"WHAAAAAAAAA ....," jerit Balqis yang menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Suara melengkingnya itu percis sekali dengan bunyi teko bila air telah matang. Ia mengangkat wajahnya karena pengap, dan kembali menjerit setelah diam beberapa saat. "WHAAAAAAAAAA .... BWARA NYEBWELIN!"
Setelah melepas bebannya dengan berteriak, ia akhirnya mengubah posisi telungkup menjadi duduk. Menghela napas berat, dan akhirnya kembali menjatuhkan diri di kasur. Terdiam sesaat, bayang-bayang Baskara malah hadir tanpa ia inginkan.
"Ish! Kesel, ah. Nggak suka situasi gini, huweh!"
Kalo gue khilaf, jangan tinggalin gue. Tapi tegur gue ke jalan yang seharusnya. Sesak di dada lagi yang Balqis rasa. Itu ucapan lelaki tersebut yang selalu teringat di otaknya. Apa sekarang Baskara sedang khilaf? Bagaimana cara menegurnya agar kembali? Tapi entah mengapa ia tidak mau mengganggu kemauan adiknya yang terlihat seperti ingin mendapatkan Baskara.
Balqis tidak bodoh, ia tahu sikap Niona yang berbeda saat di dekat Baskara. Mungkin adiknya itu benar-benar mencintai orang yang juga Balqis cinta. Yang bodoh itu dirinya, seharusnya Balqis tahu diri jika dirinya berhadapan dengan seseorang yang jauh lebih sempurna darinya.
Kalo lo nakal, awas .... Gue cubit ginjalnya. Balqis mulai menangis lagi. Kalimat itu pernah ia ucapkan pada Baskara. Dan sekarang, lelaki itu sedang nakal. Rasanya ia ingin mencabik-cabik Baskara hingga hilang dari ingatannya. Balqis mengacak rambutnya seperti orang gila. Mengguling-gulingkan dirinya di atas kasur dan bahkan meninju-ninju udara karena kesal, marah, sedih, dan sakit hati. Semalaman ia menangis habis-habisan, hingga kini keadaannya seperti zombi.
Ponsel Balqis berbunyi, tanda bahwa ada seseorang yang meneleponnya. Ia segera mengangkatnya dengan malas.
"Hallo, Qis."
"Hmm ...." Mendengar suara Kaila, Balqis jadi ingin menangis lagi. Rasanya ia ingin mencurahkan segala beban dari kepingan hatinya yang tersisa pada gadis itu.
"Gue di depan apartemen lo. Tadi ke rumah lo, tau. Tapi kata Niona, lo pindah ke sini. Buru keluar. Gue udah mencet bel dari tadi, kok, lo nggak keluar-kelu-"
"Nggak ada bel bunyi, kok." Balqis bangkit dengan segala beban hidupnya di pundak. Ia membuka pintu apartemennya dan melihat Kaila tengah berdiri di depan pintu yang salah.
"Kak Azril," panggil Balqis karena ia melihat Kaila tengah berhadapan dengannya. Untung Balqis tahu Azril, setidaknya Kaila tidak terlalu malu. Baru Balqis sadari bahwa ruangan dirinya berseberangan dengan Azril.
"Maaf, kak, kayanya Kaila salah. Sini, Kai."
Azril hanya melirik Balqis dan kembali melihat Kaila dengan tatapannya juga wajahnya yang datar. Begitulah dia, benar-benar memancarkan aura dingin.
"Temen lo?" Azril berujar seperti itu sambil sedikit mengangkat dagunya mengarah ke Balqis.
Kaila mengangguk. Gadis itu juga kenal Azril.
Saat Balqis sadar keadaan dirinya yang tidak enak dipandang, ia segera kabur dengan pintu yang dibiarkan terbuka. "Gue tampil gini depan Kak Azril. Malu, huweeeee .... Gimana kalo kak Azril jodoh gue, dia jadi tau aib gue."
Kaila masuk ke apartemen Balqis, dan gadis itu geleng-geleng kepala dengan keadaan Balqis. "Lo kalo galau lebay juga, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
•❃𝐒𝐞𝐥𝐁𝐚𝐫𝐚❃•|✓
Teen FictionIni kisah tentang : ❃➻Balqis dan Baskara ❃➻Dengan panggilan Selena dan Bara ❃➻Anak K-pop dan anak game ❃➻Anak basket dan anak karate ❃➻Si takut tatapan dan si mata tajam ❃➻Si cuek dan si cari perhatian ❃➻Si ceroboh dan si teliti ❃➻Si bulan dan si ma...