan matematika membuat kepalanya pusing. Rasa sakit di kepalanya ini sebagai tanda bahwa otaknya berpikir keras. Untung semua terjawab meski ada beberapa soal yang jawabannya meragukan. Lelahnya terbalaskan oleh kepuasan proses ulangan barusan. Setidaknya ia tidak diam layaknya orang bodoh yang tidak tahu mau menghitung apa.
Melepaskan masalah ulangan yang telah selesai dilaksanakan, sekarang Balqis pergi menyusul Kaila yang ada di kelas lain. Setiap ulangan pasti selalu disatukan dengan kakak kelas maupun adik kelas. Namun sayangnya, ia tidak sekelas dengan Kaila dan Brisa.
Sambil jalan menuju kelas 12 IPS-1 tempat Kaila berada, Balqis menghidupkan ponselnya dan menyalakan data seluler. Hingga ada notifikasi WhatsApp dari Kaila.
Kail Ayam : Qis, sini ke kantin. Gw udah keluar duluan.
"Ditinggalin. Jahat bener, iiiii." Balqis mencebik dan hendak melangkahkan kakinya menuju kantin, namun ketika menuruni tangga gedung IPS, ia melihat Baskara di bawah tangga. Itu anak ngapain diem di situ?
Balqis berjalan seolah tidak melihat Baskara.
"Sel," panggil seseorang yang memiliki suara berat.
Langkah Balqis langsung terhenti. Suara itu sudah lama tidak memanggil nama yang ia sukai. Rasa senang sekaligus sakit hati datang di waktu yang bersamaan. Namun ini sedikit mengobati rasa rindunya.
Perlahan tapi pasti, Balqis menghadapkan tubuhnya pada Baskara. Masih sama. Nggak ada perubahan, masih tetep ganteng. Tapi .... Apa perasaan lo juga masih tetep sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...